Chapter 11

3.3K 174 4
                                    

Anjar tersenyum lebar, kedatangannya di kelas sebelah mengundang beberapa cewek mendatanginya dan mengajaknya mengobrol dengan senang.

"Eh, tapi soal gosip kemarin apa bener?" Salah seorang dari mereka bertanya dengan ragu.

"Gosip apa sih?" Sahut yang lain.

"Mana bener, liat aja si Anjar ini! Cowok ganteng kek gini kok gay, bener kan Njar?" Kali ini mata Melly mengarah padanya dengan tatapan berharap.

"Itu semua hoax, ada yang gak suka sama gue. Jadi beginilah nasib orang ganteng, ada aja yang iri" jawab Anjar sambil tersenyum.

Kembali para cewek itu terpekik sambil terus berbisik-bisik semangat, Virnia yang baru masuk ke kelasnya merasa tidak suka.

"Heh! Lo ngapain di sini?! Minggir! Dan lo semua ya, dia ini playboy kelas kakap tau!! Sadar diri sebelum nangis monyet kalian semua!" Bentaknya.

Anjar malah tersenyum, "santai dong. Gue kesini nyari lo tau"

Helaan nafas tidak suka juga keluhan di sampaikan para cewek di sekeliling Anjar, tetapi dengan santai dan senyuman khasnya dia berhasil membuat para kaum hawa itu tenang.

"Lain kali kita ngobrol lagi ya, gue ada urusan dulu sama dia. Yuk, Vir gak disini" ajak Anjar.

Virnia mengikuti dengan ekspresi yang lebih baik dari yang tadi, "kenapa? Disini aja, biar banyak saksi mata kalau gue diapa-apain sama lo"

"Duh, masih belum terima perbuatan gue dulu ya? Maaf deh, sekarang ada berita bagus. Temen gue minta tolong supaya bilang ini ke lo" Anjar memasang wajah seriusnya kali ini.

"Hah, siapa?" Kali ini Virnia tertarik, matanya sedikit berbinar dia tahu betul kalau teman Anjar adalah orang-orang kaya, juga memiliki tampang yang tidak bisa di lewatkan.

"Bagus. Dia titip salam, tapi gak berani karena lo tau lah dia 11-12 kek gue. Mau memperbaiki diri tapi takut lo gak nganggep serius"

"Beneran?" Virnia mengangkat sebelah alisnya curiga.

"Beneran. Dan dia gak mau ngobrol atau ngajak lo ngobrol karena takut gara-gara reputasi dia lo jadi kena juga" Anjar berusaha keras untuk membuat Virnia percaya ucapannya.

"Dih, mulut lo palsu. Sering ludah sana, ludah sini eh terus ditinggal!" Virnia teguh dengan pendiriannya.

"Ya udah, mau lo gimana. Gue dah nyampein, kalo lo gak suka diem aja. Kagak usah di urus, bye" Anjar berbalik dengan senyum licik mengembang, dia bisa merasakan bahwa Virnia goyah akan kata-katanya.

"Bagus liat baik-baik kalo lo main-main sama orang yang salah, gunain otak bukan cuma sikap busuk lo yang godain orang" Anjar tidak sadar kalau dia juga penggoda -_-.

***

Hampir setiap hari Anjar berkeliling kelas-kelas, entah itu bergaul dengan kakak kelas atau adik kelas yang mendekatinya untuk mendapatkan hal lebih dengan berteman dengannya. Tidak masalah, asal dia mendapatkan hal yang menguntungkan juga. Sebenarnya tujuannya adalah melihat hasil bisa yang ia semburkan berjalan dengan baik atau ada hambatan.

Ternyata itu hanya kekhawatirannya saja. Di lihatnya dari jauh Virnia bertanya pada banyak orang.

"Apa yang dia omongin?" Tanya Anjar pada Hamid yang datang setelah mendekati mereka pelan-pelan.

"Dia lagi nanya apa Bagus lagi deket sama cewek lain atau gak bang" jelasnya sambil membagikan rokok di sakunya yang langsung di ingatkan kawannya.

"Sadar gebl**, ini dimana. Kalo di belakang sekolah baru cus, amanin gih!"

"Haha, yoi" tawa Hamid lalu menatap Anjar, "bang kalo lo suka sama cewek itu napa gak lo tembak? Malah begini, kek bukan lo aja"

Mata Anjar memicing, "siapa bilang gue suka dan mau nembak dia? Urusan lain, gak usah kepo. Cukup lo bantu gue tentang yang gue minta, lagian ini hal yang gampang. Ngerti?"

Hamid mengangguk, "sorry bang"

"Bisa gue dah berhasil, tinggal nyebar ke seluruh tubuh aja sampe bikin tuh cewek gila" Anjar berkata.

"Perasaan dia normal bang" Ecek bersuara.

"Dia sedikit gila, posesif sama pacarnya. Dan kalo tau ada cowok suka dia dan gak noleh ke cewek lain, dia lebih gila. Makanya itu, gue buru-buru putus sama dia. Orangnya ribet, dan nyusahin. Setiap hari bakal kena teror tuh haha!" Anjar tertawa senang. Saat itulah waktu tepat baginya mendekati Akshi, selama ini hanya Bagus yang memiliki kesempatan karena sifatnya. Tapi kali ini Bagus jatuh dalam jebakan otaknya, welcome bro. Tawanya dalam hati.

***

Ini untuk chapter lanjutannya, maaf lama. Aku bakal cukup susah luangin waktu.
Don't forget to like and comment, thank you. Hope you guys are okay (◍•ᴗ•◍)
Ps : aku cepet up lanjutannya kalau idenya lagi banyak tanpa ada hambatan ya guys😊

Regards,
Anpether

AB-LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang