Chapter 3

13.6K 835 56
                                    

"Lo napa sih? Dari tadi muka lo asem, kagak enak diliat!" Celetuk Dava sambil menepuk pundak Bagus.

Mereka masih merubung ditempat Anjar duduk, dan pertanyaan Dava tentu saja menarik minat beberapa orang untuk mendengarkan jawaban Bagus.

"Kagak! Bisa lo jangan ganggu gue dulu?!" Ketus Bagus tidak suka.

Kening Dava mengernyit dalam, sepertinya lelaki itu tersinggung atas ucapan Bagus. Tetapi lelaki itu berusaha menanggapinya dengan nada bercanda.

"Lo jealous ya sama Anjar!" Ujar Dava sedikit menahan tawanya.

Nama Anjar yang dibawa-bawa tentu saja membuat fokus mereka semua kembali pada percakapan Dava-Bagus. Lelaki pindahan itu menyeringai dan berdiri, lalu dengan akrab langsung menyampirkan lengannya ke pundak Bagus.

"Jadi lo merasa tersaingi bro?"

Bagus menepis lengan Anjar dengan kuat, raut emosi membayangi wajah gantengnya.

"Bacot!"

"Njir, lo ngapa ngegas dah! Woles aja, ntar penggemar lo tetep ada noh" seru Adit sambil terkekeh.

Beberapa cewek langsung membalas, "Bagus sayang tenang aja! Kamu tetep nomer satu buatku!" Serunya sambil memberikan kiss bye pada Bagus.

"Serah! Gue kagak mood, woy Dian yok ke kantin!" Seru Bagus sambil menyenggol pundak Anjar dengan keras, yang dibalas cowok itu dengan tawa gelinya.

***

Sejak hari itu Bagus memusuhi Anjar, lelaki itu sering sekali menunjukkan kemesraannya dengan cewek-cewek didepan umum. Siapapun itu ia goda, Anjar menyeringai. Tentu saja baginya itu sebuah tantangan yang harus ia jawab! Dan keduanya mulai berlomba-lomba mendapatkan cewek-cewek sebanyak mungkin!

"Maaf kak, kertas ulangan saya kakak duduki!" Seru seorang lelaki dengan tegas.

Cewek yang bersama Anjar menoleh tidak suka, ekspresinya menjadi sinis saat melihat cowok bertubuh mungil yang menatapnya tajam.

"Lo nggak sopan ya! Nggak liat apa kalo gue lagi ngobrol sama pacar gue hah?!"

"Saya tau kak! Tapi maaf, itu hasil ulangan saya mau saya bawa pulang! Jadi kakak bisa minggir?!"

Tentu saja Elfia berang, dia sedang bermesraan dengan Anjar! Tidak setiap hari Anjar mau bersama dia di waktu luang seperti ini! Ini waktu yang langka, dan anak ini berani mengganggunya demi kertas ulangan?!

"Ck, udah sih kagak usah lebay! Lo kasihin aja kertas ulangan anak itu, selesai! Ntar dia kagak ganggu kita lagi!" Suara Anjar dengan kesal.

Apa salahnya tinggal memberikan kertas itu dan membiarkan anak itu pergi?! Kenapa cewek-cewek selalu memperbesar masalah sepele?!

Elfia segera menyerahkan kertas ulangan yang tidak sengaja didudukinya dengan kasar, "Nih! Cepet pergi sana, jangan ganggu lagi!"

Anak cowok itu mengangguk, lalu pergi dari sana. Meninggalkan Elfia yang kembali berusaha menggoda Anjar supaya mau bersama dengannya lebih lama lagi.

***

Fakshi Darmawan, cowok mungil berkacamata yang mempunyai wajah baby face, bibir semerah buah cerry, juga otak yang lumayan. Dia cukup disukai banyak temannya karena suka membantu mereka dan sikap tegasnya menjadi point plus tersendiri.

"Bangsat dah, kalo bukan karena bu Indah yang minta tolong gue ogah nemuin adek kelas!" Gumaman bernada kesal yang Bagus ucapkan mengundang Akshi mendatangi kakak kelas yang terkenal badung itu.

"Ada apa ya kak?"

Bagus mengangkat sebelah alisnya lalu mengeluarkan smirk andalannya.

"Tolong cariin bocah yang namanya Fakshi Darmawan! Bu Indah minta ketemu keruangannya!"

"Itu saya kak" jawab Akshi sambil mengangguk, setelah itu Akshi berbalik dan pergi meninggalkan Bagus yang melongo. 'Buat apa Bu Indah yang cantik ketemu bocah krempeng sok polos?! Mendingan gue kemana-mana!' Batin Bagus dengan kesal lalu berbalik pergi.

***

"Ginanjar Saputra Luso, Bagus Amitara! Setelah ini ke ruang guru!" Seru Bu Meta dengan mata tajamnya.

Bagus bangkit berdiri, "bu guru yakin saya harus sama si bangsat ini?!" Tanyanya dengan nada tidak terima.

Penggaris besi itu melayang dan tepat mengenai punggung Bagus dengan keras. Tentu saja bu Meta-lah yang memukul lelaki itu, Bagus pun segera mengernyitkan dahinya karena sakit.

"Jangan ngomong kasar dikelas saya atau kamu saya pukul lebih dari ini! Selanjutnya kalau kamu berulah aset kamu itu jadi korban selanjutnya, mengerti?!"

Bagus otomatis segera menangkupkan tangannya ke 'aset' yang dimilikinya, sifat refleks melindungi benda berharganya😂. Dengan cepat lelaki itu mengangguk, sudut mata lelaki itu melihat Anjar yang mengejek sifat konyolnya.

***

AB-LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang