10

126 8 0
                                        

Malam semakin larut.

Asuna keluar dari rumahnya setelah pertengkaran singkat dengan sang ibu.

Setiap orang pasti tak luput dari masalah. seperti Asuna, meski ia terlihat sempurna tapi kehidupan keluarganya tak sesempurna itu.

Kedua orangtuanya sangat menaruh harapan besar padanya yang merupakan anak satu satunya. Asuna mengerti akan hal itu dan selalu menuruti ucapan kedua orangtuanya tanpa membantah sedikit pun.

Semakin dewasa Asuna mulai memiliki keinginan dan pemikirannya sendiri tapi kedua orangtuanya seakan akan tidak peduli dan memaksa gadis malang itu untuk menjadi apa yang mereka inginkan.

Gadis itu diperlakukan layaknya boneka– ah atau mungkin ia memang sudah menjadi boneka mereka sejak kecil.

Mereka terus menerus menuntutnya agar melakukan hal hal yang mereka inginkan tanpa memperdulikan perasaannya sedikit pun.

Asuna duduk disebuah ayunan taman yang sepi dan hanya diterangi oleh lampu jalanan saja. wajahnya menunduk menatap tanah membiarkan helaian helaian rambut menutupi wajahnya.

Ini adalah kali pertama ia berani membantah ucapan ibunya dan bertengkar dengannya. ini juga kali pertama ia kabur dari rumah seperti ini.

Disisi lain, Kirito yang sedang berjalan didekat taman tak sengaja melihat Asuna sendirian disana.

ia berhenti sambil menatap Asuna dari kejauhan. "Apa yang terjadi dengannya?" gumamnya saat melihat kondisi Asuna yang nampak kacau.

ia ingin menghampiri gadis itu tapi kejadian pahit tadi sore membuatnya ragu.

Diabaikan sangat menyakitkan dibanding ditinggalkan.

Kirito melangkah maju untuk pulang namun sepertinya ia memang tidak bisa membiarkan Asuna sendirian disana. ia pun berbalik dan menghampiri gadis itu.

"Asuna" panggilnya.

Asuna diam tak merespon.

"Sedang apa disini?"

Lagi lagi tak merespon.

"Hei, Asuna"

"Kau mendengar ku kan?"

Melihat Asuna yang hanya diam membuat Kirito kesal. padahal ia sudah mengajaknya berbicara tadi.

"Kau diam terus, itu membuatku kesal"

"Aku pergi saja deh"

Kirito berbalik untuk pergi namun sebuah tangan menahan bajunya.

"Jangan pergi."

Asuna menahan Kirito dengan menarik bajunya agar ia tidak pergi.

Kirito sebenarnya cukup terkejut dengan respon Asuna apalagi dengan ucapan yang baru saja keluar dari mulut gadis itu.

"Tetaplah disini untuk malam ini saja."

"Temani aku dan jangan pergi."

Kirito kembali menghadap Asuna dan menggenggam tangan yang menahan bajunya. "Iya, aku disini. aku akan menemani mu" ucapnya.

Kirito duduk diayunan satunya, dengan tangannya yang masih menggenggam.

Sekarang,hanya ada mereka di taman sepi itu.

Mereka sama sama diam tak saling bicara.

Asuna yang sedari tadi menunduk menatap tanah dikejutkan dengan sekotak coklat yang ada dihadapannya.

"Makan ini, mungkin kau akan merasa lebih baik" ucap Kirito.

Asuna menoleh kearahnya yang juga sedang memakan coklat. ia pun mengambil coklat itu dan memakannya.

Asuna tidak tau kalau coklat yang ia makan adalah coklat valentine buatan Kirito untuknya.

"Rasanya...bagaimana?" tanya Kirito.

"Lumayan..."

Kirito tersenyum dan memakan coklatnya lagi.

Meskipun ia tidak bisa memberikan coklat valentine ini pada Asuna, itu bukanlah masalah. justru dengan memakan coklat bersama sama akan membuatnya lebih spesial.

"Kau tau? coklat ini buatan ku loh"

"Pantas saja rasanya parah sekali"

"Hah? tadi katanya lumayan"

"Itu bohong"

"Mana bisa begitu"

"Aku serius, rasanya memang parah sekali"

"Jangan bercanda! aku membuatnya susah payah nih!"

"Ini adalah coklat sempurna bikinan ku"

"Karena aku sangat niat saat membuatnya"

Asuna terkekeh melihat Kirito yang marah marah karena coklat.

"Serius sekali sih, aku bercanda hahah~"

Kirito segera menatap tajam Asuna yang sedang tertawa.

"Jadi, apa yang kau lakukan disini?"

Asuna seketika terdiam. "Aku hanya menenangkan pikiranku saja"

"Kau sedang ada masalah?"

"Begitulah..."

Kirito beranjak dari ayunannya. "Aku tak tau masalah apa yang menimpamu. tapi kalau memang ada sesuatu yang ingin kau katakan, katakan saja."

"Asuna, ebih baik kau pulang ini sudah malam"

"Dan coklat itu untukmu. aku duluan ya"

Kirito pun pergi dari taman meninggalkan Asuna yang terdiam melihatnya.

"Kalau ada sesuatu yang ingin kau katakan, katakan saja. ya?" gumam Asuna.

Sesaat setelah Kirito pergi Asuna pun beranjak pergi dari taman sambil memakan coklat pemberian Kirito.

LOVE IS GONE || kirito asuna.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang