21. where are you?~

1 0 0
                                    

"P-pahhh.. Lihatt.. R-rey.. jarinya bergerak..." ucap Tina dengan bahagia.

"B-benar mahh.." balas Joe.

Jari tangan Rey bergerak sedikit demi sedikit, menandakan adanya harapan. Melihat hal itu, dengan cepat Joe memanggil dokter.

"Dok, cepat periksa anak saya." Ucap Tina dengan bahagia.

Dokter memeriksa Rey dengan teliti.

"Ini suatu keajaiban. Rey mampu melewati masa kritisnya. Dia akan pulih dalam beberapa hari lagi." Ucap dokter. Dia menjabat tangan orang tua Rey dan turut berbahagia.

Setelah memeriksa, dokter keluar meninggalkan ruangan. Tina dan Joe berpelukan erat. Mereka sangat bahagia.

Satu minggu kemudian..

"Rey, apa kamu membutuhkan sesuatu?" Tanya Tina.

"Tidak mah.. Rey merasa baru terbangun dari mimpi yang begitu indah. Namun, berakhir sedih."

"Sayang, kamu jangan memikirkan apapu. Kamu hanya perlu beristirahat dan sembuh total. Kamu berhasil melewati masa kritismu."

"T-tapi mahh.. R-rey merasa melupakan hal yang sangat penting.."

"Sudah.. kamu berbaringlah.. besok kita sudah bisa pulang ke rumah lagi.."

"B-baik mahh.."  turutku.

Aku  menghela nafasku. Memikirkan bagaimana bisa aku  terbaring diranjang rumah sakit ini.

Aku  melihat sekitarku, memandang dari sudut satu ke sudut lainnya. Aku  merasa pernah kesini dalam waktu yang singkat.
Aneh tapi nyata, itulah yang sekarang aku  rasa.

*keesokan harinya

Rey dan orang tuanya sudah tiba dirumah mereka.

"Selamat datang kembali sayang."ucap Joe.

Mereka masuk kedalam rumah dan mengantarkan Rey ke kamarnya.

*kejadian pasca pemakaman Ranggara

Rey sempat pingsan waktu itu. Tanpa menunggu Rey sadar, orang tua Ara ingin menyegerakan pemakaman untuk putranya itu.

"Tidak bisakah kita menunda hari esok untuk pemakaman Ara?" Tanya mama Rey.

"Tidak bisa. Anakku, Ranggara terlihat sangat menderita. Kami juga yakin, Rey akan mengerti. Tolong mengertilah dengan keadaan kami." Balas mama Ara dengan sedih.

Prosesi pemakamanpun berlangsung saat itu juga. Sementara, Rey masih terbaring pingsan.

Beberapa jam berlalu, Rey terbangun dari pingsannya itu. Diruang rawatnya sepi, tidak ada yang menemani. Hal pertama yang dia buru hanyalah Ranggara.

Rey berlari dengan keadaan lusut ke ruang rawat Ara. Betapa terkejutnya dia saat melihat ruangan itu kosong.

"ARAAA!!" Teriak Rey.

Rey langsung berlari mencari informasi mengenai pasien diruang itu. Salah satu suster memberitahukannya, bahwa pasien tersebut telah dibawa pulang untuk dimakamkan oleh keluarganya beberapa jam lalu.

Mengetahui hal itu kecemasan Rey semakin menjadi-jadi. Dia seperti orang gila saja. Rey pergi meninggalkan rumah sakit tanpa sepengetahuan keluarganya.

Rey tidak mempedulikan tatapan orang -orang terhadapnya. Bayangkan saja, seorang gadis dengan pakaian wisuda kuliah berlari dalam keadaan berantakan dan menangis juga berteriak memanggil nama seseorang.

"NGGAKKK!!! ARAAAA KAMU DIMANA!!!" teriaknya sembari menangis dengan menyusuri jalan.

Rey tidak memperhatikan sekitarnya. Rey berlari dari arah gang yang cukup besar menuju jalanan besar. Tanpa dia sadari, mobil dengan kecepatan tinggi melaju kearahnya.

"AARAAA.. AAAAAAAAA"

Pandangannya menjadi melebur. Tubuhnya menjadi melemas. Tabrakan yang begitu keras, membuat Rey mengeluarkan banyak darah. Rey gagal melihat Ara untuk yang terakhir kalinya sebelum dia dimakamkan.








REYARA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang