Hitam

9 2 0
                                    

Tidak banyak hal yang bisa dilakukan Atok Ali di masa tuanya ini. Tenaganya tidak banyak, energi tubuhnya berkurang setiap waktu, dan fisiknya juga melemah sepanjang umurnya bertambah. Namun untuk menghilangkan stres pada pikirannya yang selalu membuatnya gelisah, ia harus beraktivitas. Agar tidak banyak hal yang ia pikirkan.

Satu-satunya kegiatan yang bisa Atok Ali lakukan adalah beternak. Ia memiliki ternak ayam. Ayam hitam. Ayam yang biasa disebut sebagai ayam Cemani. Dan lebih banyak orang memanggil ayam tersebut sebagai ayam hitam, karena ayam ini memiliki bulu yang berwarna hitam, daging yang hitam, kulit yang hitam, bahkan sampai ke tulang ayam tersebut juga berwarna hitam. Ayam ini adalah ayam yang paling sering dicari-cari oleh orang-orang untuk dijadikan sebagai obat ataupun di konsumsi. Banyak hal bermanfaat di dalam ayam ini yang bisa dimanfaatkan dan diolah.

Ada banyak sekali ayam hitam yang telah dipelihara oleh Atok Ali. Jumlahnya puluhan. Dan ia rawat seorang diri saja. Dari yang hanya dua ekor, setelah ia pelihara sekian lama, jumlahnya bertambah satu demi satu hingga menjadi puluhan seperti sekarang ini. Kandang ayam hitam itu saja terlihat sangat besar. Kandang besar tersebut dibangun seorang diri oleh Atok Ali. Terbuat dari batang-batang bambu sebagai dindingnya dan seng sebagai atapnya. Itu semua dikerjakan Atok Ali sendiri.

Bukan perihal tidak ada yang ingin membantu. Lantaran Atok Ali yang tidak ingin dibantu sama sekali. Ia lebih senang mengerjakan semuanya sendiri. Akan lebih mudah untuk mengeluarkan bayangan di dalam otaknya ke pengeksekusian. Dan Atok Ali juga merasa tubuhnya lebih bugar ketika ia melakukan aktivitas, dibandingkan melamunkan hal-hal yang membuat pikirannya tertekan.

Mungkin kegiatan-kegiatan seperti inilah yang dapat membuat dirinya menjadi lebih baik. Sambil menunggu maut untuk menjemputnya ke alam barzakh. Dan semua penantian akan berakhir. Tapi kapan maut akan menjemputnya?

Puluhan-puluhan ayam hitam yang telah ia pelihara tersebut tidak pernah ia dagangkan dan ia perjualbelikan sama sekali. Ada begitu banyak konsumen yang ingin membeli ayam hitam tersebut, namun Atok Ali tidak menjualnya.

"Sejak ayam-ayam ini berjumlah dua ekor, tak pernah sama sekali aku kepikiran untuk menjual mereka." Kalimat yang sering Atok Ali lontarkan kepada orang-orang yang ingin membeli ayam hitam tersebut.

Tidak jarang tiap bulannya ada orang yang datang dari jauh-jauh tempat untuk menjumpai Atok Ali, si peternak ayam hitam. Dan tidak jarang juga ada banyak orang yang pulang dengan perasaan kecewa karena Atok Ali tidak mau menjual ayam hitamnya itu. Walau telah terjadi
negosiasi berjam-jam, tetap saja Atok Ali menolak untuk menjual ayam-ayam tersebut. Entah apa alasan Atok Ali tidak ingin menjual ayam-ayam tersebut. Lantas untuk apa ia memelihara mereka jika tidak ingin dijual?

"Kenapa kau begitu memaksa untuk membeli ayam-ayam ini? Apakah kau ingin bermain ilmu hitam?" Kalimat ini sering kali mengakhiri pernegosiasian ayam-ayam tersebut. Orang-orang yang sudah terkena kalimat ini pasti akan sangat tersindir, sampai tidak bisa berkata-kata.

Pun banyak orang-orang yang menawarkan harga yang lebih tinggi. Hanya untuk mendapatkan paling tidak seekor saja dari puluhan-puluhan ayam yang ada. Biasanya dari harga normal, ketika Atok Ali menolak, harganya ditambah, ketika Atok Ali tetap menolak, harganya ditambah lagi, dan jika Atok Ali masih tetap menolak, harganya ditambah lebih tinggi lagi, sampai si penawar lelah dan menyerah.

"Tidak adakah seekor pun yang bisa aku bawa pulang? Setidaknya satu aja yang bisa aku bawa pulang. Aku jauh-jauh datang dari Sarepah Timur, desa Ujung Panjang. Aku ke sini hanya untuk membeli ayam-ayam ini," ucap Si Pembeli.

"Jika aku ingin kaya, mungkin kandang-kandang ini sudah kosong dan tidak berisi sejak dulu."

Dan lagi-lagi, orang-orang itu akan pulang dengan tangan kosong dan membawa perasaan kesal karena telah menghabiskan waktu mereka. Bukan hanya waktu, tapi juga tenaga yang dikeluarkan untuk merayu Atok Ali agar menjual ayam-ayam itu kepada mereka. Walau hanya seekor saja. Tapi jawaban Atok Ali sudah bulat sedari dulu. TIDAK!

KOLONI HITAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang