Chapter 7

9.7K 632 51
                                    

Berbagai cara Anjar dan Bagus gunakan. Sebisa mungkin keduanya menyanggupi persyaratan yang Akshi berikan. Walaupun terkadang ada yang mencuri kesempatan seperti sekarang ini misalnya.

"Sini gue bantuin" Anjar berdiri lalu membantu lelaki manis berkacamata itu membawa sekotak peralatan panitia.

Saat itulah Anjar mengusap tangan Akshi dengan lembut juga dibonusi sebuah senyuman manis dari Anjar, tetapi Akshi tetap diam termangu! Dia hanya bersikap masa bodo dan pergi meninggalkan Anjar begitu saja. Dari sudut lain Bagus tertawa puas, kali ini gilirannya mendekati Akshi.

"Ini ada bunga buat adek manis" senyum lebar Bagus terkembang.

Akshi menatap datar Bagus. Tanpa diduga diraihnya bunga itu dan segera ia buang ketempat sampah.

"Maaf kak, saya bukan cewek yang suka dikasih bunga" tolak Akshi dan terus berjalan lurus.

Kali ini Anjar tertawa, "parah lo! Liat noh, masih mending gue dari pada elo!"

Bagus geram. Seperti yang bisa kita tebak, keduanya kembali bertengkar.

***

Anjar dan Bagus gigit jari. Ini hari terakhir keduanya untuk bisa mendekati Akshi dengan leluasa. Tetapi apa daya? Pengumuman lomba akan segera diberitahukan dan mereka segera pulang dari sana. Nekat? Tidak mungkin, mereka tidak mau mendapat konsekuensi Akshi menjauhi keduanya.

"Gimana ini?" Gumam Anjar.

"Gak bisa" ujar Bagus putus asa.

Tanpa disadari keduanya saling berpandangan lalu menghela nafas lelah.

"Seputus asa ini ya ngejar-ngejar cowok?" Tawa Anjar menjatuhkan dirinya ke tempat tidur sambil menutup wajahnya dengan tangan.

"Hahaha gue nggak nyangka bakal sesusah ini" tawa Bagus getir, "dimana-mana cewek lebih gampang gue taklukin"

"Hmm, gimanapun caranya ayo coba terus. Walaupun lo rival gue, tapi kayaknya Lo sendiri juga putus asa" kekeh Anjar.

"Ya, lagi pula gue masih bisa godain dia disekolah nanti" lanjut Bagus.

Keduanya kali ini menyeringai kompak. Dunia benar-benar sudah gila bukan?

***

Tropi kemenangan yang mereka dapatkan tidak membuat mereka bertiga senang. Saat ini mereka tengah bingung, kemana Akshi? Setelah penerimaan tropi kemenangan juga foto bersama beberapa orang dia menghilang begitu saja.

"Kak" panggilan itu membuat Bagus maupun Anjar menoleh semangat.

"Akhirnya Lo balik juga, tau nggak kita harus rayain malem ini sebelum balik besok ya!" Seru Anjar.

"Bener banget!" Seru Bagus tidak mau kalah.

"Boleh aja kak. Tapi kenalin, pacar saya sekaligus orang yang mau ditunangin dengan saya. Raden Roro Wulandari Retnoningsih"

"Hahh?!" Teriakan shock Anjar dan Bagus bergema.

Gadis mungil yang berwajah manis dengan kacamata yang bertengger mengulurkan tangannya sambil menunduk malu-malu.

"Halo kak, saya calonnya kak Akshi! Mungkin kami masih terlalu kecil untuk menikah, tapi bukankah kami cocok?" Wajah merahnya terlihat jelas sambil menatap Akshi malu-malu.

Kali ini hati Anjar dan Bagus tertohok. Mereka sudah kalah dari awal ternyata!

***

Perayaan malam itu tidak mereka lakukan bertiga, tapi jadi berempat. Dengan gadis yang dipanggil Wulan itu bercerita dengan ekspresi malu tetapi semangat.

"Kami dijodohin. Ibuku, Raden Roro Fatma Niko menjodohkan kami berdua. Saat bertemu kami langsung tertarik, dan beginilah" ujarnya malu-malu.

Tidak ada tanggapan, Wulan sendiri juga terus berceloteh sendiri.

"Kak Akshi kan masih mempunyai darah biru sepertiku, itulah yang membuat Ibuku tertarik pada kak Akshi. Apa lagi dengan bakat sedari kecilnya, ibu berkata akan memiliki penerus yang baik"

Yang menanggapi tentulah hanya Akshi, Bagus dan Anjar sudah tidak peduli lagi cerita gadis sialan yang menggagalkan rencana keduanya! Yang keduanya butuhkan saat ini adalah keluar dari situ dan mabuk! Ya, mabuk! Sepertinya itu bisa mengalihkan pikiran mereka!

***

AB-LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang