Bab 6|Fisika Rumit

5.3K 135 0
                                    

Holaaa
Kembali lagi bersama akuu
Jangan bosan-bosan yaw

Jangan lupa vote dan comment

Setelah percakapan terakhir mereka, Angeli tidak bertemu beberapa hari dengan laki-laki itu. Gadis itu juga tidak lagi terlalu excited dengan semua hal yang Teungku punya. Ia sedikit menjaga jarak, ia tahu betul bagaimana jika ia masih terus melirik laki-laki itu. Pria yang baru-baru ini menarik perhatiannya itu ternyata berbeda agama dari dirinya. Sudah sepatutnya ia memberikan batas sebagai bentuk pertahanan. Angeli cukup kecewa tapi mau gimana pun ia harus merelakan rasa itu untuk hilang.

Perkuliahan dimulai tanggal 2 Februari, dikarenakan hal tersebut keduanya makin jarang bertemu. Angeli sibuk dengan semua praktikumnya, ternyata masuk fisika tidak semudah yang gadis itu bayangkan. Fisika masa SMA dan perkuliahan benar-benar jauh berbeda, tidak ada menghitung buah jatuh dari pohon atau menghitung seberapa jauh mobil bergerak dari titik diamnya. Fisika di perkuliahan lebih rumit bahkan mereka memasuki fase membuat lampu dan saklar dari komponen komponen fisika yang tak dipelajari ketika SMA.

"Ya Allah, gue cuma mau fisika, bukan mau jadi tukang PLN yang benerin lampu," seru Alena, salah satu anak kelas fisika angkatan 21. Angkatan 21 memang lagi disibukkan dengan praktikum elektronika dasar 1 dimana salah satunya adalah merangkai suatu rangkaian membuat lampu LED itu hidup dengan menggunakan kapasitor yang berbeda.

"Sama anjir, gue kira cuma ngitung bola aja, ternyata gue harus megang solder sama timah, gue gak kuat, mana tiap hari kesetrum lagi," sahut Kevin di ujung sana. Hari ini sudah dua kapasitor mereka yang meledak gegara salah pasang penempatan posisi positif negatifnya.

Angeli cekikikan, tim nya ini memang sudah di luar nalar kalau lagi ngobrol. Sebenarnya tidak susah merangkai, hanya saja rangkaian mereka menggunakan dua buah kapasitor karena hal itu rangkaian mereka lebih rumit dari yang lainnya yang juga membutuhkan pengerjaan lebih lama.

"Udah, fokus aja dulu, nanti kalau Bang Abel datang, kita minta tolong lagi," ucap Angeli, kini gadis itu bertugas untuk menyolder bagian kapasitor yang menurutnya sudah tepat posisi.

"Hai, guys, maaf telat, tadi macet," itu Zila, manusia yang atensinya akan membuat panas hati Angeli. Sebenernya Zila orangnya baik hanya saja gadis itu tidak pernah cepat tanggap dan jarang andil ambil bagian jika sedang kerja kelompok membuat semua tim tidak terlalu suka dengan dirinya. Apalagi jika gadis itu sedang kesal maka ia akan mencaci orang tersebut dengan bahasa daerahnya yang tidak dimengerti.

"Macet apaan, emang Bengkulu serame itu?" Ujar Alena.

"Ini jam pulang kerja, Len. Ngerti dong,"

"Hah? Sekali lagi dong ngomongnya, ngertiin. Harus gimana lagi kita-kita ngertiin, lo aja datang 3 jam dari jam yang ditentukan," ketus Angeli.

"Ya ilah, pokoknya kan gue dateng," ujar Zila tanpa sedikitpun rasa bersalah. Inilah yang semakin membuat tim tidak suka jika ada Zila di kelompok mereka. Tidak mau disalahkan dan bodo amat. Dan sialnya, Angeli selalu saja satu kelompok dengan manusia ini.

"Ya udah sih guys, ini rangkaiannya juga masih lama diserahkan," ucap Kevin. Laki-laki itu tak terlalu suka keributan apalagi jika suara-suara itu dari perempuan. Masalah bukannya selesai malah nambah runyem.

"Iya, Kev. Kan cuma lu yang kerjanya bener," ketus Alena sarkas, agak kesal karena Kevin selalu saja membela Zila.

"Anjir, gue cuma nengahin loh, cuk. Kenapa sekarang gue kena imbas juga, emang laki-laki selalu salah di mata kalian," ucap Kevin dramatis. Laki-laki itu mematikan solder dan berlagak seperti orang paling sakit hati di bumi ini.

"Ya salah lo, kenapa lahirnya jadi laki." Tambah Alena, gadis itu keluar dengan membanting pintu lab instrumen, Alena memang cukup berani untuk melakukan hal tersebut karena dia adalah anak dosen di kampus ini.

"Anjir si Alena, kalau gak anak dosen udah gue maki-maki lo," kesal Kevin, keduanya emang selalu punya masalah. Karena keduanya memiliki sifat yang sangat bertolak belakang dan sama-sama keras kepala.

"Udah, Vin. Coba hubungi bang Abel lagi, kepala gue pening gara-gara lampunya gak nyala nyala," Angeli mengurut keningnya yang sedari tadi berlipat-lipat karena pusing, padahal dari gambar, rangkaian mereka sudah benar, tapi tetap saja lampu berukuran kecil itu tak nyala apalagi nilai keluaran dari kedua kapasitornya berbeda membuat Angeli tambah pusing.

"Gue gak punya kontak abang itu, El. Gue juga gak deket, selama ini kan lo yang hubungin dan berinteraksi sama tu kating," Kevin memberikan satu botol Soya, minuman favorit Angeli. Tidak, Kevin tidak mungkin membelikan minuman itu. Itu adalah titipan dari Edkayasa, sahabat dekat Angeli.
"Nih, minum dulu, sebelum lo datang, pacar lo nitip ini ke gue, so sweet banget sih kalian, huwu," laki-laki itu menirukan gaya bicara tiktokers yang lagi viral karena ke-pickme-annya. Angeli menerima minuman itu dengan pandangan jijik ke arah Kevin. Meski wajahnya lumayan tampan tapi kelakuan laki-laki itu selalu diluar nalar.

"Udah berapa kali gue bilang, gue sama dia gak ada hubungan lebih dari temen. Kayak gue ke lo, gitu juga gue ke Yasa." Angeli sudah lelah mengatakan hal ini berulang kali pada setiap orang yang menanyakan perihal hubungan mereka, antara dia dan Edkayasa.

"Tapi gue gak pernah tuh tag lo disosmed gue, gak pernah vn sepanjang Yasa vn ke lo," Kevin duduk di depan gadis itu sembari meminum Fanta. Cukup lelah dengan rangkaian, mereka memilih istirahat sembari menunggu kating yang mengajari mereka.

"Ya kenapa lo gak lakuin? Kalau lo mau ya tugas gue cuma repost dan replay aja, itu yang gue lakuin ke dia, gak lebih walau kadang kurang,"

"Kenapa kalian gak pacaran? Padahal kalian cukup serasi kalau dilihat-lihat, Yasa juga punya segudang prestasi, lo pasti beruntung kalau jadi pacar dia,"

"Lebih baik gue pacaran sama lo yang gak ada prestasinya, Vin. Udah ah, gue males, tiap hari bahas itu mulu. Atau lo kali yang naksir sama dia,"

"Amit-amit, gue masih waras dan normal. Meski wajahnya Yasa terbilang cantik bukan ganteng tetap aja dia punya batang, gue gak suka pedang-pedangan." Laki-laki itu bergidik ngeri mendengar kalimat dari Angeli.

"Hahaha jangan gitu, kualat ntar," Angeli tertawa, ia beranjak dari tempat duduknya menuju toilet mengabaikan Kevin yang bergidik ngeri dan Zila yang hanya bermain ponsel sedari tadi mengabaikan percakapan konyol mereka.

"Zila, lo harus ingat kata-kata gue, gue masih normal, camkan itu," ujar Kevin, laki-laki itu menunjukkan otot-ototnya pada Zila.

"Gue gak perduli, mau lo normal atau belok, yang penting jangan suka sama gue," Zila juga beranjak dari duduknya meninggalkan Kevin dengan ekspektasi tololnya.

"Emang semakin ganteng seseorang, semakin banyak pula iri dengki menghampiri. Mati aja lo pada," laki-laki itu misuh-misuh.


Bonus si Aa nyatokin akuu, hasilnya bagus banget, jadi makiin yakin nanti profesi suami aku buka salon, mwheheh

Siapa yang penasaran muka manis Aa Teungku?? ✋✋

Siapa yang penasaran muka manis Aa Teungku?? ✋✋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Maybe in another life, huh?! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang