Chapter 12

1.3K 70 2
                                    

Bagus bersiul-siul saat melewati gerbang sekolah, motornya yang rusak ia tinggal di bengkel dengan hati senang. Kalo ada Akshi semua tidak masalah, dia itu obat terbaik untuk sekarang.

"Bagus~" suara panggilan menggoda yang sudah biasa ia dapat ia balas dengan anggukan dan senyum lebar biasanya.

"Eh, mau kemana?!" Virnia menahan tangannya. Bagus heran, tapi berusaha biasa saja.

"Ke kelas lah, gue gak mau disini seharian"

Virnia tersenyum malu-malu, "gak mau nungguin siapa gitu?"

Alis mata Bagus terangkat, lalu otaknya membayangkan bahwa dia akan menunggu Akshi saja.

"Oke, gue tunggu disini! Lo piket jaga gerbang hari ini?" Tanya Bagus duduk di tepi gerbang.

Virnia tanpa malu-malu menggandeng lengan Bagus, "iya kalo kamu telat pas piketku tenang aja ku lolosin kok"

"Okay, thanks"

Tidak lama Anjar melewati gerbang lalu sengaja memberhentikan motornya.

"Wah, apa nih? Mantan gue jalan sama rival gue?" Anjar tertawa.

Virnia memasang wajah judesnya, "apa sih lo? Pergi sana!"

Anjar tertawa mendengar tanggapan seperti itu, dia hanya mengedipkan sebelah matanya dengan senyum penuh arti dan pergi dengan motornya ke arah yang berlawanan dengan parkiran sekolah.

"Mantan lo kenapa rese banget Vir?" Bagus bergumam.

"Tau tuh, akhir-akhir ini cari gue terus. Padahalkan-" kali ini Virnia menatap Bagus dengan pipinya yang memerah, "ah gak kok. Bukan apa-apa!" Katanya malu-malu.

Bagus menatapnya seakan berkata 'ini cewek gak waras apa ya?'
Dan untuk menit-menit selanjutnya bahkan sampai bel berbunyi Bagus tidak dapat bertemu dengan Akshi. Di tempat lain selama 15 menit bel masuk belum berbunyi Anjar beruntung.

Benar saja, dia menemukan Akshi di tempat itu sendirian. Sedang fokus dengan sebuah kotak dan beberapa barang di depannya, dan ketika lelaki itu mendengar suara motornya Akshi tersenyum dan menyapanya.

"Kak" katanya.

Manis! Seperti yang Anjar lihat selama ini.

"Ngapain disini sendiri?" Anjar akhirnya turun dan memilih mendekat.

Jantung, tolong ya! Kondisikan diri! Anjar berkali-kali merapal kalimat itu dalam pikirannya. Tapi memang benar, hati dan otak itu tidak bisa saling bekerjasama setiap saat!

"Aku buat rangkaian ini, tapi ternyata susah"

"Kayak anak hilang kalau disini sendirian" Anjar berusaha berkata sebaik mungkin, supaya tdak seperti orang jahat. Tapi ternyata cukup sulit, sehingga kesan suaranya seperti mengejek.

"Di kelas susah kak, banyak teman kelas yang bakalan ngeganggu. Jadi aku pilih disini dulu, supaya aman dan anak sekelas gak nanya-nanya" Akhsi tertawa.

"Sini gue bantu, urus yang itu aja. Gue bagian ini" Anjar memberikan arahan.

Dalam hatinya dia berucap sombong, 'kalo ginikan gue ada poin plus-nya dimata Akshi! Lo sering-sering aja sama si Virnia, Gus, Bagus! Hahaha'
Hari itu, di pojok sekolah, juga saksi bisunya kursi kayu bertenda payung pelangi Anjar dengan senang membantu Akshi menyelesaikan pekerjaannya.

***

Akshi bersyukur sekali dengan kemunculan kakak kelasnya tadi. Dengan begitu dia bisa menyelesaikan rangkaian IPA-nya yang akan dia hadiahkan kepada Wulan. Anjar, Anjar! Gak ada yang beres kalo ngelakuin sesuatu ya.
Berbuat baik demi mengesankan pujaan hati tapi ternyata pujaan hati pun punya hati lain yang dia jaga. Nasib Anjar dan Bagus sama-sama ngenes!

"Gue bingung lo kok mau dideketin sama kak kelas itu lho, yang suka buat ulah" salah satu teman kelasnya Yanti bertanya.

"Emang kenapa? Mereka baik" Akshi menjawab, dia tidak tau kenapa ekspresi Yanti jadi seperti tomat busuk.

"Lo gak tau mereka dikatain gay?!"

"Hah? Emang beneran?"

"Ya gak tau! Gue cuma denger-denger aja"

Akshi tertawa, "berarti gak bener beritanya. Orang mereka masih suka deketin banyak cewek kan?"

Yanti yang awalnya merasa jijik mengangguk-angguk mendengar penjelasan Akshi.

"Bisa aja ditutupin?"

"Kalau emang bener tuh kakak kelas gay buat apa mereka dari dulu buang cewek seenak jidat setelah didapetin? Lagian sumber pasti yang pernah main sama mereka berdua gak satu-dua, bejibun heh korbannya!" Anggara muncul ditengah-tengah mereka berdua.

"Tuh kan. Jangan asal sebar berita Yan, bisa aja itu hoax karena sakit hati diputusin"

"Bener tuh" Anggara membenarkan, "lagian gue lihat dengan jelas bahkan pagi ini kak Bagus sama si Virnia itu. Mantannya kak Anjar"

Yanti ingin kembali membuat opini baru ketika Gina menariknya, "jangan gosip lagi! Kena marah lo kalau beneran ketauan kakak kelas ya! Di damprat nangis!"

Yanti meringis dan pergi mengikuti Gina.
"Lo gak jadi nyari Wulan? Dia kayaknya ada di lab kimia sama guru tadi"

Akshi tersenyum, "thanks ya Ngga" dia segera pergi.

Tidak sadar Anggara melemparkan jempolnya pada orang lain.
***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AB-LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang