05. surat pengantar jarak~

22 18 3
                                    


Rey sudah tiba didepan gerbang rumah Ara. Dia membunyikan klakson mobilnya beberapa kali, memberi isyarat agar seseorang membukakan pintu gerbang untuknya. Namun, hasilnya Rey masih saja. Rey berada diluar gerbang.

"Kenapa gak ada yang ngebukain gerbang yaa?? Pada kemana sih??" Gumam Rey kesal.

Dia mulai keluar dari mobilnya dan mulai menelusuri gerbang yang terkunci itu. Rey mencoba mengintip dari luar gerbang.

"Kok sepi sihh?? Kemana pak Adi?? Dia gak ngebukain Rey gerbang!" Gumam Rey semakin kesal karena satpam rumah Ara juga tidak ada.

"Rumah ini sepi amat. Kayak kuburan. Ara dan keluarganya pada kemana sih!?"

Rey semakin cemas saja. Dia mulai sibuk dengan ponselnya. Dia menghubungi Ara, tapi hasilnya nihil. Rey tidak menyerah. Dia mencoba menghubungi mama dan papa Ara juga. Tapi, hasilnya sama. Tidak ada jawaban sama sekali.

"Mereka pada kemana sih?? Kok Rey gak dikasih tau.." ucap Rey sembari merengek dan mulai menangis layaknya anak kecil.

Rey kembali pulang kerumahnya. Saat tiba dipintu rumahnya, Rey menangis dengan keras. Sontak mama dan papanya yang sedang duduk santai disofa rumah menjadi cemas. Mereka secepatnya menghampiri Rey.

"Kamu kenapa sayang?? Kok nangisnya keras sih.." usil papanya.

"Kecilin sayang nangisnya.. nanti didenger tetangga lo.." balas usil dari mamanya.

Usilan mereka berhasil membuat Rey semakin mengencangkan tangisannya.

"Mamah dan papah j-jahatt.. Rey kan lagi s-sedih.. m-malah diledekin gini..." gumam Rey kesal sambil menangis.

Mama dan papa Rey menyandangnya dari berbagai sisi, membawa Rey duduk disofa agar lebih tenang.

"Cerita sama mama dan papa. Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi?" Tanya mamanya.

"P-pas Rey ke r-rumah Ara, m-mereka pada gak a-ada.."

"Udah sayang udah.. jangan sedih lagi.. mama ada sesuatu buat kamu.." bujuk mamanya sembari menyodorkan amplop berisi surat.

"S-surat?? D-dari siapa?" Tanya Rey.

"Setelah beberapa menit kamu pergi tadi, pak Adi ngasih surat ini. Dia diminta pihak keluarga Ara menyampaikan ini sama kamu."

Tangisan Rey perlahan berhenti. Dia menerima surat yang disodorkan mamanya itu.

"Kenapa lewat surat? Tidak biasanya... jangan-jangan.." gumam Rey dalam hati.

Setelah menerima surat itu, Rey langsung pergi membawanya kedalam kamarnya.
Mama dan papa Rey terheran dengan tingkah putri itu. Mereka saling menatap setelah kepergian Rey kedalam kamarnya. Rey menutup pintu kamarnya cukup keras lalu menguncinya.

REYARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang