Sejak tragedi menyeramkan yang dialami Risa, kini ia mulai mendengarkan apa yang dikatakan Atok Ali tentang pulang sebelum malam datang. Sudah beberapa hari ini dia pulang lebih awal. Kejadian tersebut membuatnya trauma pulang malam. Belum lagi beberapa hal janggal yang menimpa dirinya. Seperti akhir-akhir ini, Risa beberapa kali kembali batuk darah.
Karena Risa sekarang pulang lebih awal, kini orang-orang yang ingin berobat akan lari ke rumah sakit yang lebih besar dan lebih proper. Atau bahkan, mereka akan datang langsung ke rumah Risa. Karena ada beberapa orang yang mengetahui rumahnya.
Risa juga meletakkan sebuah pamflet di rolling door klinik. Pamflet tersebut berisi nomor telepon rumah. Hingga orang-orang akan lebih mudah menghubunginya.
"Mau pulang cepat lagi nih," ucap Rita kepada Risa.
"Ya kau tau sendiri. Semenjak peristiwa seram itu aku jadi takut pulang malam lagi," ucap Risa sembari mengunci rolling door.
"Sejujurnya aku masih gak ngerti dan bingung sama apa yang terjadi, tapi ya sudahlah, ada baiknya kau dengarkan saja atokmu."
"Ya. Aku duluan ya!" Risa pamit.
"Hati-hati di jalan!"
Hari sudah terlalu sore. Risa memutuskan untuk naik ojek saja, karena menunggu angkot membutuhkan waktu yang begitu lama. Bisa-bisa malam lebih dulu tiba sebelum ia tiba di rumah. Dan kejadian yang pernah ia alami mungkin akan kembali terjadi menimpah dirinya.
"Bang! Antar saya dong!" Risa menepuk pundak tukang ojek yang lagi mangkal.
"Kemana?"
"Biasa...."
Tukang ojek tersebut sudah beberapa kali mengantar Risa pulang, sehingga ia mengingat jalan ke rumah Risa.
"Oh! Oke!"
Tukang ojek tersebut langsung memakai helmnya. Dan ia juga menyerahkan sebuah helm kepada Risa untuk dikenakan. Motor kemudian di engkol hingga mesinnya menyala. Lalu Risa naik ke atas motor dengan posisi menyamping.
"Berangkat!" ucap tukang ojek dengan semangat.
Motor melaju menyusuri jalanan Sarepah. Tampak begitu ramai motor dan mobil berlalu lalang di jalan raya, lantaran ini sudah jam pulang kerja. Sepanjang jalan terdengar suara-suara mengaji pada toa-toa masjid di pinggir jalan.
Malam akan segera tiba. Dan senja sudah mulai kelihatan di ujung barat langit. Tukang ojek melaju lebih cepat. Tidak membutuhkan waktu yang lama, Risa telah sampai di rumahnya. Karena sangat mudah untuk sebuah motor berkendara di jalan yang padat. Karena motor mudah untuk menyalip, menyelinap, dan memotong-motong jalan.
"Sampai...," ucap tukang ojek.
Risa turun dari motor. Ia melepaskan helm yang ada di kepalanya. Setelah lepas, helm tersebut diserahkan kembali ke tukang ojek. Kemudian Risa mengambil dompetnya. Ia ambil beberapa lembar uang untuk membayar ongkos perjalanan. Tukang ojek kelihatan senang karena telah menerima uang dari Risa. Apalagi Risa sering membayar lebih banyak dari tarif normalnya.
"Makasih Bu Dokter!" Tukang ojek tersenyum ramah.
"Iya sama-sama," balas Risa.
Saat tukang ojek tersebut ingin pergi, ia melihat Atok Ali duduk di atas kasur yang terletak di teras. Setiap tukang ojek itu mengantar Risa, ia selalu penasaran akan hal itu, dan ingin sekali ia bertanya kepada Risa, namun tukang ojek tersebut tidak punya nyali untuk bertanya, ia juga takut menyinggung Risa karena telah melontarkan pertanyaan tersebut.
Risa tampak bingung saat melihat tukang ojek yang ada di depannya tidak kunjung pergi dan malah melamun ke arah rumahnya.
"Sudah Bang? Apa lagi? Ada yang kurang atau apa? Kok belum berangkat?" tanya Risa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOLONI HITAM
Horror[ON GOING] Di tahun 2000, lelaki tua yang merupakan seorang Veteran bernama Ali, yang akrab disapa Atok Ali sedang dihadapkan pada sebuah dilema kematian. Ia ingin segera mati. Ia selalu menunggu ajalnya tiba. Namun Malaikat Izrail seolah tidak mau...