Bab 36|Another Ending 3

1.2K 63 4
                                    

Whopp, kebablasan ✨🤲😭

Ah sa bodo, pokoknya nulis lagii, tentang dia, huwuu, eheheh

Setelah insiden tendangan bebas itu, Teungku mendiamkan Angeli. Terhitung sudah dua hari ia melakukan aksi mogok bicara pada sang pacar. Bukan sepenuhnya karena tendangan itu sih, ia tahu ia juga salah. Masalahnya adalah gadis itu tak membujuk dirinya yang sedang ngambek, malah memilih menonton drama korea dilanjutkan dengan drama china. Apalagi gadis itu selalu memuji para aktor yang menurut Teungku masih kalah jauh dari ketampanannya. Halow?!

"Yang, kamu mau makan apa? Soalnya aku nanti mau belanja," tanya Angeli, walau ia tahu tak akan dijawab. Pacarnya itu lagi dalam silent mode. Meski tidak benar-benar mendiamkan dirinya, laki-laki itu masih datang ke kos, mengelus rambutnya, mencuci piring, makan, tidur. Semuanya dilakukan seperti biasa, bedanya, Teungku diam saja. Tak menggubris semua pertanyaan gadis itu. Merajuk.

"Ya udah deh, pokoknya aku udah nanya ya. Oh iya, aku belanja jam 4 sore, bareng Eki," tatapan tajam langsung menusuk punggung Angeli. Ia tahu laki-laki itu akan tambah merajuk dengan pernyataannya. Tapi mau gimana? Lakinya lagi marah, ya, gak mungkin mau nemenin belanja.

"Sayang, matanya bisa lihat yang lain? Punggung aku rasanya mau terbakar karena kamu lihatin terus-terusan,"

"Tata bilang sama mamamu, gak usah pake pergi sama laki-laki lain, papamu ada juga." Laki-laki itu berbicara pada Tata, masih ingat boneka kecil kesayangan mereka berdua itu?

"Dih!?" Angeli terkekeh, bisa-bisanya? Padahal mau gimanapun, Tata tetaplah Tata, mana mungkin boneka kuning itu berbicara bukan? Tapi ya sudahlah, walaupun agak sinting, Teungku tetap kekasihnya.

"Kamu gak ada niatan ngebujuk aku apa? Udah dua hari loh aku diemin kamu," laki-laki itu berjalan ke arah Angeli. Lihat siapa sekarang yang sok kuat ini?

"Utututu, tayang na akuu, kamu kenapa, hm??" Perempuan itu menggunakan nada mengejek di kalimatnya, tentu saja Teungku geram.

Laki-laki itu memeluk Angeli dari belakang, dagunya ia letakkan di bahu gadis itu. Sontak perempuan yang kini sedang merapikan buku itu berhenti melakukan aktifitasnya. Pacarnya dalam mode baby giant. Jadi harus dimaklumi, nanti bisa-bisa tambah merajuk kalau-kalau inner child laki-laki itu tidak dituruti.

"Kenapa, Ku?"

"Kamu kayaknya gak sayang lagi deh sama aku?"

"Loh? Kok gitu?"

"Masa sekarang aku giniin kamu, kamunya biasa aja. Tadi aja manggil nama, padahal aku gak pernah manggil kamu pake nama"

Aaaw. Pacar siapa sih ini, sok cute banget!

"Kamu ngelindur ih, seberapa banyak sih laporan mu sampai ganggu mental health mu kayak gini?" Perempuan itu melonggarkan rengkuhan Teungku, bermaksud putar badan agar dirinya bisa melihat wajah laki-laki itu, tapi tidak bisa, Teungku malah mengeratkan pelukannya.

"Sekarang kamu mau buang aku ya?"

Ini Teungku lagi ada masalah apa sih?

"Sayang, aku mau lihat muka kamu, ini pelukannya dilonggarin dulu," laki-laki itu menurut. Angeli putar badan, masih dalam posisi laki-laki itu memeluknya, Angeli menangkup wajah manis milik pacarnya itu. Waduh, kantung mata yang sangat hitam, beberapa bulu tumbuh sembarangan disekitar rahang laki-laki itu, wajahnya kelihatan lelah.

"Kamu sakit, Ku. Istirahat dulu, aku beli obat ke apotek. Lumayan panas loh badan kamu ini," tapi laki-laki itu malah mengeratkan rengkuhannya, ia letakkan lagi dagu itu dibahu Angeli. Ada sesuatu yang tak bisa ia katakan pada gadis yang mungkin bingung dengan sifatnya saat ini.

"Aku maunya kamu aja," ucap laki-laki itu lirih, Angeli membuang nafasnya berat. Ia mengarahkan laki-laki itu ke kasur, tidur adalah obat terbaik saat ini. Laki-laki itu sangat butuh istirahat. Ia memeluk pacarnya, membagi kehangatan. Angeli menepuk-nepuk punggung laki-laki itu, berharap Teungku bisa tidur. Tidak butuh waktu lama, dalam kurun waktu 30 menit saja, Teungku sudah tertidur. Terdengar dengkuran halus dari bibirnya.

Angeli melepas pelukan laki-laki itu dan menggantinya dengan guling. Angeli buru-buru menghubungi Eki, mempercepat jadwal belanja mereka, Teungku benar-benar harus di beri asupan vitamin.

2 jam setelah belanja dengan Eki dan ngacir ke apotek membeli obat, saat ini Eki, Angeli dan Teungku berada di kos Angeli. Eki mau lihat kondisi sahabatnya itu, beberapa hari ini ia memang sering melihat Teungku begadang dan pulang malam. Katanya sih banyak tugas laporan praktikum, Eki gak tahu-menahu dia kan anak hukum, mana pake laporan praktikum.

Angeli memasak sup ayam, dibantu Eki tentu saja. Eki bagian racik bumbu, Angeli dalam memasak. Eki juaranya racik bumbu, selalu enak dan pas. Teungku masih terlelap meski suara tawa keduanya sangat menggelegar.

1 jam kemudian semua makanan sudah siap, selain sup ayam yang diberikan sambal luar biasa pedasnya, ada juga jus buah naga dan roti bakar. Pokoknya sore ini full asupan. Angeli membangunkan Teungku, tapi meski sudah diberikan tendangan bebas lak-laki tak kunjung bangun. Akhirnya desahan luar biasa Eki dikeluarkan, jurus paling ampuh dalam membangunkan Teungku dan lihat saja, berhasil!

"Sialan, telinga gue haram sekarang," entah sudah berapa kali Teungku memaki Eki dan entah sudah berapa kali Eki memeletkan lidahnya ke arah Teungku. Dan entah sudah berapa kali Angeli melerai keduanya. Sudah sama-sama dewasa tapi tetap aja macam anak-anak. Angeli kesal luar biasa mendengar keduanya adu mulut, kalau adu jotos masih enak.

"Makanya kalau tidur itu jangan cosplay jadi mayat, kan nyusahin!"

"Nyusahin sama siapa? Lo? Gak usah bangunin kalau gak ikhlas,"

"Gue mah ogah bangunin lo, pacar lo nih, nyuruh mulu, sakit telinga gue,"

"Lebih sakit telinga gue, dengerin desahan anjir lo itu,"

"Bacot lo, sialan!"

"KALIAN BERDUA BISA DIEM GAK SIH? GUE SIRAM AIR PANAS JUGA NIH KEPALA KELEN ITU!!"

Whop. Ratu udah marah, keduanya kicep juga.

"Eki, tolong bantuin nyiapin makanan," pinta gadis itu, suaranya melembut. Ia harus meredakan emosi yang bergejolak di hatinya.

"Kok kamu bicaranya lembut banget sih, Yang?!" Teungku tidak terima, apalagi wajah songong yang terpantau melekat diwajah Eki.

"Diem deh, aku kalau kesel makan orang loh," kicep juga akhirnya Teungku. Biar saja deh dimarahi, biar saja lihat muka songong Eki, daripada gadis itu bertambah marah nanti berubah jadi Mama Zyla kan bahaya.

"Baik kanjeng ratu,"

Teungku makan dengan menampilkan wajah songong, gantian. Karena kini ia sedang menerima suapan suapan dari pacarnya. Sepiring berdua, satu gelas berdua. Gak kayak yang disampingnya semuanya serba sendiri. Poor Eki, cepat cari pacar, nanti tambah iri dengki lihat sahabat mu itu.

Maybe in another life, huh?! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang