01. ungkapanmu itu, salah satu hal yang tak mungkin ku jawab~

81 23 9
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca ^^

Happy Reading ❤️

***

Audrey Pov

Tepat dihari yang sama, dijam yang sama, dan ditempat yang sama. Dimana awal ceritaku dan ceritamu dimulai dan berubah menjadi cerita kita.Tepat saat kita pertama mengungkapkan rasa. Sampai akhirnya kita bisa bersama dalam waktu yang cukup lama.

Malam ini adalah malam teristimewa. Aku dan Ara merayakan hari jadi kita yang ke empat tahun. Entahlah, terasa ada sesuatu yang berbeda malam ini.
Ara sudah menantiku. Seperti biasanya, dia selalu terlihat tampan. Dengan celana jeans hitam panjang dan kemeja putihnya itu.

Ditaman ini terdapat satu meja dengan dua kursi dan beberapa makanan. Mereka tersusun rapi, belum lagi hiasan indah yang selalu berubah dekorasinya setiap kita merayakan hari jadi ini. Ara sungguh romantis.

"Ra.." panggilku. Ara yang tadinya membelakangiku menjadi berbalik. Dia juga melemparkan senyum manisnya kepadaku.

"Rey.." ucap Ara. Panggilan lembutnya itu selalu membuatku senang.

Perlahan Ara mendekatiku. Aku menundukkan kepalaku dan tersenyum malu. Tangan Ara menyentuh daguku dan perlahan mengangkatnya. Mata kami saling menatap. Tatapan yang penuh cinta dan kasih sayang. Ara menatap mataku sangat dalam saat ini. Semakin lama aku menatap matanya, diriku serasa hanyut dalam perasaan bahagia ini. Tapi, mengapa mata Ara perlahan mengeluarkan cairan dan terbendung sesaat sebelum dia mengedipkan matanya.

"A-ara k-kamu kenapa? A-apa yang terjadi?" Tanyaku sembari memegang kedua lengan Ara. Perayaan kali ini ada tetesan air mata?

Ara tidak menjawabku. Dia langsung memelukku. Pelukan yang begitu erat. Seperti dia akan pergi saja.

"A-ara.." bisikku.

"Aku ingin seperti ini untuk beberapa saat. Jangan kamu lepaskan pelukanku." Ucap Ara.

Dia semakin mengeratkan pelukannya itu, membuatku menjadi sedikit cemas. Apa yang terjadi pada Ara? Aku membalas pelukan Ara.

Saat ini kami berpelukan begitu erat. Setelah beberapa lama Ara memeluku, aku merasakan basah dibajuku. Tempat dimana Ara menenggelamkan wajahnya pada pundak kananku.

"Ara.. apa kamu baik-baik saja?" Tanyaku.
Perlahan Ara melonggarkan pelukannya dan menatap wajahku.

"A-ara.. k-kamu.. mengapa kamu menangis.. ini hari bahagia kita.." ucapku sembari menghapus air mata yang berserakan diwajah tampan Ara, walaupun aku sedikit agak jingjit untuk melakukannya.

Ara tidak menjawabku. Dia hanya tersenyum dan menyandangku, dia mempersilahkan aku duduk dikursi yang sudah disediakan. Begitupun dengan Ara yang duduk diposisinya. Kami saling berhadapan, saling memandang dan saling tersenyum.

"Ayo kita makan dan rayakan hari jadi kita yang keempat." Ucap Ara dengan tersenyum, walaupun mata dan pipinya memerah setelah tadi menangis.

"Baiklahh.. ayo kita bersenang-senang." Balasku.

Setelah acara dinner selesai, seperti tahun-tahun sebelumnya. Kami duduk diatas karpet sembari menatap bintang-bintang. Aku menyandarkan kepalaku pada bahu Ara. Termpat ternyaman saat aku dalam keterpurukan. Ara mengelus kepalaku.

"Rey.." panggil Ara. Spontan aku beranjak dari zona nyamanku dan beralih memandang Ara.

"Apa?"

"Aku ingin tau apa harapanmu saat ini."

"Mmm,, A-akuuu ... ingin kamu menepati janjimu dan janji kita."

Mendengar jawabanku, Ara hanya tersenyum tipis. Hal itu membuatku semakin cemas saja. Pasti sudah terjadi sesuatu terhadap Ara.

Ara beralih posisi menjadi menghadapku. Dia menggenggam erat kedua tanganku . Ekspresinya berubah menjadi haru. Mata Ara menahan keluarnya air mata.

"Ada apa Ara? Jangan ada rahasia diantara kita." Ucapku.

Suasana malam ini berubah menjadi hening. Ara menundukan kepalanya dan mulai menangis.

"M-maafkan a-aku Reyy.." ucap Ara sembari menangis.

Perasaanku terbukti benar. Ada yang salah dengan Ara. Aku tak pernah melihat Ara sesedih ini. Aku memeluknya erat dan mulai menangis bersamanya.

"Jangan khawatir, aku bersamamu Ra.." ucapku sembari menangis.

"Rey, aku mau kita putus." Bisik Ara dengan suara pelan dan agak serak.

Mataku membulat sedemikian rupa mendengar hal itu. Tubuhku seketika kaku, rasanya seperti mati rasa. Perlahan seluruh tubuhku menjadi melemas. Pelukanku terhadap Ara menjadi terlepas. Apakah ucapan Ara perlu aku balas?

REYARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang