“Wiriya Wijaya, CEO Wijaya corp” ucapku tegas penuh penekanan. Kulihat mata obsidia dibalik lensa kacamatanya melebar sesaat, namun kemudian mimicing tajam. Entah apa yang membuatnya seolah menatapku dengan tatapan ’membunuh’. Namun tiba-tiba merubah wajahnya lagi menjadi senyum charming yang sangat maskulin.“saya akan mengingatnya” ucapnya yang kemudian berlalu begitu saja.
Tapi….. apa maksud dari nada menantangnya tadi? Apa dia….? Ukh lupankan! Sebaiknya aku segera pulang dan istirahat.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
badai - sakura
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………Hari ini memang begitu melelahkan tapi entah mengapa sosok cantik Reina seolah tak terpengaruh oleh susasana hari itu. Sosok cantiknya masih berhias dengan senyum manis yang selalu mengembang. Hari ini hatinya sangat bahagia. Semua rencana akan hari sepesial ini sudah ia susun jauh-jauh hari. Yah hari ini adalah hari istimewa untuknya, oh bukan untuknya tapi untuk pamannya. Ya sang paman berulang tahun dan menjadi genap 29 tahun. Jemari lentiknya sibuk menyiapkan berbagai masakan untuk Reyhan. Tak beberapa lama ia berkutat didapur, akhirnya masakan Reina pun selesai. Setelahnya wanita itu memutuskan untuk membersihkan diri sembari menunggu kepulagan sang paman.
Bell rumah berbunyi saat wanita berambut ikal itu tengah mengisi waktu luang dengan mengkoreksi ulangan murid –muridnya hari ini. Reina pun berdiri dan bergegas membukakan pintu. Manik cokelat gadis itu tampak berbinar cerah menatap sosok yang kini berdiri dengan gagah di hadapanya.“selamat datang” ucap gadis itu riang tak menyembunyikan rasa sayang dan gembiranya.
“paman pulang.” Balas pria itu seperti biasa.Sangat biasa bahkan senyum yang selalu ia tampilakan pun tak berubah sedikitpun. Seolah tak terjadi apapun pada pria itu hari ini.
Reina menarik tangan Reyhan dan membawanya duduk di ruang keluarga. Tanpa berkata apapun wanita itu kemudian berjan kedapur meninggalkan sang paman sendirian. Reyhan duduk sembari mengendurkan dasinya. Matanya mengedar menatap ruang keluarga yang nampak sepi namun berbeda. Walau sebenarnya tak banyak yang berubah, hanya sebuah vas kecil disudut ruangan yang menghiasi tempat itu dan perabotan yang tampak lebihh rapih.“Rei…..bisa tolong bawakan paman air sekalian.”
“………………….”
“rei………. Reina…………..”Masih tak ada sahutan dari orang yang di panggil. Ruangan itu pun menjadi semakin hening. Penasaran dengan apa yang dilakukan keponakannya itu, Reyhan pun beranjak dan bermaksud menyusul Reina. Baru beberapa langkah ia berjalan, gadis itu muncul dengan membawa seloyang kue tart dan berjalan menghampiri pria tegap yang berdiri mematung diruang tengah dengan ekspresi yang sulit si baca.
“selamat ulang tahun paman.” ucap gadis itu dengan senyum simpul begitu dia tiba di hadapan sang paman.
Reyhan masih terpaku, seolah tak sadar dengan kondisi yang berlangsung.
“paman,….. tiup lilinya” tambah reina lagi. Kali ini pangilan Reina membuatnya tergagap dan melakukan apa yang keponakannya perintahkan.
“ah…I -iya”
‘ semoga keponakanku mendapatkan kebahagiannya’ doa Reyhan yang kemudian disusul oleh tiupan pada lilin diatas kue.
“selamat ulang tahun paman dan semoga panjang umur, tambah tampan dan semoga cepat dapat jodoh”cengir wanita itu disaat sang paman memotong kue dan memberikan potongan kue itu pada sang keponakan.
“terimakasih, Rei…..”
KAMU SEDANG MEMBACA
kenangan yang hilang
RomanceSUMMARY..... Patah hati karna cinta pertamanya, membuat Reina Wati terpaksa harus menikah dengan paman angkatnya Reyhan Purnama. Akan kah sang paman bisa menumbuhkan cinta dianta mereka? Atau ia harus merelakan sang keponakan kembali pada cinta pert...