Hari sudah semakin larut, matahari mulai memejamkan cahayanya. Namun, mereka belum tahu ke mana mereka harus pergi, yang mereka tahu adalah mereka harus pergi ke desa dan mencari kepala desa untuk membuka peti itu. Mereka terus berjalan bersama-sama, berharap menemukan jalan keluar. Mereka membawa peti berisi harta yang belum terbuka itu bersama-sama.
"Kita mau jalan berapa jauh lagi?" seru Rere yang mulai ketakutan.
"Iya, udah gelap ni." jawab Vano dengan suara yang bergetar.
"Kita udah berhari-hari di sini. Gue mau pulang, pokoknya malem ini juga kita harus nemuin jalan keluar." Claudi mengucapkan itu dengan sangat lantang. Ia sudah sangat ketakutan.
"Ya sudah, jalan terus. Hati-hati, jaga sikap." peringatan itu dilontarkan Genta dengan muka tanpa ekspresinya.
"Iya, gue juga tau kali, gue bukan orang bego." jawab Claudi dengan nada menyindirnya yang kuat. Dari awal bertemu, Claudi memang merasa ada yang aneh dari Hesti dan Genta.
Wajar saja jika mereka semua ketakutan, itu hari Kamis. Dengan kata lain, hari itu adalah malam Jumat. Hesti dan Genta sangat pendiam. Mereka hanya berjalan berdua di belakang dan hanya berbicara seperlunya. Mereka terus berjalan ke arah timur dengan senter yang mulai redup. Tiba-tiba terdengar suara teriakan minta tolong, "TOLONG!!" ternyata suara itu berasal dari Claudi yang terpeleset dan jatuh ke jurang kecil.
"Lu ngapain di situ, Clau?" teriak Jamal dari ujung jurang.
"Ya jatuhlah, masa iya mandi." jawab Claudi ketus sembari berusaha naik kembali ke atas.
Tiba-tiba saja ada yang menarik kaki Claudi yang membuatnya semakin jatuh ke bawah. Tentu saja hal itu membuat semuanya panik, Jamal langsung turun ke jurang untuk memeriksa keadaan Claudi yang tidak bersuara itu. Sementara, Vano yang dibantu Genta langsung mencari tali dalam tasnya untuk membantu Jamal membawa Claudi naik kembali. Hesti langsung menenangkan Rere yang saat itu histeris, ia takut terjadi hal buruk pada Claudi.
Setelah beberapa lama, Jamal berhasil membawa naik Claudi yang setengah sadar. Ia sangat ketakutan dan tidak bisa berkata-kata.
"Gue gak boong, sumpah, tadi ada yang narik kaki gue." cerita Claudi saat mulai tenang, masih dengan suara bergetar ketakutannya.
"Udah-udah, mungkin itu ranting pohon atau tanah licin." balas Jamal yang berusaha berpikir positif.
"Gak mungkin, itu tangan. Gue inget banget, tangannya dingin, agak kasar, dan kukunya tajam. Itu tangan, Jamal!" Claudi mulai menangis ketika mengatakan itu.
"Kan aku udah bilang, jaga sikap. Kamu tadi ngomong kasar, sih." kata Genta dengan tatapan yang sangat tajam.
"Apa banget sih, Ta? Claudi lagi gini, lu malah nakut-nakutin." Rere ikut berbicara kali ini.
"Genta bener, dia yang salah karena gak jaga sikap. Kalau kalian mau selamat, berhati-hati mulai sekarang." kali ini Hesti yang memperingatkan mereka. Hesti dan Genta, mengapa sikap mereka aneh?
Keadaan mulai membaik, mereka mulai berjalan lagi. Mereka harus menemukan kunci peti harta itu, serta jalan keluar dari hutan ini. Rere dan Claudi bergandengan tangan, dengan sedikit gemetar, mereka berjalan melewati pohon-pohon besar. Mulai terdengar suara-suara hewan liar yang membuat bulu kuduk berdiri.
***
Kira-kira 1 km mereka berjalan, entah sejak kapan mereka tidak menyadari hilangnya Vano.
"Vano mana?" kata Jamal tiba-tiba yang mengejutkan semuanya.
"Hah? Perasaan tadi dia dibelakang gue." ujar Rere sembari melirik ke belakang.
"Hes, Gen, lu gak liat Vano?" kali ini Claudi yang angkat suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan di Hutan Misteri
Gizem / GerilimSetelah selesai ujian sekolah, 4 sekawan itu memutuskan untuk camping di salah satu hutan. Sesampainya mereka disana, mereka menemukan banyak kejanggalan dan misteri. Apa sajakah yang mereka temukan? Anggota Kelompok: Angelica Rosalind Clarissa Fior...