Bab 27|Berdua kita satu simfoni merdu

2.4K 85 6
                                    

Halow semuaa
Update lagi akuu
Okey disini udah mulai kelihatan kan, ujung ceritanya? Spoiler, udah mau tamat lohh

Mwehehe

Akan ada banyak tantangan dalam sebuah hubungan, apalagi hubungan yang kayak gini

Dalam 2 Korintus 6 : 14 itu adalah ayat dimana bahwasanya gelap dan terang tidak akan bersatu. Akan ada banyak tantangan yang akan buat kamu ragu dan berpikir mau dibawa kemana hubungan ini.

Jadi temen-temen yang masih ragu untuk memutuskan hubungan tidak bertujuan seperti itu, AYO PUTUS

Kamu mungkin akan sakit hati, tapi akan lebih sakit kalau nantinya kamu dilema antara orang yang kamu cintai dengan Tuhan yang selalu mencintaimu tanpa henti.

Jangan lupa kalau kamu punya Tuhan
Jangan buat kepercayaan mu menjadi sebuah pilihan karena hubungan mu dengan ciptaannya.

Vubayy♥️♥️

Teungku
Iya makasih kerupuk nya, hati-hati di jalan.

Setelah hampir 4 jam gadis itu menunggu balasan dari Teungku, akhirnya dibalas juga, meski tidak sehangat biasanya, Angeli bersyukur, laki-laki itu membalas pesannya. Tapi ia cukup sedih dengan pesan kedua yang ia kirim, tidak di gubris sama sekali oleh laki-laki itu.

Angeli mendesah kecewa, ada bagian dari hatinya yang ingin bersikap bodo amat untuk kembali mengirimkan pesan pada laki-laki itu, tapi ia cukup tahu diri. Teungku bukan orang yang suka memberikan tanda titik di akhir ketikannya, kalau dirinya sudah tak ingin berbalas pesan ia hanya mengirimkan stiker saja. Tapi tanda titik diakhir pesan itu membuat Angeli tahu, ternyata sudah ada batasan yang laki-laki itu bentangkan antara dirinya dan laki-laki itu. Cukup menyakitkan.

"Ternyata ini jawaban dari doa-doa aku selama ini? Aku minta yang terbaik sama Tuhan, Tuhan pisahkan aku sama kamu," gadis itu menyandarkan kepalanya di ketiak Tata, boneka itu sekarang dijadikan bantal yang empuk selama perjalanan yang melelahkan ini.

Setelah lebih kurang 26 jam berada di bus yang ber-AC itu membuat Angeli langsung kepanasan setelah turun. Walaupun begitu ia tetap bersyukur dengan wajah yang berseri-seri ia peluk ayah yang sudah menunggu di halte bus. Wajahnya kian rentq, tubuhnya juga perlahan merosot dan ada banyak uban di kepala laki-laki itu, cinta pertamanya.

"Kangen banget," ucap gadis itu manja, sang ayah hanya bisa menepuk-nepuk kepala gadis itu dengan ringan. Tersenyum dan mendaratkan sebuah kecupan di kening anak pertamanya itu.

"Bawaan cuma ini? Langsung pulang atau makan dulu?" Angeli mengangguk untuk pertanyaan pertama.

"Aku laper Yah, jam 6 tadi gak sempet makan,"

"Ya udah deh, nanti kita makan nasi di sekitar sana," tanpa ba bi bu, Ayah langsung menaiki motor supra itu, tas merah milik Angeli ia letakkan di depan, tas laptop gadis itu pegang.

Selama perjalanan ada rasa yang tidak nyaman yang Angeli rasakan, sebenarnya sejak naik ke bus di halte Bengkulu. Seperti ada permasalahan yanv belum ia selesaikan. Ada rasa dan sakit yang belum ia sembuhkan. Padahal seseorang pernah berkata dalam jurnalnya.

Jangan pernah meninggalkan kota dengan membawa luka, dan jangan pernah meninggalkan luka di sebuah kota. Karena baik kamu dan kota itu akan saling membenci!

Angeli masih tidak paham dengan perasaannya kali ini. Tapi melihat bagaimana perjalanan indah yang selalu ia nikmati di kota dimana ia tinggal ini sungguh mempesona. Riau bukan kota yang bisa dibilang indah, ada beberapa tapi lebih banyak sawit dan pohon karet. Dirinya memang tinggal di bagian Riau daratan, tidak ada laut dan sungai yang mudah ditemui.

Hampir 2 jam perjalanan dari halte menuju rumah mereka, Ayah cukup lelah karena setelah mereka sampai pria tua itu sudah mengorok saja di tempat tidur. Sedangkan Angeli langsung berbincang hangat dengan mama. Gadis itu semangat sekali membagi ceritanya pada mama yang memang selalu menjadi tempat terbaik untuk bercerita, mama adalah pendengar sekaligus pencerita terbaik menurut Angeli.

Ia habiskan satu hari itu untuk bercanda ria dengan keluarganya, sejenak dia melupakan segala hal tentang Bengkulu. Dia terlalu lelah untuk mengingatnya, biarlah sebulan ini jangan pikirkan apa-apa selain quality time bersama keluarga.

"Gimana kuliah kamu, aman?" Tanya mama disela-sela mereka sedang memasak. Angeli memang hobi sekali memasak, ibunya tidak terlalu tapi suka membantu.

"Aman, Ma. Kali ini pasti dapet 3," jawabnya. Ia melirik pada adonan kue yang sedang dibuat ibunya, lucu.

"Ya udah, kamu gak usah terlalu cepat berlari, pelan-pelan aja. Takutnya kamu malah tersandung sesuatu,"

"Siap, Baginda Ratu,"

"Yang sama si itu, gimana?" Yaaa si mama, padahal udah gak mau ingat, ini malah sengaja di ingetin. Gimana sih?!

"Gak tau Ma, kayak yang mama bilang, kami gak mungkin sama sama juga,"

"Yaaa,"

"Nadanya boleh sedih, tapi mimik wajahnya jangan kelihatan seneng gitu dong Maa," wanita berumur 41 tahun itu memang mengeluarkan desahan kecewa tapi sungguh wajahnya berseri-seri, senang banget lihat anaknya patah hati.

"Soalnya kamu lebih cocok sama Raja. Mama setujunya sama Raja," Raja lagi, Raja lagi, kan dia maunya Teungku. Tapi Angeli hanya tersenyum saja, males menanggapi. Biarlah semua berjalan sesuai kehendak Tuhan. Dia terima aja deh, semuanya. Telan mentah-mentah kalau bisa.

Gadis itu sedang selonjoran baru selesai menyapu halaman yang luasnya lebih luas dari rumahnya. Sialan emang, kakinya kebas, punggungnya juga encok. Bulan Juli memang lagi-lagi gencarnya musim gugur, pohon mangga didepan rumah mengugurkan banyak sekali dedaunan kering, disapu bersih sebentar lagi sudah banyak lagi. Apalagi jambu disamping, itu yang bikin encok. Mana buahnya ikut berguguran, sebagai tanda penghabisan bulan ini. Ber-angkong bisa diangkat dari satu pohon itu, mana busuk semua lagi.

"Wuih, gila, ini bikin gue jadis kurus," ucap gadis itu. Ia melihat adik laki-lakinya tertawa dari balik jendela, anak itulah sebenarnya yang harus mengerjakan semua perihal halaman. Tapi karena omongan sialan dari Uwak, membuat laki-laki itu enggan untuk mengerjakannya.

"Toh setelah kakak pulang, balik ke aku juga kerjaannya, udah sekarang nikmati dulu. Nanti kalau udah balik Bengkulu, pasti malas-malasan," itu katanya kalau lagi-lagi Angeli misuh-misuh agar adiknya itu mau bekerja. Makan aja yang jago, bantuin gak ada niatan.

Angeli menatap notifikasi yang muncul di handphone nya. Raisa. Temen sekelasnya. Tumben? Biasanya gadis itu hanya akan nge chat dirinya kalau ada tugas.

Angeli melihat pesan itu, sebuah foto yang terlihat diambil dari jarak yang jauh. Deg. Jantung gadis itu berpacu lebih kencang. Disana ia lihat Teungku.....dan seorang gadis. Gadis itu merangkul lengan Teungku. Oh gosh. Ini menyakitkan.

Raisa
Send a pict
El??

Angeli
Yahh, gandengan
Sakit hati akuuu!!

Raisa
Cewenya genit bgt ell

Angeli
Huhu, thx y broo
Mau debat dulu

Raisa
Heh, g boleh
Y sama²

Final chapter

Maybe in another life, huh?! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang