Ada yang Mengintai

3 2 0
                                    

Entah mengapa malam ini badan Risa kembali sakit-sakit dan nyeri-nyeri. Hingga Risa tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia kembali terbangun di tengah malam. Entah bagaimana luka-luka dan memar-memar di tubuhnya kembali kambuh. Dan itu sangat menyiksa dirinya.

Risa mencoba untuk tidur kembali namun tidak bisa, karena badannya benar-benar sakit. Luka dan memar di tubuhnya terasa nyut-nyutan. Ia tidak akan bisa tidur dengan keadaan seperti ini. Karena lelah memaksa raganya untuk tidur, Risa pun bangkit dari posisi rebahannya. Ia duduk di atas tempat tidur sambil mencoba menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Malam terasa begitu sepi dan senyap. Hujan tidak kembali turun, sehingga dapat di dengar suara-suara jangkrik dan katak yang meramaikan malam ini.

Risa mencoba membuka bajunya. Ia ingin melihat memar dan luka di badannya. Dan benar saja, luka-luka itu kembali membiru dan memerah. Dan nyerinya juga kembali terasa. Risa benar-benar pusing akan hal ini. Ia bingung mengapa semua memar dan luka di tubuhnya kembali terasa sakit. Padahal tadi siang sudah lumayan mendingan.

Risa turun dari kasurnya. Ia ingin mengambil salep luka di dalam kotak obat yang berada di atas meja kamarnya. Risa mengambil kotak itu. Ia buka tutup kotaknya. Dan mengambil sebuah salep berwarna putih yang terdapat tulisan cina.

Risa mencoba untuk mengoleskan salep putih itu perlahan-lahan ke luka dan memarnya. Terasa sangat perih saat salep itu dioleskan ke luka-lukanya. Dan Risa pun harus menahan rasa sakit tersebut.

"A-aw... Sshhh."

Setelah penyiksaan yang begitu lama, akhirnya Risa selesai mengoleskan salep tersebut. Sangat sulit untuk menjangkau semua luka-luka yang ada di tubuhnya, sehingga membutuhkan waktu yang begitu lama untuk Risa menyelesaikan tugasnya tersebut.

Sebelum kembali tidur, Risa kebelet buang air kecil. Risa pun segera pergi ke kamar mandi untuk membuang air seninya. Rumah terasa begitu sepi, saat suara Hanin dan Sita tidak lagi bergema di rumah ini. Karena mereka berdua sedang tidur dengan nyenyak di dalam kamar.

Risa pun membuang air kencing dengan sangat lega, sehingga tidak ada lagi yang terasa mengganjal di dalam kandung kemihnya.

Kemudian Risa keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kamarnya. Namun saat ia kembali, ia melihat seseorang berdiri di depan pagar rumah mereka. Jendela di depan rumah terbuka, karena Atok Ali tidur di luar, maka dari itu jendela rumah di buka begitu saja. Sehingga membuat Risa dapat melihat ke area luar.

Risa berjalan menuju jendela, ia ingin melihat dengan jelas seseorang yang sedang berdiri di sana. Risa mencoba mengintip diam-diam dari balik tirai jendela. Ternyata masih belum terlihat jelas. Walau pakaian yang dikenakan orang misterius tersebut dapat terlihat.

Orang tersebut tampak sedang mengenakan pakaian yang mirip dengan kemeja namun lebih panjang ke bawah, serta celana panjang berwarna hitam, sewarna dengan baju yang dikenakan orang tersebut, yaitu berwarna hitam. Serba hitam. Dan ia terlihat memegang sebuah tongkat bantu jalan yang juga berwarna hitam.

Orang misterius tersebut masih tetap tampak berdiri di depan pagar. Entah apa yang sedang ia lakukan di sana. Sampai-sampai membuat Risa sangat penasaran sama orang tersebut. Dan tanpa pikir panjang, Risa membuka pintu rumah dan memutuskan untuk menjumpai orang tersebut.

Risa memakai sendalnya. Kemudian ia mulai berjalan menuju ke pagar, tempat orang misterius tersebut berdiri. Wajahnya tidak terlihat dengan jelas. Masih samar-samar. Lantaran keadaan yang gelap, karena tidak adanya lampu jalan.

Perlahan demi perlahan Risa melangkah menuju orang tersebut. Dan ia masih tampak berdiri di depan pagar sana. Dari posisi yang masih agak jauh beberapa meter dari pagar, Risa mencoba bertanya kepada orang misterius itu.

KOLONI HITAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang