pasar malam dan segala ceritanya.

85 21 2
                                    

langkah yang sama memasuki gang-gang kecil pelosok jakarta yang jarang orang lihat,

sejumlah bagian yang tak pernah jadi menarik justru menyambut dua insan itu dengan lampu remang disana,

lampu-lampu mulai menerangi gang gelap dan menciptakan suasana nyaman bagi setiap yang lewat.

"gue gak tau di jakarta masih ada pasar malem"

kaki mereka berhenti tepat di sebuah lapangan yang terisi ramai,

sebuah pasar malam sederhana tapi terlihat begitu menyenangkan.

"kita gak butuh tiket kayak dufan, ayo masuk."

tara menarik ujung baju cherry dan menuntunnya pelan, menelisik lebih jauh tempat menarik ini.

"lo pernah kesini?"

tanya cherry sambil menatap kagum gulali besar yang berwarna pink dengan plastik karakter kartun anak.

"dulu, sama mama."

cherry mengangguk, ia menarik crewneck abu-abu tara lalu dibawanya menuju tukang gulali tadi.

"mas, satu ya. lo mau juga gak?"

"enggak, satu aja"

diberinya satu gulali yang sudah jadi beberapa menit lalu ke tangan cherry, lalu perjalanan mereka kembali berlanjut.

"gelangnya lucu bangett"

tunjuk cherry sambil memakan gulali tadi,

"gue gak suka barang samaan."

"ye, yang ngajak lo couple-an juga siapa"

tangan tara mengambil sedikit gulalinya dan memakannya,

"jangan diabisin ih! tadi gue tawarin gamau ya"

tentu saja, tara tak menyangka rasanya tak akan se enak ini. ia kira karena warnanya yang merah muda membuat gulali ini otomatis manis dan mengganggu kesehatannya.

"kan nyobain"

"nyobain apanya! lo ngambil setengahnya ya anjir"

tara tertawa, ia meninggalkan permen kapas itu bersama pemilik aslinya.

matanya kembali menjelajah arena terbuka itu, suara penjual gelang maupun baju anak kecil menyeruak diantara ruang udara yang ada.

"cher"

"hm?"

tanyanya yang masih mengunyah,

"mau naik bianglala?"

mata cherry membulat sempurna, jujur saja tadinya ia mau mengajak tara menaiki itu. tapi laki-laki disampingnya pernah cerita bahwa ia takut ketinggian, ya jadi cherry harus mengalah.

sepertinya keadaan berkata lain, tara justru menawarinya sekarang.

                                    •••

"sumpah lucu banget. padahal gak sebesar yang di dufan tapi seru juga"

cherry sibuk mengabadikan pemandangan kota jakarta malam itu dengan ponselnya,

jangan ditanya kabar tara.

ia sedang menahan gemetar sekarang, bahkan cherry bergerak sedikit saja tara rasanya ingin memarahi dan teriak ke abangnya untuk diturunkan.

dalam hatinya, ia menyesali segala keputusan yang dibuat untuk mengajak cherry naik kesini.

kabin yang mereka naiki bergerak dengan pelan,

cherry yang masih sibuk memotret dan memuji tara atas temuan pasar malam kali ini,

dan tara yang sibuk mengangguk untuk menahan rasa takutnya.

kini kabin mereka berada tepat ditengah.

angin sedikit mengesalkan hingga membuat rambut cherry ikut terbang beriringan.

cherry tak bawa ikat rambut, ia selipkan sebisanya di daun telinganya dan menatap tara yang daritadi diam saja.

"oi, kok diem sih? lo masih takut ya?"

"engga. gapapa"

cherry tertawa karena jelas ekspresi tara yang saat ini ia lihat sangat lucu, rasanya ingin meledeki tapi ia simpan saja untuk dibawah nanti.

"kalo takut ngapain ngajak sih tar...."

"ya gapapa"

"sayang loh kalau udah disini tapi lo ga liat ke sana"

katanya dengan telunjuk ke arah barat.

"gak, gapapa."

cherry menghela nafasnya panjang,

"lo beneran takut ya? kan gue jadi gaenak kalau lo maksain diri gini"

"gapapa serius"

cherry menepuk tangan tara yang daritadi tak berpindah posisi,

"jawaban lo gapapa mulu anjir. apanya yang gapapa?"

tara menatap gadis itu lekat, kabin mulai kembali berjalan pelan.

"tar, sampe tremor tangan lo?"

helaan nafas panjang keluar dari mulut tara, perlahan ia berdoa dalam hati.

"cher, jadi cewe gue yuk."

dan pasar malam menyimpan cerita tiap pengunjungnya.

termasuk hari dimana ajakan tara pada gadis yang disukainya.


bukan hanya hujan yang bisa jatuh ke bumi, taeryeong.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang