8

100 9 0
                                    

Leafa baru saja sampai dirumah dengan kantong plastik besar ditangannya. "Aku pulang!" serunya.

Kirito yang melihat kantong plastik yang dibawa Leafa menjadi penasaran.

"Apa yang kau bawa itu Leafa?"

"Bahan bahan untuk membuat coklat"

"Coklat? tumben sekali ingin membuatnya, biasanya juga beli di toko"

"Besok adalah hari spesial, jadi aku mau membuat coklat yang spesial juga"

Spesial? memangnya ada apa dengan besok?

"Besok kan hari valentine"

Kirito yang sedang minum langsung tersedak begitu mendengar kalau besok adalah valentine.

Sial! aku hampir lupa kalau besok valentine

Kirito segera menaruh gelasnya dan menarik Leafa menuju pintu.

Leafa yang baru saja duduk setelah lelah berbelanja memasang wajah protes saat Kirito menariknya begitu saja. "Apa apaan kau ini kak!"

"Ikut aku ke supermarket"

"Untuk apa!? pergi saja sendiri!"

"Untuk membeli bahan bahan membuat coklat. aku tidak tau bahan apa saja jadi aku butuh kau, Leafa"

"Hah!?"

Leafa menatap protes dan tidak percaya jika kakaknya hanya ingin memanfaatkan nya saja.

Oh baiklah, hanya untuk kali ini saja, pikir Leafa.
.
.
.
.
.

Kirito pun membuat coklat dengan instruksi Leafa.

"Taruh yang benar kak, jangan sampai menghancurkan bentuknya atau rasanya seperti tadi" ucap Leafa.

Setelah dimasukkan ke freezer, Kirito menunggu dengan tidak sabar.

Begitu waktunya pas, ia segera mengeluarkan coklat buatannya. ia berharap bahwa kali ini berhasil.

Saat coklat di keluarkan bentuknya malah tidak jelas dan sangat tidak cantik.

Kirito menghela nafas ini sudah kelima kalinya coklat buatannya gagal.

Wajah dan celemek yang dipakai Kiriro pun dipenuhi dengan noda noda coklat.

"Astaga...ini sudah kelima kalinya, sudahi saja kak. lagipula sudah sangat malam" Leafa.

Kirito menengok kearah jam. rupanya sudah jam sebelas malam. "Cepat sekali ya, padahal tadi masih jam tujuh malam"

"Kalau kau lelah istirahat saja dikamar, aku akan tetap disini"

"Baiklah, jangan sampai telat untuk sekolah besok kak!"

"Hn"

Leafa pergi ke kamarnya dan Kirito masih berkutat dengan alat alat dapur dan bahan bahan coklat didepannya.

Kirito terus menerus mencoba membuat coklat yang menurutnya sempurna untuk diberikan pada Asuna meskipun rasa kantuk sering kali mendatanginya.

Kirito memasukan coklat nya ke freezer dan berdoa semoga percobaan ke sembilannya berhasil.

Saat sedang menunggu Kirito memainkan ponselnya dan ia membelalak kaget saat tau bahwa jam sudah menunjukkan pukul satu malam.

"Wah wah aku betulan begadang hanya untuk sebungkus coklat valentine"

Saat waktunya sudah tepat, Kirito mengeluarkan coklatnya dari freezer dan menaruhnya dimeja dengan hati hati.

Glek.

ia menelan ludah saat membayangkan hasil apa yang akan di dapat.

Kirito kemudian menganalisis coklat buatannya.

"Bentuknya cantik"

"Tampak sempurna dari luar"

Oke. saatnya mencicipi rasa.

Dengan perasaan tegang, ia mengambil satu coklat dan memakannya.

"Manis! dan...enak!" serunya dengan gembira.

Kirito tersenyum lebar saat tau bahwa ia berhasil membuat coklat yang menurutnya sempurna.

"Asuna, aku ada sesuatu untukmu"
.
.
.
.
.
.

Kirito datang ke sekolah lebih pagi. ia duduk dengan lesu dan sesekali menguap.

Akibat membuat coklat semalaman ia hanya tidur lima jam dan membuatnya mengantuk saat dikelas.

"Apa kau selalu berangkat sepagi ini Eugeo?" tanyanya dengan mata mengantuk.

"Ya, aku sudah biasa" ucap Eugeo enteng.

Kirito menatap kagum pada sahabatnya ini. "Aku mana bisa berangkat sepagi ini, kalau pun bisa paling hanya bertahan tiga hari"

"Kau itu kan memang rajanya berangkat siang hahaha"

Kirito memandang malas lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.  "Nih, coklat yang semalam kau minta" ucap Kirito memberikan salah satu kotak persegi berpita merah ke Eugeo.

"Waah Kirito terima kasih!"

"Hn"

Saat Kirito sedang membuat coklat semalam bersama Leafa, Eugeo menelfon dan meminta Kirito membuatkan coklat untuknya juga.

"Lalu yang itu punyamu?" tanya Eugeo saat melihat kotak persegi berpita satu lagi ditangan Kirito.

Kirito mengangguk.

"Omong omong coklat itu untuk siapa?" tanya Kirito penasaran.

"Untuk–"

Eugeo menghentikan ucapannya saat Alice datang kearah mereka.

Saat masuk ke kelas A-4 Alice tak sengaja melihat kotak berpita yang ada ditangan Kirito. dan Alice semakin curiga saat Kiriro menyembunyikan kotak itu saat ia datang.

"O-Oh Alice, tumben sekali datang pagi" sapa Eugeo.

"Aku memang selalu berangkat jam segini, seharusnya pertanyaan itu untuk bocah ini Eugeo" ucap Alice sambil menunjuk Kirito yang tampak mengantuk.

"Kirito tumben sekali datang pagi, biasanya juga selalu siang kesambet apa?" Alice.

"Kesambet setan nenek gayung" Kirito.

"Kakek cangkul nya ngga?" saut Eugeo.

"Mereka udah cerai, jadinya ga satu paket lagi" balas Kirito.

"Lah katanya mereka masih sah suami istri"

"Mereka cerai pas udah meninggal"

"Gimana caranya bodoh, cerai di alam kubur gitu?"

"Iya, lewat pengadilan alam kesetanan"

Eugeo tertawa mendengar balasan Kirito. sementara Alice sudah mengerucutkan bibirnya sebal karena merasa diabaikan oleh mereka berdua.

"Kalian berdua! jangan abaikan akuu!!" teriak Alice membuat seisi kelas menutup telinga sambil menoleh kearah tiga orang dibelakang.

Kirito dan Eugeo menahan malu karena ulah Alice.

Ga kenal, ga kenal. bukan temen gue.

LOVE IS GONE || kirito asuna.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang