19. saat terakhir~

3 1 0
                                    

🎵 Tak pernah terpikir olehku
Tak sedikitpun ku bayangkan
Kau akan pergi tinggalkan kusendiri

Begitu sulit kubayangkan
Begitu sakit ku rasakan
Kau akan pergi tinggalkan ku sendiri

Dibawah batu nisan kini
Kau tlah sandarkan
Kasih sayang kamu begitu dalam
sungguh ku tak sanggup
Ini terjadi karna ku sangat cinta

Inilah saat terakhirku melihat kamu
Jatuh air mataku menangis pilu
Hanya mampu ucapkan
Selamat jalan kasih

Satu jam saja kutelah bisa cintai kamu di hatiku
Namun bagiku melupaknmu
butuh waktuku seumur hidup

Satu jam saja kutelah bisa sayangi kamu di hatiku
Namun bagiku melupakanmu butuh waktuku seumur hidup
di nanti ku 🎵

Cuaca yang begitu indah. Namun, tak seindah suasana hati Rey yang pupus sudah. Harapan untuk bersama Ara terhenti dibalik batu nisan ini.

Rey berdiri mematung didepan sebuah kuburan yang bertuliskan nama Ranggara Prasetya. Tidak ada seorangpun disekitar sana. Hanya ada keheningan disekitarnya.

"Hi, apa kabar? Maaf, aku  terlambat mengunjungimu. Tidakkah kamu merindukanku? Jujur, akulah yang paling merindukan kehadiranmu, Ra." Ucap Rey.

Rey menahan sekuat tenaga agar air matanya tidak keluar. Rey teringat, Ara telah memintanya untuk berjanji bahwa dia akan kuat dan tidak akan bersedih. Perlahan Rey mengubah posisinya ke posisi duduk.

"M-maaf Ra, aku  belum bisa menepati janjiku." Ucap Rey yang sudah tidak tahan lagi mengeluarkan air matanya. Rey memeluk erat batu nisan Ara, Menangis ditengah heningnya pekuburan.

Suara tak mampu lagi menguraikan kata. Air matalah yang mewakili ini rasa. Rey menangis terlalu lama, sampai tak terdengar suara.

"A-aku a-akan m-menemanimu."

Tanpa Rey sadari dia mulai memejamkan matanya. Beberapa menit berlalu.

"Rey.."  panggil seseorang yang Rey rasa  tidak asing baginya.

"Audrey Marissa, bangun dan pulanglah."
Bisik suara itu. Suara yang semakin terdengar lembut dan penuh kehangatan.

Suara itu membuat pejaman mata Rey menjadi menguat. Suara yang terus saja bergema ditelinga dan pikirannya, membuat hatinya yang gelisah perlahan tenang.

Sentuhan tangan yang penuh kasih sayang terasa nyata bagi Rey. Sentuhan itu berkali-kali mengelus bahunya, memintanya untuk membuka matanya.

Perlahan Rey membuka matanya. Betapa terkejutnya saat dia melihat orang yang memanggilnya itu.

"A-ara..?"

Ara mengulurkan tangannya kedepan Rey. Tanpa berfikir panjang, Rey menerima uluran tangan itu. Tangan Ara menarik tangan Rey perlahan membuatnya bangkit dari posisi duduknya. Tatapan yang sangat dalam terlihat jelas diwajah Rey terhadap Ara.

"Pulanglah Rey. Kembalilah kepada orang tuamu." Ucap Ara.

"P-pulang? Tidak Ra.. Rey mau sama Ara aja."

Rey langsung memeluk erat Ara dan menangis dalam dekapan Ara sembari tersenyum bahagia.

REYARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang