Author's POV
Saat ini mereka sedang berada di tempat es krim dengan Laura yang tengah memakan es krimnya bak orang kesetanan.
"Santai napa, Ra." Ingat Andrico yang ngeri melihat anak gadisnya yang memakan es krimnya dengan emosi.
"Ini udah santai!" ucap Laura dengan kekesalan.
"Itu gak santai!" ucap Andrico sambil menggelengkan kepalanya.
"Au ah! Papa ngeselin!" marah Laura pada Andrico yang tak mengerti akar dari permasalahan mood nya saat ini.
"Itu si bajingan, bajingannya kenapa?" tanya Andrico santai. Ia tahu bahwa saat ini Laura tengah kesal kepada Revan namun tak tahu kenapa alasannya maka dari itu, ia berinisiatif untuk bertanya.
Karena Andrico pengertian, jadinya Andrico berniat untuk memakai nama samaran kepada Revan.
"DUH KUADRAT PA BAJINGANNYA!" teriak Laura marah-marah. Semua orang yang berada di sana melihatnya aneh.
"Ah Laura! Jangan teriak-teriak nanti kalo ada ibu-ibu yang naksir Papa gimana? Kamu mau punya mama baru?!" canda Andrico pada Laura yang sudah memasang tanduknya.
"Papa, bisa gak sih sehari jangan ngeselin?" tanya Laura sewot.
"Engga, kan udah dari sininya cetakannya begini." Jawab Andrico enteng.
"Gak nyangka napa Mama yang cakepnya kaya bidadari mau sama titisan demit kaya Papa!" oceh Laura dan Andrico tertawa mendengar ejekan Laura.
"Namanya juga demit, bisa berubah kaya apa aja. Makanya Mama kamu mau. Udah Papa kasi mantra biar yang lain jadi tuyul." Jelas Andrico yang membuat Laura memutarkan kedua bola matanya.
"Dah ah! Lo gaasik banget Papa." Ucap Laura sambil beranjak pergi dari kursi dengan tertatih menuju mobil mereka.
'Brakk'
Laura membanting pintu mobil Andrico dengan keras. Andrico yang mendengar serta melihat itu pun sesegera mungkin masuk ke dalam mobilnya.
'Bugh'
Andrico menutup pintunya dengan santai dan menatap wajah Laura masih kelewat betenya.
"Yang salah Revan kenapa yang kamu banting pintu mobil Papa si?!" tanya Andrico kesal juga.
"Ya emang Papa mau aku banting?" tanya Laura galak dengan mata yang di lebarkan secara sempurna ke arah Andrico.
"Au ah!" ucap Andrico sebal dan akhirnya menjalankan mobilnya untuk pulang.
***
Sesampainya di rumah Andrico dan Laura masuk ke dalam kamar mereka masing-masing karena merasa gerah dengan badan mereka.
"YUHUUU ANDRICO, AKU DATANG..." teriak seseorang dari depan gerbang. Tak lupa dengan pencetan belnya yang tak sabar.
Laura membuka sedikit jendelanya untuk melihat siapa yang berteriak dengan nyaring itu.
"ANDRICO! KOK GA DI BUKAIN SIH PINTUNYA!!!" teriaknya lagi. Laura pergi keluar kamarnya karena memang sudah waktunya ia keluar dari kamar sehabis mandi.
Serta mengabdikan momen paling penting yang akan Andrico alami.
Di gangguin sama Tante Mamia.
'Cklek'
"LAURA!" teriak Andrico masih memakai celana kantornya dan baju kaos yang masih tergantung di kepala.
"Bwahahahahahaha..." Laura tertawa dengan kencangmya saat melihat keadaan Andrico yang cukup mengenaskan saat ini.
"Ah Laura, jangan ketawa dong! Bantuin Papa..." Andrico menatap anak satu-satunya ini dengan penuh harap.
"ANDRICO KALO KAMU GAK BUKA PAGARNYA AKU MANJAT NIH YA?!" seruan dari luar makin terdengar.
Mamia dengan niatnya membawa toa kecil bersamanya agar seisi rumah kalau bisa seisi komplek mendengarkan teriakannya.
"Nah loh, Tante Mamia sekarang bukan manusia lagi tapi setengah monyet..." Ucap Laura dengan tawa setelah ia mengucapkan perkataannya yang menurutnya lucu.
"Please, Papa beliin Album deh.." Tawar Andrico pada Laura.
"Gak. Mereka belom comeback." Laura bertindak jual mahal kali ini. Andrico hampir putus asa.
"Jadi apa dong?" tanya Andrico hampir menangis karena putus asa.
"Pecat Revan?" tanya Laura pada dirinya sendiri dan menimbang-nimbang.
"Ya gak bisa lah kalo di pecat, tar malah cewe lagi yang gantiin." Jawab Laura pada dirinya sendiri dan Andrico hanya bisa mendengar celotehan anaknya ini.
"Cat mobil papa jadi warna pink, terus ada gambar oppa aku di dalemnya. Take it or leave it! Kalo boong, jangankan Tante Mamia, buyutnya pun nanti aku datengin ke sini!" Laura menaik-turunkan alisnya dan Andrico menjatuhkan rahangnya sangking terkejutnya dengan syarat Laura.
"Iya deh, cepet!" Andrico pasrah dan menyanggupi.
Laura pergi ke depan menggunakan kursi rodanya karena lelah menggunakan tongkat seharian.
"ANDRICOOOO!!!" teriak Mamia masih saja ingin nekat untuk memanjat gerbang rumah Laura yang tinggi.
"Tante!" panggil Laura kepada Mamia di sebrang pagar.
"Mana Papa kamu, Ra?" tanya Mamia langsung pada Laura.
"Gaada! Hus hus berisik." Usir Laura pada Mamia.
"Tante tau kok kalau Papa kamu ada di dalam. Itu keliatan mobilnya." Sanggah Mamia pada Laura yang ia lihat di sela-sela pagar.
"Tante pikir Papa itu cuma punya sau mobil? Wah ternyata tante ga percaya sama aku?" oceh Laura galak. Mamia hanya bisa manyun mendengar celotehan calon anak tirinya ini.
"Tante pikir, manyun-manyun gitu seksi apa?" tanya Laura pada Mamia.
"Berisik banget sih anak kecil, Tante tuh yakin kalo Papa kamu itu ada di rumah." Ucap Mamia kekeh.
"Oh mau ya gak aku restuin sama Papaku? Mau liat Papa nikah sama model? Atau sekalian sama sekretaris kantornya hah?" tantang Laura yang membuat Mamia ciut.
"Fix gak ada restu untukmu, Tante Mamia." ucap Laura mutlak.
"Eh jangan gitu dong, ini Tante pergi nih. Liat ni udah madep sini." Ucap Mamia yang sudah membelakangi rumah Andrico dan Laura.
"Nih liat ni ya, Tante udah jalan ni. Tarik lagi ya anak manis ucapannya yang terakhir..." Ucap Mamia manis. Laura terkekeh pelan mendengarnya.
Dan seketika Mamia berlari menuju rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Papa
HumorBerkisah tentang seorang gadis yang selalu di kejar dengan semua perempuan yang menyukai Papanya. Memiliki keluarga yang sedikit berantakan, namun tak membuatnya menjadi kesepian. Justru semakin ramai karena perubahan yang terjadi karena Papanya. ...