05. Make It Count

35 2 0
                                    

Bagaimana perasaanmu ketika masalalu kembali menghampirimu secara tiba-tiba? Bahkan ketika belum memiliki persiapan apa pun. Itu lah yang dirasakan Clara. Memang benar faktanya bahwa perasaannya masih terasa sama dan tidak abu-abu untuk dirasakan. Namun, kenapa kehadiran Devon memporakporandakan hatinya?

"K-kok bisa Devon nongkrong sama Kenan, bukannya mereka gak akrab ya dulu waktu SMA?"

"Sumpah sih, gue kaget banget pas Clara bilang Devon ada di sini."

"Mau kuliah di sini pula!"

"Eh tapi gapapa lah, kisah kasmaran remaja bakal terulang lagi di sini awokwkwkwk."

Niatnya ingin memberitahu mereka bukannya mendapat pencerahan malah kepalanya berdenyut. Pusing bukan main ketika sahabat-sahabatnya itu malah heboh dan berbicara di luar ekspetasi Clara.

"Gue di sini bukan mau dengerin ocehan kalian yang nggak jelas. Gue minta saran, gue harus gimana ngehadapi dia." Clara akhirnya membuka suara, menatap sahabatnya satu persatu dengan malas.

"Lo biasa aja, Ra. Nggak usah terlalu mendominasi, ya walaupun gue tau perasaan lo gak berubah ke Devon. Tapi seenggaknya jangan terburu-buru. Devon udah tunangan kalo lo lupa."

Penjelasan Alana menohok Clara. Yang dikatakan sahabatnya itu memang benar, Clara tidak boleh terlalu berharap pada Devon. Mengesampingkan perasaan itu tidak buruk jika untuk kepentingan orang lain. Setidaknya Clara berusaha menghargai Devon dan tunangannya.

"Yaaahhh, kok gue bisa lupa ya Devon udah tunangan. Gak asik, kalo gue jadi Clara, rela deh jadi PHO." ujar Evelyn, sahabat-sahabatnya tau kalau cewek itu sedang bercanda. Tapi tetap saja Kaira memukul lengannya.

"Hust! Gak usah aneh-aneh!" Kaira memperingati.

"Wkwkwk, nggak lah!" Evelyn tertawa.

Clara mengesah panjang, di antara sahabat-sahabatnya hanya Alana yang memberikan saran terbaik. Sisanya hanya haha hihi dan mengoceh nggak jelas.

Ia bangkit dari duduknya, "gue ke perpustakaan aja deh," sebelum dilempari pertanyaan dari sahabat-sahabatnya, Clara sudah melenggang.

Mereka menatap kepergian Clara dengan bingung. Siapa yang nggak bingung coba kalau tiba-tiba mantan pacar kembali tanpa aba-aba dan dua mantan pasangan itu terlihat biasa saja ketika bertemu setelah dua tahun tak berjumpa.

"Clara aneh gak sih?" Marva menatap sahabat-sahabatnya dengan mata menyipit curiga. "Kok bisa biasa aja gitu ketemu Devon."

Kaira mendengus, "terus mau gimana? Jungkir balik? Yang bener aja!"

"Kalian kan cuma lihat luarnya aja," tiba-tiba suara Erika berceletuk, "kita nggak tau gimana ekspresi Clara waktu ketemu Devon, kondisi dalam diri dia, pasti gak karuan." Mereka semua mengangguk, yang diucapkan Erika sangat masuk akal.

"Nah, menurut gue Clara lagi berusaha untuk nggak mencampuri masalah masa lalu sama sekarang." Alana mengimbuh.

"Iya sih, Clara selalu berusaha biar kelihatan baik-baik aja. Padahal di dalamnya dia rapuh, hatinya pasti hancur lagi ketemu Devon." Tasya mengerucutkan bibirnya, merasa khawatir akan kondisi Clara.

"Hati hancur yang kek gimana tuh, Sya?" Evelyn bertanya dengan wajah polos.

"Ya maksudnya hatinya porakporanda. Selama ini kan Clara berusaha untuk gak menengok ke belakang, dia relain Devon. Sekarang kalo tuh cowok balik, makin rumit. Keadaan dan juga perasaan mereka berdua." Erika yang menjawab, Tasya mengangguk tanda setuju dengan penjelasan tersebut.

Heartbeat 2 [ first snow ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang