Atok Ali

15 5 1
                                    

Note: sebelum baca, mohon banget sama kalian untuk kebaikan hatinya memencet Vote. Dan kalau bisa komen di paragraf agak dibanyakin ya🙏🙏🙏
Terimakasih atas kemurahan hatinya


Dia seorang lelaki paruh baya yang telah hidup lebih dari setengah abad lamanya. Namanya Ali. Ali saja. Biasa akrab dipanggil oleh orang-orang sebagai Atok Ali.

Atok Ali sebentar lagi akan menginjakkan kakinya di umur yang ke 80 tahun. Di umur yang sudah jauh seperti ini, apa sesuatu yang lebih baik dari didatangkan kematian. Meninggalkan semua hal yang ada dunia, termasuk masalah-masalah yang ada. Sudah cukup hidup lebih dari setengah abad, saatnya untuk beristirahat dengan tenang.

"Kenapa ajalku tidak kunjung datang?" Atok Ali berkeluh-kesah dalam doanya.

Ia mengernyitkan dahinya dan memperlihatkan ekspresi jenuh kepada hidup yang tidak ada habisnya. Teman-temannya yang lain sudah banyak yang mati. Ia harap selanjutnya adalah gilirannya. Namun kapan giliran untuknya? Apakah besok? Minggu depan? Atau bulan depan? Kapan pun itu Atok Ali ingin sesegera mungkin untuk mati.

"Nasib... nasib. Berapa lama lagi?" gumamnya.

Atok Ali begitu cemas dengan dirinya. Ia ingin sekali mati. Jika bisa, hari ini juga ia ingin mati. Ia tidak ingin hidup lebih lama lagi. Ia ingin mati, kemudian pergi, dan meninggalkan namanya di sini, hanya itu.

Jika sudah mati, beban-beban di dunia akan hilang tertinggal. Tidak ada lagi yang harus dipikirkan. Tidak ada lagi orang-orang yang harus terbebani oleh lelaki tua ini. Sudah cukup waktu untuk menyusahkan orang lain. Saatnya pergi.

"Tuhan kapan waktu untukku?" Atok Ali sudah tidak tahan lagi.

Kelahiran dan kematian sudah ada takdirnya. Sudah ada waktunya. Tinggal menunggu waktunya saja. Ada orang yang lahir dengan takdir umur panjang. Pun ada orang yang terlahir dengan takdir umur singkat. Tuhan sudah mengatur itu semua. Bahkan sebelum kita dilahirkan ke dunia, Tuhan sudah menentukan takdir kita.

Namun ada juga orang-orang yang mati dan mengakhiri hidup mereka dengan melangkahi takdirnya sendiri. Yaitu orang-orang yang memilih untuk bunuh diri. Sebuah perbuatan yang tidak disukai oleh Allah SWT. Sebuah perbuatan yang salah. Yang tidak sepantasnya dilakukan karena beratnya hidup ini.

Ada banyak orang yang memilih untuk bunuh diri karena terlibat dalam masalah, karena tidak sanggup dengan pahitnya jalan yang ditakdirkan Tuhan. Jalan yang melelahkan dan mengecewakan. Padahal Tuhan sudah menyiapkan hadiah besar untuk orang-orang yang berhasil sampai ke garis finish. Hadiah bagi orang-orang yang bertahan dalam ujian yang diberikannya.

"Istriku telah mati. Anak dan menantuku juga telah mati. Begitu juga dengan teman-temanku. Kini aku merasa sendirian. Kesepian. Kenapa cuman aku yang matinya lama Tuhan?!" Atok Ali mencoba berbicara kepada Allah SWT. dengan menengadahkan kedua tangannya.

Setiap ia sholat ia hanya meminta kepada Tuhan untuk mencabut nyawanya. Bahkan di setiap sujud-sujud terakhir ia berharap Malaikat Izrail datang tiba-tiba. Ia berharap mati secara khusnul khotimah. Namun memang belum waktunya ia pergi meninggalkan dunia. Maka dari itu Malaikat Izrail tidak pernah datang untuknya.

"Apa yang harus aku suguhkan agar Izrail datang ya Allah?" Tangannya terus terangkat ke atas.

Setiap ia berdoa, ia mencoba khusyuk, tidak memikirkan hal yang lain, benar-benar memfokuskan dirinya kepada Allah SWT. agar Allah SWT. tau bahwa ia ingin sekali mati. Setiap hari ia berdoa dan memohon agar doanya dikabulkan.

"Aku memohon kepadamu ya Allah. Cepatlah cabut nyawaku! Jangan sampai umurku mencapai tujuh puluh tahun ya Allah. Akan ada yang datang jika aku tidak segera mati. Akan ada yang menagih janjinya kepadaku. Keluargaku akan dalam bahaya besar ya Allah. Bantulah hambamu ini! Aku tidak ingin keluargaku celaka. Aku tidak ingin cucu dan cicitku menjadi tumbalnya. Dengarkanlah doaku ya Allah! Dengarkanlah! .... Dan ampunilah dosa-dosaku! Dosa-dosa yang sengaja aku perbuat saat di dunia ya Allah." Setetes demi setetes air matanya jatuh. "Aamiin ya Allah!" Atok usapkan kedua tangan itu ke wajahnya.

KOLONI HITAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang