Bab 23|Pelukan hangat?

2.1K 85 1
                                    

Ceritanya update lagi
Pokoknya juli harus udah selesai
Mau lanjut nulis yang gak ada si Aa nya
Kalian suka gak sama Aa?
Ada yang mau disampaikan?
Atau sama Angeli?
Huhu sebenarnya aku mau buat happy ending, tapi gimana yaw aku dilema banget.

Aa gak kooperatif, dianya malah ninggalin akuu. Ya udahlah, sebagai obat kangen banget sama Aa kita buat part Aa manis dulu sama Angeli.


Sudah hampir 20 menit gadis itu berada dalam pelukan hangat ini, ia tidak banyak bergerak semaksimal mungkin menjaga agar laki-laki yang sudah memejamkan mata itu tidak merasa terganggu. Angeli tersenyum dalam pelukan laki-laki itu, namun ada rasa sesak yang melingkupi sebagian isi hatinya. Ini pelukan pertama mereka, terasa canggung tapi terasa hangat.

Teungku menghirup lembut aroma shampo yang menguar dari rambut gadis itu. Wangi avocado yang menenangkan. Teungku suka, ia suka segala sesuatu tentang gadis itu, kecuali sifat friendly yang tertanam pada diri gadis itu. Gadis itu sangat ramah pada siapapun, bahkan pada manusia yang baru saja ia kenal.

Perlahan Teungku mengeratkan pelukannya, ia rindu gadis itu, sangat. 4 hari 4 malam sungguh menyiksa. Memang, ia bisa melihat wajah itu dan mendengar suaranya, hanya saja ia tidak pernah puas. Ia ingin menyentuh secara nyata gadis ini. Sepertinya perempuan itu sudah mengirimkan pelet, ia sungguh tergila-gila pada gadis penyuka warna hijau ini.

"Sampo kamu wangi banget," kata Teungku, bisa ia rasakan pergerakan terkejut dari wanita itu, Angeli pasti berpikir kalau dirinya sudah terlelap.

"Aku pikir kamu udah bobo," gadis itu mengangkat kepalanya, melihat wajah jumawa itu sedekat ini membuat detak jantung Angeli bertambah berkali-kali lipat.

"Gimana aku bisa tidur, jantung kamu bunyinya deg-deg-deg luar biasa," Teungku mencubit gemas pipi gembul milik gadis bermata hazel itu.

"Bukan aku, itu jantung kamu," Angeli berontak dari dekapan laki-laki itu, malu banget ketahuan.

"Oh, ya? Coba dengerin detak jantung aku," laki-laki itu lagi-lagi mengeratkan pelukannya, Angeli menempelkan telinga kirinya di dada Teungku.

Deg. Deg. Deg. Deg.

Ternyata sama saja. Angeli mengulum senyumnya, ia langsung menutupi wajahnya dengan menenggelamkannya di dada Teungku. Terdengar jelas laki-laki itu terkikik geli.

"Ini pertama kalinya buat aku,"

"Me too," sahutku dengan suara yang mirip seperti bisikan.

💌💌💌

Siang ini Angeli masuk kelas, ada dua mata kuliah yang akan ia pelajari. Sebenernya cuma numpang absen karena hari ini UAS yang beruntungnya diadakan online, gadis itu-dan juga teman sekelasnya, bersorak bahagia.

Fisika itu prodi yang paling santai di fakultas MIPA, dari banyaknya ilmu dasar yang bergelut di sebagian besar FMIPA, hanya fisika lah yang mempelajari satu ilmu dasar, hanya Fisika Matematika. Jauh banget dari prodi Kimia, dimulai dari fisika dasar, matematika dasar, biologi dasar, mereka tampung semuanya, dimakan mentah-mentah malahan. Angeli cukup bersyukur dengan hal tersebut. Satu saja sudah membuat gadis itu hampir log out dari fisika.

"Ngerjain di kos lo aja, gue malas balik," ucap Tia, gadis itu dengan ogah-ogahan bangkit dari duduknya.

"Kita juga numpang di kos lo ya bro," seru Kevin yang datang dengan pasukannya. Sebenarnya Angeli cukup malas membawa para manusia darah rendah ini, tapi mau gimana, ia juga akan butuh mereka saat UAS nanti.

"Terserah, pokoknya kos gue terbuka lebar,"

"Cowok lo gak marah kan kalau kita mampir,"

"Gak punya, udah lah, gue mau langsung balik." Gadis itu menyerobot benteng pertahanan pasukan Kevin. Mereka memang kelompok perusuh. Untung saja mereka tukang lawak, masih bisa dimaklumi lah.

"Nanti kita bawain cemilan deh, biar lo senang," kata Tian, dihadiahi tatapan nyalang dari Tia. Dia lagi proses diet.

"Isiin Dana gue aja, habis uang lo beli cemilan ujung-ujungnya jadi tai juga,"

"Mulut lo pengen gue sumpel sambal balado ye,"

Angeli tidak menghiraukan candaan temannya itu, ia memilih untuk segera pulang dan mengerjakan UAS. Rentan waktu yang diberikan hanya satu jam, jadi harus gesit nantinya.

"Kita gak beli makan dulu, El?" Tanya Tia, sesekali ia melirik banyaknya pedagang kaki lima diseberang jalan UNIB belakang ini. Angeli menggeleng, bukan maksud menolak ajakan gadis dibelakangnya itu, tapi kan Kevin berjanji akan membawa makanan nantinya.

"Dari Kevin aja nanti gak habis, pokoknya kita ke kos dulu, siapa tau soal udah dibuka sama ibu Rasya."

"Ya udah deh,"

Tidak sampai 10 menit, motor berwarna hitam itu sudah terparkir rapi didepan kos an Angeli. Gadis itu langsung membuka kos, masuk, langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur, sedangkan perempuan yang bersamanya itu duduk santai dekat pintu. Ia butuh udara yang lebih segar, katanya.

"Soal udah dibuka," ucap Kevin sembari menyerahkan dua kresek hitam berukuran lumayan besar ke Tia. Dengan senyum yang mengembang, perempuan itu menerimanya dengan bahagia. Dan tentu saja, isinya semua cemilan. Kevin dan rombongan langsung menerobos masuk, teman-temannya ini memang sudah sangat sering berkunjung ke kos gadis itu.

"Nih, kesukaan lo," Raja menyodorkan Susu Soya pada Angeli, laki-laki ini dengan terang-terangan menunjukkan rasa sukanya pada Angeli. Tersenyum manis, gadis itu menerimanya, Soya tidak bisa di tolak.

"Thanks, mas bro. Lo paling tau kesukaan gue," kata Angeli.

"Waduh cuma dianggap mas bro,"

"Brozone kah?"

"Duh, Ja, lo kasian banget sih, demen sama orang ke rakyat jelata ini? Bagaikan langit dan comberan tau," sialan, mulut Eska memang sepedas cabe orang batak.

Tapi sebenarnya itu ada benarnya, Raja adalah anak tunggal dari pengusaha sawit di kota ini, bukan hanya 1 atau dua hektar, tanah yang baru pembukaan awal saja sekitar 10 hektar, yang lama jangan ditanyakan, beratus hektar. Tapi laki-laki bernama lengkap Raja Dame Sitorus ini tidak punya kesan sombong. Dia malah menarik dan sangat ramah, berbicaranya juga tidak sekeras dan sekasar orang batak pada umumnya, mungkin karena dirinya lahir dan besar di tanah Bengkulu. Tapi laki-laki itu mengerti tentang adat istiadatnya karena hal itu masih kental di keluarga mereka.

"Oh iya, El. Lo pernah bilang kalau lo sama Raja itu bisa nikah, itu dari mana? Kalian kan sepupu," benar sekali Angeli dan Raja adalah sepupu. Laki-laki bermata sipit itu adalah anak satu-satunya dari adik perempuan satu-satunya dari pihak ayah Angeli, mereka sering manggil adik perempuan ayah dengan sebutan 'bou'. Bou Adel namanya, wanita berusia 41 tahun itu adalah saudara kembar ayah, jadi walaupun adik dari ayah Angeli, Angeli dan Raja bisa seumuran, malah ngambil prodi yang sama.

"Dia anaknya Tulang gue, abang dari mama gue. Dalam adat batak, memang sepupu bisa nikah, asal, anak bou dan borunya tulang, selain itu haram,"

"Jadi, kenapa kalian gak nikah? Atau kenapa kalian gak pacaran," tanya Eska, membuat kening Angeli tertaut.

"Gue udah lihat perkembangan dia dari bayi sampai jadi segede ini, menurut lo gue bisa cinta sama orang yang udah lo anggap saudara sendiri? Lagian Raja punya gebetan, dari jaman SMP dia gak mau cerita banyak sama gue, dasar bocah es." Angeli ingin menggetok kepala sepupunya itu dengan keras, tapi melihat wajah sendu terpatri di wajah laki-laki itu, Angeli mengurungkan niatnya.

"Ya ampun bro, udah bener bener brozone lo, Ja

Maybe in another life, huh?! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang