siapapun itu, akan tetap kamu.

76 21 1
                                    

     tara menggesekkan kakinya ke lantai keramik putih,

ia terus menatap arlojinya dan terus bermain dengan suara yang diciptakan oleh conversenya.

"tara?"

perempuan itu muncul dengan binder di tangannya, menatap tara dengan kebingungan.

"katanya mau balik?kok masih disini?"

tara menggaruk kepalanya, ia bingung harus jawab apa.

"cher, beneran gak mau dianter?"

laki-laki yang sama pendek dari tara menepuk bahu cherry,

ia ikut dalam lingkaran pertemuan kecil depan pintu kelas jurusan cherry.

tara menatap laki-laki itu,

ia pasti jefan.

"eh? enggak ya fan, gapapa kok."

jefan mengangguk paham, lalu ia pergi begitu saja tanpa menyapa tara.

tatapan besar milik tara tak lepas dari punggung yang menjauh, tatapan waswas yang menyeramkan.

"oy, tar. ngapain?"

cherry menepuk pundaknya, menyadarkan laki-laki itu yang masih mengikuti arah jefan pergi.

"pulang."

"hah?"

"pulang, ayo pulang."

diambilnya tangan cherry yang membuat gadis itu sedikit terkejut,

tak begitu keras sih tarikannya, tapi tetap saja pergerakan tara yang tiba-tiba membuat cherry belum siap menerima genggamannya.

"lo belum jawab loh, kenapa balik lagi?"

tara masih saja berjalan di depannya tanpa menoleh,

ia masih kesal karena jefan menepuk pundak si gadis berambut coklat.

tau memang cherry belum seutuhnya jadi punya-nya, mau cemburu juga takut dibilang terlalu bagaimana padahal bukan siapa-siapa.

"ada yang ketinggalan."

kaki mereka mulai menapakkan jalan raya ibu kota,

tapi tara belum juga menoleh ke arahnya dan cherry tak paham mengapa.

"apa yang ketinggalan?"

"buku."

"bukannya sekarang pake e-book?"

"buku perpus."

cherry menghela nafasnya, entah hanya ia yang berpikir begini atau memang benar.

tapi kenapa kesannya tara jutek sekali sih?

ia memang suka menjawab singkat, tapi nada bicaranya itu yang bikin cherry jadi kesal.

tadi saja ngambek ingin pulang, sekarang malah menunggunya dua jam sampai akhir kelas.

maunya apa?

"bisa jalan biasa aja gak, tar?"

tara berhenti sejenak, melepas genggamannya dan baru sadar yang ia lakukan tadi.

"sorry, sakit kah?"

dibalikkannya tubuh tara, lalu mendekat ke pergelangan tangan milik si perempuan.

ia teliti apakah tangannya terlalu besar untuk cherry yang terlalu kecil dan kurus, ia perhatikan bagian mana yang kira-kira menyebabkan memar karena tindakan bodohnya barusan.

"engga, gapapa. cuma jalan aja samping gue. biasanya lo ngomel kalau gue jalan duluan!"

laki-laki bermata besar itu tersenyum kecil, lalu diacak-acak rambut cherry.

jangan ditanya bagaimana keadaan jantungnya sekarang, yang jelas ia butuh pertolongan pertama dan ingin cepat pulang karena malu.

"bawel, ayo pulang."

kali ini, tangan cherry ia genggam pelan-pelan dan dimasukkan ke saku hoodie abu-abunya.

sebetulnya, tara tak perlu secemburu ini.

karena siapapun orangnya, tak akan ada yang bisa menggantikan tara dalam mengacak-acak hatinya.

bukan hanya hujan yang bisa jatuh ke bumi, taeryeong.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang