7

92 7 0
                                    

Kirito berjalan santai seperti biasanya di gerbang sekolah. sampai suara yang ia kenal memanggilnya.

"Kirito!" sapa Alice.

Kirito berdehem pada Alice yang kini berjalan bersamanya menuju gedung sekolah.

"Pulang sekolah temani aku ya! aku mau mencari hadiah untuk adikku"

"Baiklah, nanti akan ku ajak Eugeo juga"

"Eh? tap–"

"Itu dia!–EUGEO!" teriak Kirito.

Kirito berlari menghampiri eugeo meninggalkan Alice dibelakang.

"Kukira hanya akan kita berdua, tapi tidak apa apa dia hanya eugeo bukan orang lain" gumam Alice.

"Alice mengajak kita untuk menemaninya membeli hadiah" ucap Kirito.

"Ya! aku ingin membeli hadiah untuk adikku dan kalian bisa kan temani aku?" saut Alice yang kini sudah ada diantara mereka.

"Baiklah, aku ikut" Eugeo.

"Yeay! Eugeo kau memang yang terbaik!" Alice.

Wajah Eugeo sedikit merona saat menerima senyuman dan pujian Alice.

"Pulang sekolah nanti, kalian tunggu aku ya soalnya aku ada jam olahraga hari ini" Alice.

"Okey"

"Ya"

Tiga sekawan itu masuk kedalam gedung sekolah.
.
.
.
.
.

Asuna terdiam dibelakang gedung sekolah sesaat setelah mengakhiri sebuah panggilan dari sang bunda.

ia bersandar pada tembok samping mesin minuman. wajahnya tertunduk murung. ntah apa yang terjadi tapi saat ini Asuna terlihat berbeda.

Saat sedang larut dalam pikirannya, sebuah tangan tiba tiba saja muncul dengan minuman dingin di genggamannya.

Asuna mengangkat wajah dan melihat Eugeo dengan raut kekhawatiran.

Dengan senyum tipis Asuna menerima minuman itu. "Terima kasih" ucapnya.

Eugeo ikut bersandar ke tembok disamping Asuna. "Kau baik baik saja?" tanyanya.

"Aku baik baik saja"

Eugeo tidak bodoh, ia menyadari kalau Asuna tidak baik baik saja. "Kau tidak pandai berbohong ya" ucapnya.

Asuna tersenyum kecut. ketauan ternyata.

"Asuna.."

Tangan Eugeo terulur memegang kedua bahu Asuna membuatnya menghadap kearahnya.

Asuna menatap bingung pada Eugeo yang memegang kedua bahunya.

"Aku sudah mengenalmu dua tahun dan itu cukup untuk membuatku mengerti dirimu"

Eugeo menatap lekat Asuna dengan tangannya yang masih memegang bahu sang gadis.

"Ceritakan masalah itu padaku. jangan memendamnya sendiri, kau punya aku disini."

Hatinya menghangat. bahkan ia hampir menangis karena terharu dengan apa yang Eugeo katakan.

"...ya, aku tau"

Senyum manis pun kembali menghiasi wajah cantik Asuna. begitupun dengan Eugeo, ia senang Asuna telah kembali.
.
.
.
.

Sesuai rencana, mereka bertiga -Kirito, Eugeo, Alice- sudah berada dipusat perbelanjaan.

Alice berjalan dengan diikuti Kirito dan Eugeo dibelakang. mereka berdua sudah terlihat layaknya bodyguard si gadis merepotkan ini.

Sambil menemani Alice mencari kado untuk adiknya, dua lelaki itu juga sesekali melirik tempat tempat yang sekiranya menarik perhatian.

Mereka masuk ke tempat yang banyak menjual barang barang unisex untuk remaja.

Alice mengambil sebuah dress pendek berwarna merah cantik dan satu set jepitan bermotif bunga. "Aku harap dia suka" gumamnya.

Saat berjalan menuju kasir, Alice tak sengaja melihat sepasang gelang hitam couple yang terlihat menarik perhatiannya.

Disisi lain, Eugeo berjalan sambil berpikir apa yang akan ia beli lalu dirinya teralihkan oleh sepasang case couple berwarna coklat. dan ia pun memutuskan untuk membelinya.

Alice berada dimeja kasir. setelah membayar ia pun kembali pada kedua temannya yang sudah menunggunya.

Kirito maupun Eugeo, keduanya sama sama membawa satu kantong barang ditangannya.

"Hei hei, apa apaan ini? kalian membeli sesuatu juga ternyata" saut Alice.

"Pastinya lah, jangan pikir aku akan berdiam diri mengikuti mu belanja" Eugeo.

"Ahaha betul itu, kita juga ingin membeli sesuatu yang baru apalagi yang diskon" Kirito.

"Dasar cowo, nyarinya yang diskonan" Alice.

"Tolong berkaca nona! banyak nih kaca kaca toko" Kirito.

Pletak!

Alice memukul Kirito dengan kantong belanjaannya. "Siapa peduli?!"

Eugeo segera menyeret kedua temannya pergi agar pertengkaran ini tidak berlanjut dan berakhir mempermalukan diri.

Mereka mampir ke sebuah cafe dan memesan sesuatu.

"Ah, aku ke toilet sebentar ya" ucapnya yang kemudian melenggang pergi.

Tersisa Kirito dan Alice.

Alice tersenyum dan mengambil sesuatu dari kantong belanjaannya.

Sebuah gelang hitam couple yang sempat menarik perhatiannya tadi sudah berada digenggamannya. Alice mengambil kesempatan untuk memberikan salah satunya pada Kirito.

"Kirito.."

Kirito menoleh pada Alice. "Apa?"

Alice menunjukkan gelang couple itu. "Ini untukmu dan yang ini untukku" ucapnya dengan senyum malu dan pipi merona.

Kirito memandangi gelang hitam itu cukup lama. "Maaf, aku tidak bisa." ucapnya dengan penuh rasa bersalah.

Raut wajah Alice berubah menjadi sedih. "Kenapa?"

"Aku tidak pantas menerimanya. ada seseorang yang lebih pantas menerima itu dibanding aku"

Alice mengernyit. ia tidak mengerti apa maksud Kirito. Orang yang lebih pantas? siapa?

Lalu Eugeo datang dan dengan segera Alice menyembunyikan gelang itu.

Tak lama berselang, makanan pesanan mereka datang.
.
.
.
.
.

Tiga sekawan itu berpisah dengan Kirito yang lebih dulu pulang.

Eugeo menatap Alice yang memandang sedih pada kepergian Kirito.

"Andai saja rumah dia searah dengan kita.."

"Ah, aku ingin sekali pulang bersamanya" ucap Alice dengan raut wajah sedih.

Eugeo tersenyum getir menanggapinya.

"Ayo Eugeo, kita pulang.."

Eugeo mengangguk. "Tapi sebelum itu..."

Alice kembali menoleh pada Eugeo. "Apa?"

Eugeo mengeluarkan sebuah case yang tadi ia beli. "Sebenarnya ini case couple, aku membelinya karena bagus. apa kau mau menerimanya?" ucapnya.

Alice memandangi case dan Eugeo secara bergantian. lalu tangannya terulur dan...

"Oke, aku terima. case ini juga bagus ko!"

"Kau suka?"

Alice mengangguk. " Terima kasih" ucapnya dengan senyum dan rona merah diwajah.

Meskipun hanya sebuah case, itu sangat membuat Eugeo senang.

LOVE IS GONE || kirito asuna.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang