Lagi dan lagi, Risa memutuskan untuk tidak ke klinik. Belum ada perkembangan yang signifikan dari kondisi Sita maupun Atok Ali. Terutama setelah kejadian Sita step, Risa jadi takut meninggalkan anaknya di rumah sendirian. Ia takut kejadian seperti itu akan terulang kembali.
Dan kini Risa memutuskan untuk membuka praktek kecil-kecilan di rumahnya. Risa sudah menaruh pamflet yang berisikan alamat dan nomor telepon rumah di depan klinik. Sehingga seharian ini Risa sibuk menjawab telepon dari pasien-pasiennya yang ingin memeriksa kondisi mereka. Rumah penuh dengan bunyi dering telepon. Dan Risa harus menjawab mereka satu-satu.
Tidak ingin mengacaukan ibunya, Hanin memilih untuk pergi ke kamar Atok Ali. Ia ingin mendengarkan cerita-cerita dari uyutnya. Mereka asik bercerita di kamar. Walau Atok Ali dalam kondisi yang tidak baik, namun ia tetap meladeni Hanin yang penuh dengan berbagai pertanyaan acak. Dan Atok Ali dengan senang menjawab semua pertanyaan tersebut. Lantaran Atok Ali juga sangat bosan harus berbaring dan melamun seharian di dalam kamar. Tidak ada yang bisa dikerjakan, tidak ada yang bisa dilakukan, dan itu sangat membosankan.
Hanin sangat senang jika Atok Ali menceritakan pengalamannya saat menjadi seorang pejuang kemerdekaan. Tentang Atok Ali yang berusaha mengusir para penjajah di Sarepah. Tentang kisahnya yang harus bergerilya di hutan bersama rekan-rekannya. Hanin selalu kagum dan takjub mendengar kisah-kisah tersebut. Hingga Hanin bisa sepanjang hari bersama Atok Ali di dalam kamar hanya untuk mendengarkan kisah dan cerita tersebut.
Sementara Sita harus terus berbaring di dalam kamar. Seorang diri. Tubuhnya masih tampak lemas. Suhu tubuhnya juga belum kembali naik. Sama seperti Atok Ali. Namun Sita masih mampu untuk berdiri dan berjalan, karena tenaganya masih ada. Tidak seperti Atok Ali, karena umurnya yang terlampau tua membuat dirinya kehabisan tenaga. Apalagi dalam kondisi yang kurang baik seperti ini.
Tringgg~~ Tringgg~~ Tringgg~~~
Risa harus terus menjawab telepon dari pasien-pasiennya. Banyak dari mereka menelpon karena ingin bertanya alamat Risa yang lebih spesifik. Karena gak banyak orang yang tau alamat rumahnya. Maka Risa harus menjawab dan memberitahukan alamatnya yang lebih spesifik dan lebih detail. Mulai dari warna cat rumah, bentuk rumah yang seperti apa, sampai patokan letak rumah.
Satu dua orang akan datang ke rumah. Namun banyak dari mereka yang akan menanyakan kepemilikan rumah ini dahulu.
"Ini benar rumah Dokter klinik Hanindiya?"
"Iya itu saya. Ayo masuk!"
Kemudian Risa akan memeriksa para pasiennya. Beberapa orang akan sedikit bingung melihat kasur yang berada di teras rumah. Mereka pikir itu tempat yang disediakan untuk memeriksa mereka. Namun kenyataannya salah, Risa akan memeriksa pasien-pasiennya di atas sofa panjang di ruang tamu. Ia berharap mereka yang berkunjung berkenan untuk diperiksa di atas sofa seperti itu. Karena memang di rumahnya ini peralatan-peralatan yang dimiliki masih belum proper.
Ini adalah pengamalan yang sangat baru bagi Risa.
Beberapa dari orang-orang yang berkunjung pasti akan bertanya hal yang sama kepada Risa.
"Kenapa klinik ditutup Bu? Kok dialihkan ke rumah? Kan di klinik lebih enak." Pertanyaan yang paling sering muncul.
Singkat padatnya Risa akan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu dengan alakadarnya.
"Karena ada beberapa masalah yang tidak memungkinkan untuk saya ke klinik. Jadi untuk sementara waktu, saya alihkan ke rumah dahulu," jawab Risa dengan tenang.
Risa tidak mungkin akan mengatakan bahwa ia tidak dapat ke klinik karena beberapa anggota keluarganya sakit. Dan mengharuskannya untuk tetap di rumah. Karena orang-orang pasti akan bingung kenapa bisa begitu, karena Risa adalah seorang dokter. Tapi kenyataannya, yang dihadapi oleh Risa bukan penyakit yang biasa. Karena Sita dan Atok Ali belum juga sembuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOLONI HITAM
Horror[ON GOING] Di tahun 2000, lelaki tua yang merupakan seorang Veteran bernama Ali, yang akrab disapa Atok Ali sedang dihadapkan pada sebuah dilema kematian. Ia ingin segera mati. Ia selalu menunggu ajalnya tiba. Namun Malaikat Izrail seolah tidak mau...