9

108 9 1
                                        

Asuna tertahan diluar kelas karena disibukkan oleh orang orang yang memberinya coklat, ia bahkan belum sempat masuk ke kelas.

Ada adik kelas, teman teman se-angkatan dan bahkan sampai kakak kelas pun ada yang memberinya coklat.

Asuna memang populer dan banyak disukai oleh murid laki laki atau perempuan. jadinya tak heran kalau ia akan mendapat banyak coklat dihari valentine.

gadis itu akhirnya bisa duduk dikursinya setelah hampir 20 menit berdiri dengan begitu banyak coklat. ia meletakkan coklat itu dimeja dan memasukkannya kedalam tas.

"Sepertinya Nyonya Asuna sibuk sekali" ucap Lisbeth menghampiri.

"Berhenti mengejekku Lisbeth"

"Hehe enak sekali jadi kau Asuna, bisa mendapat banyak coklat dihari valentine sementara aku belum mendapat satu pun coklat" ucapnya dengan nada memelas.

Asuna mengambil satu coklat dari tasnya. "Ambil ini dan berhenti memelas seperti itu" ucapnya.

Lisbeth mengambil coklat yang Asuna berikan dengan senang hati. "Aah Asuna kau memang pengertian!" ucapnya yang kemudian memeluk Asuna.

"Lisbeth lepaskan! aku tak bisa nafas, kau ingin membunuhku!?"
.
.
.
.
.
.

Jam sekolah sudah selesai, sudah saatnya siswa kembali pulang kerumah masing masing.

Alice berjalan menuju lokernya sambil menenteng tas dan bersenandung ria.

Saat loker dibuka ia melihat kotak berpita merah dan selembar kertas didalamnya. Alice mengambil keduanya dengan penasaran.

Didalam kertas itu tertulis...

Selamat hari Valentine, Alice.

Selembar kertas itu hanya bertuliskan satu kalimat.

Alice kembali teringat dengan kotak berpita yang Kirito sembunyikan waktu ia datang ke kelas dan saat disamakan dengan kotak yang ia dapat bentuknya dan warna pita nya sama.

Wajah Alice langsung merona bahagia saat tau bahwa Kirito memberinya coklat valentine.

"Dasar si bodoh itu, kenapa tidak langsung berikan padaku saja coba" gumamnya.
.
.
.
.
.

Asuna menutup telfon nya dengan wajah yang murung. ntah apa yang terjadi tapi yang pasti Asuna sangat berbeda. ia segera mengambil tas dan berjalan keluar dari kelas.

Sementara di lorong lantai dua, Kirito sedang menunggu Asuna untuk memberikan coklat valentine buatannya.

Coklat valentine yang ia buat susah payah sampai mengharuskannya begadang hingga jam satu malam.

Kirito berkali kali mencoba menahan rasa gugupnya. jantungnya terus berdegup kencang.

Saat ia melihat Asuna keluar kelas, ia segera merapihkan penampilannya dan mengecek coklatnya sekali lagi.

Dengan menggenggam coklat, ia menyunggingkan senyum kearah Asuna.

"A–"

Hati Kirito mencelos saat Asuna melewatinya begitu saja seolah olah Kirito memang tidak ada disana, ia bagaikan angin lalu.

Kirito tak bisa melihat wajah Asuna dengan jelas karena gadis itu menunduk hingga wajahnya tertutupi rambut.

Kirito membeku sesaat. ia benar benar tak menyangka kalau hal ini akan terjadi. coklat yang ia buat susah payah ternyata sia sia.

Kirito ingin sekali memanggil nama Asuna dan menahannya untuk tidak pergi tapi semuanya terasa berjalan begitu cepat.

Akhirnya dengan kecewa Kirito pun kembali menyimpan coklat miliknya kedalam tas. berjalan turun untuk pulang.

Hatinya sangat terluka saat Asuna melewatinya begitu saja, seolah olah ia memang tak ada disana.

Percuma menangis, tak akan mengubah apapun.

Kirito sampai didepan lokernya. dan ia menatap bingung saat melihat sebungkus coklat dan sebuah kertas didalamnya.

Kirito mengambil kertas itu dan membacanya.

Selamat hari valentine, Kirito!

Coklat itu untukmu. dan terima kasih untuk coklatnya ya! seharusnya kau langsung memberikannya padaku kenapa juga harus repot repot taruh di loker ku...dasar!

Alice.

Kirito mengernyitkan mata.

Sejak kapan ia memberikan Alice sebuah coklat?. bahkan coklatnya pun masih ada didalam tas.

Kirito menaruh kembali kertas itu dan menutup loker nya tanpa mengambil coklat dari Alice.

"Ada yang tidak beres."

LOVE IS GONE || kirito asuna.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang