Holaaa
Kembali lagi bersama akuSelamat membaca dan bersenang-senang
Jangan lupa vote dan comment♥️🎉
Dari awal februari ini Angeli sudah disibukkan dengan kegiatan kerohanian, yang tentu saja kerohanian Kristen. Dirinya yang menjabat sebagai anggota himpunan mahasiswa fisika dibagian kerohanian kristen itu memiliki program kerja dimana saat Valentine, semua mahasiswa Kristen fisika akan merayakannya dengan bertukar kado. Bukan itu saja, ada pula lembaga pelayanan mahasiswa Indonesia yang tetap berfokus kepada Kristus juga mengadakan acara yang sama. Membuat gadis itu lumayan sibuk."Dek, lo bisa urus keuangan kita kan? Tolong bikan RAB dan urus berapa nantinya kita pungut biaya," disinilah mereka berdua sekarang, di ruang oseanografi. Angeli mengiyakan perintah dari Kak Caca, kakak tingkat dirinya.
"Dari Hima kita dapet berapa, kak? Masih gabung sama anak geo juga?" Tanya Angeli, sebenarnya ada dua prodi di jurusan fisika, fisika dan Geofisika. Kristen tidak terlalu banyak di Bengkulu apalagi fisika dan Geofisika yang peminatnya tidak terlalu banyak. Dari 5 angkatan, mahasiswa Kristen hanya berkisar 80 orang saja.
"Jangan harapkan apapun dari Hima, kita pungut aja kek biasa. Anak geo, ntar urusan gue." Gadis yang kini sedang merapikan rambutnya itu melirik ke arah luar, menemukan bendahara Hima menatapnya dengan senyuman, yang ia balas dengan senyuman juga.
"Okey kak, kabari terus ya, kalau perlu telpon aja kalau gue gak balas chat," Angeli emang tipikal cewe yang sering pegang handphone tapi notifikasi semua media sosial miliknya dimatikan. Seperti kata Tia, ia spesies chat balas lama.
"Lo arsip chat gue ya?" Todong gadis itu.
"Semuanya kak, bukan lo doang, cuma orang tua sama grup kelas aja yang gak di arsip," jelas gadis itu, selayaknya pada orang-orang yang juga menanyakan perihal tersebut.
"Emang pantes orang-orang bikin panggilan El ke lo,"
"Emang kenapa?"
"L kan letih, lesu, lemas. Kayak lo,"
"Apaan sih kak, gak lucu. Lebih ke garing tau," meski begitu, Angeli tetap tertawa karena wajah yang ditekuk habis oleh katingnya ini, mereka lumayan akrab karena sudah dua tahun berkecimpung di hima dengan konsentrasi yang sama, kerohanian kristen.
"Woi, cok," Tia memukul pundak Angeli dengan keras membuat perempuan berumur 19 tahun itu terkejut dan kesakitan.
"Lo ya, lebih baik lo buang aja tu hape, di chat gak dibales, di telpon gak diangkat. Buang aja, buang sana." Gadis itu mencak-mencak, mencari Angeli sama saja mencari jarum di tumpukan jerami. Ponsel yang sudah diciptakan susah-susah gak berguna juga di tangan Angeli."Auw, sakit bro. Lo napa sih? Kasar banget," gadis itu mengelus pundaknya yang terasa nyut-nyutan.
"Bacot, sekarang kita ada kelas, anjir. Di dekanat, lo baca grup dong. Mana lo MC di acara kelas hari ini, anak kelas udah marah-marah tau," gadis itu berucap dengan satu tarikan nafas, cepet banget.
Angeli menepuk dahinya kuat-kuat, saking excited dengan proker kali ini dirinya sampai melupakan pesan Bu Asika yang menyuruhnya menjadi pembawa acara dalam kelas yang akan mereka hadiri. Jam menunjukkan pukul 09.50 pagi padahal acaranya mulai jam 10.00, untung saja ia memakai setelan rapi menemui kak Caca.
"Waduh, gue lupa bro, ayo, nanti kita telat. Kak, kita bahas lewat chat aja ya, gue lupa ada kelas oseanografi hari ini. Maaf ya kak, ayo Tia," tanpa menunggu balasan dari Kak Caca, Angeli menarik pergelangan tangan Tia.
"Yang bikin gue telat juga siapa hah? Makanya hapenya diaktifkan notifikasi dong kak,"
"Gak mau, ngeganggu banget bunyi Ting -ting-ting gitu,"
"Tinggal ganti ke bunyi prang aja," ucapnya dengan nada kesal. Tia ingin sekali menggaruk wajah gadis didepannya ini sebagai bentuk kekesalannya. Tapi kalau ia lakukan saat ini bisa saja ia ikut jatuh dari motor yang sedang melaju ke arah dekanat. Tidak terlalu jauh, hanya butuh dua menit untuk sampai ke sana. Tapi itu mepet banget karena Angeli adalah pembawa acaranya.
Setelah pintu terbuka, mata sinis langsung keduanya dapatkan. Tatapan panitia yang seakan ingin menjambak Angeli, gadis itu hanya tersenyum. Para peserta kelas hari ini sudah lumayan banyak. Disana berdiri Edkayasa, partner Angeli dalam acara kelas ini. Dari sekian banyak tatapan ingin melahapnya, hanya laki-laki itu yang tersenyum manis ke arahnya.
"Maaf, Yas. Gue tadi lagi bahas proker sama kak Caca, gue lupa juga sih," ucap gadis itu sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Santai, El. Belum mulai juga, duduk sini. Kita latihan beberapa kata sama nada dulu,"
"Thanks, karena udah senyum ke gue, lo naikin mood gue yang turun karena tatapan mereka,"
"Your welcome," laki-laki itu menahan kursi plastik itu ketika Angeli duduk, membuat beberapa anak kelas yang melihat itu tersenyum geli. Apalagi tiga manusia yang duduk di bangku barisan kedua dari depan. Ketiganya cekikikan, pasti bergosip, pikir Angeli.
"Nadanya ketinggian,"
"Fokus di kata saya, El,"
"Nadanya jangan turun,"
"Yang ini, agak datar, El"
Entah sudah berapa kali teguran dari Edkayasa memenuhi telinga Angeli, mereka hanya berlatih lima menit sebelum acara dimulai."Santai, El. You can do it, ini bukan pertama kalinya buat kamu," laki-laki itu mengelus rambut Angeli, mencoba mengurangi rasa gugup yang gadis itu alami.
"Gue gak tau kenapa bisa gini," ucap gadis itu sembari meremas tangannya sebagai bentuk kepanikan dari gadis itu.
"Kamu bisa bayangin mereka semua rubah, El. Bayangin kamu lagi ngomong sama hewan kesukaan kamu itu" ucapnya menyemangati gadis yang kini tersenyum lebar, bagi Angeli berteman dengan pria berkulit putih pucat itu adalah berkah bagi Angeli. Selain Edkayasa mempunyai otak yang lumayan, laki-laki itu juga bisa menjadi pendengar yang baik.
"Jahat banget gue, masa semuanya jadi hewan," Angeli memukul pundak laki-laki itu, gemas.
"Nah ini baru kamu, senyum di setiap keadaan, pokoknya nanti bakalan ngalir aja. Kita juga udah beberapa kali latihan,"
"Yaps, Ayo kerja sama, lagi," gadis itu menemukan semangatnya dan kegugupan itu perlahan pudar diganti oleh senyum dan wajah penuh keceriaan.
Edkayasa tersenyum tipis, menurutnya Angeli adalah matahari bagi semua orang, termasuk dirinya. Di dekat Angeli hanya akan dihadapkan dengan sakit perut karena tertawa, gadis batak ini sangat pandai melawak, cocok jadi komedian. Sering dirinya dan Angeli dijodoh-jodohkan oleh beberapa anak fisika, dosen juga. Kedekatan mereka memang dianggap lebih oleh orang lain. Berada di kelas yang sama, organisasi yang sama, membuat mereka selalu terlihat menempel.
Tapi tidak semua tahu, di celah kedekatan mereka yang kadang dikira seperti orang berpacaran. Keduanya tidak akan pernah berada di fase itu. Meski dulu Angeli sempat menyukainya, tapi itu langsung hangus, terbang begitu saja dengan pengakuan yang dulunya ia buat, yang kini menjadi penyesalan yang selalu menghantuinya.
"Suka sama kamu emang gak akan bisa ya," batinnya.
Karena kita lagi ada di part Yasa
Sekarang si Aa kita geser dulu
Ini lagi habisin waktu bareng Yasa, soalnya satu semester gak jumpa
Dia lolos Pertukaran Mahasiswa
Proud to Yasa♥️♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe in another life, huh?! (End)
Roman pour AdolescentsTamat tanpa debat. Itulah yang aku rasakan dalam kisah asmara pertamaku, meski sudah lama. Sampai sekarang aku belum bisa membuka hatiku untyk siapapun. Dia pemegang kunci hatiku, aku tidak bisa menerima orang baru karena lupa men-duplikat kunci.