Tok tok tok
"Bunda, ada yang ingin aku bicarakan"
Begitu kembali dari taman, ia langsung menghampiri kamar orang tuanya.
"Masuk saja"
Asuna pun masuk ke dalam dan menemukan bunda nya yang sedang duduk didepan meja rias.
Asuna menggengam erat ujung bajunya, ia sungguh takut untuk membicarakan ini.
"Tentang kepindahan sekolahku, tolong dibatalkan saja"
"Aku akan membuktikan pada bunda kalau aku bisa memperoleh nilai yang sempurna meskipun bersekolah ditempat yang bukan pilihan bunda"
Bunda melihat Asuna lewat pantulan kaca meja rias nya. "Kalau ternyata nilai mu tidak sempurna, bagaimana?"
"Itu tidak akan terjadi bunda. karena aku akan membuatnya sempurna"
Bunda membalikkan badan dan menatap Asuna dengan tatapan datar. "...baiklah, aku akan membatalkan kepindahan mu"
"Tapi, jika ternyata semuanya tidak sesuai dengan apa yang kamu janjikan. bunda akan memindahkan mu dan kamu tidak berhak menolak."
Asuna mengembangkan senyum. "Terima kasih bunda! aku pasti tidak akan mengecewakan mu!" ucapnya.
Setelahnya Asuna keluar dari kamar sang bunda. begitu pintu kamar terutup, bunda kembali menghadap meja riasnya. "Baru kali ini dia berani bertatap mata denganku.." gumamnya, diiringi senyum tipis.
Berkat Kirito, Asuna jadi lebih berani mengatakan apa yang ingin ia katakan dan masalah kepindahan sekolah pun terselesaikan.
Mungkin setelah ini tidak ada salahnya untuk mencoba mencintainya lagi..
.
.
.
.
.
.Dikantin sekolah, Kirito sedang duduk bersama Eugeo seperti biasanya tapi kali ini Kirito menatap Eugeo penuh intimidasi.
Eugeo yang sedang makan tentunya terganggu dengan tatapan itu.
"Ada apa denganmu? jangan menatapku seperti itu!" protes Eugeo.
"Coklat valentine itu kau berikan untuk siapa Eugeo?"
Eugeo seketika menghentikan aktivitas makannya. "Memangnya kenapa?"
"Aku sama sekali tidak ada masalah kalau coklat itu kau berikan untuk Alice, tapi bisakah kau jelaskan padanya kalau coklat itu adalah pemberianmu"
"Dari mana kau tau Kirito?! aku kan tidak memberitahu mu"
"Tentu saja aku tau" Kirito menunjukkan kertas dan coklat valentine dari Alice yang sama sekali belum ia sentuh.
Eugeo membelalakkan mata. "Apa maksudnya ini?"
"Dia salah paham. dia mengira kalau coklat yang kau berikan itu dariku hanya karena kotak dan pitanya sama"
"Dan coklat valentine itu, aku sama sekali belum menyentuhnya. ku pikir, kau lebih berhak menerimanya daripada aku"
"Tapi Alice memberinya untukmu"
"Tidak. dia memberinya untuk seseorang yang memberikannya coklat, jadi itu untukmu Eugeo"
"Kirito, sebenarnya aku punya pertanyaan yang selalu menempel di otak ku"
"Apa?"
"Kau tau kalau Alice menyukaimu?"
Kirito terdiam sesaat. "....ya, aku tau"
Eugeo kembali terkejut dengan jawaban Kirito. "Kau mengetahuinya tapi kenapa selalu bersikap biasa saja dan acuh saat bertemu dengannya?"
"Aku sengaja melakukan itu"
"Kenapa?"
"Karena aku ingin agar Alice menyadari perasaan tulus sahabatku ini padanya"
"Aku tau kau menyukai Alice, Eugeo. karena itu aku ingin dia menyadari perasaan mu dan mulai berhenti menyukaiku"
Eugeo menatap tak percaya. "Jadi selama ini sikap acuh mu pada Alice itu hanya akting?"
"Hm...ada beberapa yang tidak sih tapi begitulah"
"Kau melakukan akting panjang itu hanya demi aku? astaga Kirito, aku tidak menyangka kau sebaik in–"
"Hah? kata siapa? aku melakukan itu bukan hanya untukmu saja tapi untuk diriku juga"
"Eh?"
"Aku kadang kesal dengan Alice yang selalu menempel padaku jadi aku bersikap seperti itu untuk menjaga kelangsungan emosi dari jiwa raga ini"
Eugeo memandang datar Kirito. "Apaan lebay. jangan dekat dekat deh bukan temen." ucapnya yang kemudian melenggang pergi dari kantin.
"Hah!? itu namanya jujur bego—"
"Oi Eugeo!"
"Mau kemana!?"
"TUNGGU!!"
Eugeo keluar dari kantin dengan wajahnya yang memerah akibat malu.
ia tidak menyangka kalau aktingnya selama ini tidak berpengaruh pada Kirito, sahabatnya itu tetap saja bisa menebak yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS GONE || kirito asuna.
Fanfiction"I know your love is gone but, i want you here with me." Kirito mencintai Asuna tapi Asuna sudah tidak mencintainya lagi. -