Rumah Sakit

0 0 0
                                    

Atok Ali segera dilarikan ke rumah sakit. Melihat kondisi Atok Ali yang kritis dan mengenaskan seperti itu, Risa langsung melakukan penanganan pertama untuk menyelamatkan atoknya.

Risa langsung mencari kain bersih untuk menutup luka yang ada pada tubuh Atok Ali. Ia mengambil sebuah baju. Kemudian baju tersebut ia koyak menjadi dua. Risa langsung melilitkan baju yang sudah terkoyak itu ke pergelangan lengan Atok Ali. Ia berusaha mencegah darah yang terus keluar.

"Bu Lila tolong teleponkan ambulan cepat!" teriak Risa.

Bu Lila langsung berlari menuju telepon rumah. Angka per angka ia tekan satu-satu. Dan Risa masih sibuk menangani atok Ali. Ia mencoba menutup luka sayatan yang ada di perut Atok Ali dengan kain yang satunya. Darah terus bercucuran. Begitu banyak darah yang menempel di telapak tangannya. Namun Risa tetap kuat walau melihat semua darah itu. Karena ia sudah terbiasa.

Risa mengikat kuat-kuat perut Atok Ali. Ia pastikan tidak ada lagi darah yang menyembur keluar. Dan ia harap ambulan segera datang menjemput mereka.

Setelah beberapa saat menunggu.  Dari ujung jalan mulai terdengar suara sirine ambulans yang bergema. Satu-persatu orang yang berada di jalan minggir ke tepi untuk mempersilakan ambulans tersebut melintas.

Tak sedikit dari orang-orang kampung di sana bertanya-tanya tentang kedatangan ambulans yang tiba-tiba begitu.

"Siapa yang meninggal?"

"Ada yang mau lahiran ya?"

"Ada yang sakit parah lagi?"

Dan saat melihat ambulans tersebut masuk melewati pagar rumah Risa, sudah cukup menjawab sedikit pertanyaan yang terlontarkan dari mereka.

Atok Ali segera diangkut oleh petugas ambulans. Ia langsung dimasukkan ke dalam ambulans tersebut.

"Oh Atok Ali yang sakit. Sakit apa ya dia?" ucap salah seorang warga.

"Namanya juga sudah tua. Maklumlah."

Risa berlari ke kamarnya untuk mengambil sebuah kardigan. Ia lapisi tubuhnya dengan kardigan tersebut. Dan ia segera berlari menuju ambulans.

"Bu Lila saya minta tolong jagain dulu anak-anak saya. Mereka lagi sakit. Tapi saya harus temani atok ke rumah sakit," ucap Risa.

"Iya! Iya! Tenang aja," jawab Bu Lila.

"Makasih!"

Risa langsung berlari masuk ke dalam ambulans. Dan tanpa membuang waktu yang banyak, ambulans langsung menuju ke Rumah Sakit.

"Agak cepat ya Pak!" teriak Risa.

Atok Ali di bawa ke rumah sakit besar di Sarepah. Rumah Sakit Umum Citra Ternama. Di sana pelayanannya baik dan bagus. Risa kenal betul dokter-dokter yang ada di rumah sakit tersebut. Dan di sana sangat proper dan terjamin penanganannya.

Dan benar saja, sesampainya di rumah sakit, Atok Ali langsung di bawa masuk ke ruangan UGD untuk ditangani. Suster dan dokter berbondong-bondong masuk ke dalam ruangan UGD dan langsung menangani Atok Ali.

Sembari atoknya ditangani, Risa mencoba menunggu di lorong rumah sakit. Ia duduk di kursi panjang. Kemudian seorang suster mendatanginya.

"Silakan selesaikan administrasinya Bu," ucap Suster tersebut.

"Oh iya."

"Mari!" Suster tersebut pergi.

Risa segera pergi mengikuti suster tersebut. Ia harus menyelesaikan administrasi.

Sejujurnya jika Atok Ali sadar, ia sendiri tidak akan mau di tolong seperti ini. Sudah pilihannya untuk bunuh diri . Ia memang ingin mengakhiri hidupnya. Namun untungnya Atok Ali sudah tidak sadarkan diri. Jika tidak ia pasti sudah mengamuk di rumah sakit. Memarah-marahi dokter dan suster yang menanganinya. Karena memang ini sudah pilihannya.

KOLONI HITAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang