Kini Atok Ali telah diantar pulang oleh pihak rumah sakit. Tak sia-sia perjuangan Risa memohon kepada Rudy untuk mengizinkan atoknya dibawa pulang.
Dengan pujuk rayu yang ia lakukan akhirnya Rudy menuruti yang dikatakan oleh Risa. Walau hatinya masih terasa berat untuk melepas pasiennya yang sedang dalam kondisi kritis. Namun karena pujukan dan permohonan yang Risa lakukan, Dokter Rudy pun mengizinkan Atok Ali pulang.
Namun Risa berbohong. Ia berjanji untuk merawat atok Ali di klinik miliknya. Klinik Hanindiyah. Karena kenyataannya, sekarang atok Ali diantar ke rumah, bukan ke klinik. Namun jika ia tidak berbohong seperti itu, Rudy tidak akan mengizinkannya membawa Atok Ali pulang dalam kondisi yang masih belum stabil.
Ketika mendengar suara sirine ambulans, Bu Lila langsung keluar dari dalam rumah Risa. Kemudian para petugas mengeluarkan Atok Ali dari dalam ambulans. Kemudian ia diangkut dan ditaruh di dalam kamar dengan infus yang menempel di lengannya. Infus tersebut ditaruh di samping tempat tidurnya.
"Sudah selesai?" ucap Bu Lila kepada Risa yang baru saja masuk ke rumah.
"Sudah," jawabnya.
"Kok cepat banget? Itu Atok Ali beneran gak-papa? Kan tadi parah. Gak di rawat di rumah sakit aja?" tanya Bu Lila yang merasa heran.
"Gak Bu. Aku bisa rawat di sini. Di rumah."
"Oh gitu."
"Oh iya, Makasih ya Bu Lila udah mau jagain anak-anak saya."
"Iya sama-sama. Tadi udah pada saya kasih makan juga. Cuman obatnya belum. Gak tau yang mana yang harus dikasih. Takutnya salah."
"Oh gitu... ya udah gak-papa nanti bisa saya kasih. Sekali lagi terimakasih ya Bu Lila."
"Iya sama-sama. Kalau gitu saya balik dulu."
"Iya Bu."
Bu Lila pun pergi dari rumah Risa. Dan selang beberapa menit, para petugas ambulans pun juga ikut keluar dari rumahnya karena telah selesai mengurus Atok Ali.
"Udah selesai?" tanya Risa.
"Udah Bu," jawab Supir ambulans.
"Kalau gitu terimakasih ya bapak-bapak!" ucap Risa.
"Ya Bu. Kami balik dulu."
Bapak-bapak itu pun cabut.
Kemudian Risa menutup pintu rumahnya. Seketika cahaya matahari tidak dapat masuk. Hingga membuat seluruh ruangan menjadi gelap.
"Hufff...." Risa menghela napas.
Ia tidak tau akan ada peristiwa apalagi yang akan terjadi di rumahnya. Tampaknya ia harus siap dengan kemungkinan terburuk yang akan menimpa keluarganya. Selama belum ada jawaban pasti untuk menyelesaikan masalah ini, hidup Risa tidak akan pernah tenang dalam ancaman-ancaman.
Dan ia sendiri juga tidak tahu-menahu tentang hubungan atoknya dengan para makhluk-makhluk itu. Makhluk yang di panggil Koloni Jin oleh atoknya. Ia ingin segera mengetahui hubungan mereka dengan Atok Ali, namun kini Atok Ali dalam keadaan sekarat. Ia juga belum siuman. Bagaimana Risa akan mendapatkan jawaban-jawaban tersebut jika atoknya sendiri masih dalam kondisi seperti itu?
Ia benar-benar bingung. Ia tidak tau harus melakukan apa agar masalah ini segera selesai. Otaknya kosong. Tak ada ide. seolah tidak ada jalan yang bisa diambil. Sekalinya ada jalan, jalan tersebut buntu.
Paling tidak ada krabat atau teman yang bisa ia temui untuk ditanyakan tentang masalah ini. Siapa tau mereka juga mengetahui permasalahan ini. Dan bisa memberikan bantuan maupun usulan yang lebih baik untuk bisa menuntaskan masalah ini. Namun realitanya, tidak ada satu teman Atok Ali yang ia kenal. Entah itu teman masa mudanya maupun teman seperjuangannya di era peperangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOLONI HITAM
Horror[ON GOING] Di tahun 2000, lelaki tua yang merupakan seorang Veteran bernama Ali, yang akrab disapa Atok Ali sedang dihadapkan pada sebuah dilema kematian. Ia ingin segera mati. Ia selalu menunggu ajalnya tiba. Namun Malaikat Izrail seolah tidak mau...