diam,
sebuah kencan pertama yang sangat canggung.
tak bisa dibilang kencan karena tara hanya mengajak cherry makan siang sehabis pertemuan mereka satu minggu yang lalu.
tara yang memutuskan memberi nomor ponsel dengan alasan kalau saja butuh berkedok ingin dekat itu akhirnya sampai disini.
sebuah tempat makan yang tak jauh dari pusat kota, sebenarnya tara ingin membawa si gadis mengexplore restoran enak di jakarta. tapi ia sedikit takut untuk sebuah awal perjalanan,
takut cherry tak nyaman, takut cherry tak suka makanannya, takut cherry tak suka berjalan, takut, takut, dan takut yang dibuat pikirannya sendiri.
"kenapa, cher?"
tanya tara,
cherry terlihat begitu kebingungan, entah rasa makanannya yang tak begitu enak atau memang tak sesuai dengan seleranya.
"gue mau pesen soda tapi bingung"
tara tersenyum kecil, duh menggemaskan sekali perempuan ini.
tara langsung bangkit darisana, menuju meja kasir dan memesan tiga soda.
"habis ngapain, tar?"
"mesenin soda."
"duh, gak usah repot-repot padahal."
senyum malu-malu muncul dari bibir cherry. kalau begini ceritanya, siapa yang tak jatuh cinta? bahkan semut-semut yang tak sengaja melewati kami saat itu bisa jatuh cinta saking manisnya.
"gapapa, santai aja."
mereka mengangguk, melanjutkan kegiatan makannya dan menghabisi seruput mie ayam yang dipesan.
seorang waitress datang ke meja mereka, membawa dua gelas yang sudah pasti isinya soda dan satu kaleng soda bermerek yang belum dibuka.
"pesan yang kaleng buat apa?"
tanya cherry bingung ketika kaleng soda itu mendarat di meja mereka, tara menggeser kaleng merah tersebut ke arah cherry.
"siapa tau mau bawa pulang."
cherry tertawa kecil, aneh sekali masa soda pun harus dibawa pulang? bahkan ia bisa melihat puluhan kaleng ini di toko kelontong depan gang rumahnya.
"dasar aneh."
mereka kembali diam, namun tak sekaku tadi. ada rasa nyaman di hati keduanya, dan itu ditunjukan dari lamanya mereka bersama.
mau diam berpuluh-puluh jam bersama pun rasanya tak apa, sebab nyaman telah ditemukan ketika cherry bersama tara.
acara makan mereka selesai dalam dua jam, cukup singkat untuk sebuah pertemuan namun karena cherry yang sudah dihubungi bundanya untuk pulang pun akhirnya harus benar-benar kembali.
tara membayar makanan tadi di kasir, sekaligus meminta kantung plastik kecil untuk soda yang tadi tentunya.
setelah selesai, tara menghampiri cherry yang sudah menunggu di depan pintu restoran.
tangan cherry keluar dari ujung plafon, ia julurkan dan air hujan menyapanya seperti baru pertama kali bertemu. kepalanya ia tadahkan ke atas langit, gelap dan sepertinya hujan baru saja memulai aktivitasnya mengunjungi bumi.
akan lama jika harus ditunggu, sedangkan tara tak bawa kendaraan. ia naik bus arah kemayoran, dan cherry arah yang berlawanan.
"hujan?"
tanya tara sambil ikut menatap rintikan itu,
anggukan muncul dari cherry, ia masih khawatir bagaimana ia akan pulang. sebenarnya tak apa jika ia memesan taxi sendiri, tapi bagaimana dengan tara? ah, ia tidak mau akhir yang buruk untuk kencan pertamanya.
"terus gimana?"
cherry menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia butuh solusi atau pawang hujan sekarang juga.
"gapapa kan kalau pulang kebasahan?"
"hah?"
"atau agak kebasahan?"
cherry mengerutkan dahinya, heran dengan pertanyaan laki-laki itu.
"gue akan meminimalisir kemungkinan lo buat kebasahan sebisa gue. gapapa kan kalau sedikit basah?"
entah apapun yang tara rencanakan, cherry memutuskan untuk menaruh harapannya pada tara, membiarkan laki-laki itu membawanya entah kemana arah yang ia maksud, perasaannya mengatakan ia harus percaya pada laki-laki ini meski ia tak terlihat begitu bisa diandalkan. namun, apa salahnya dicoba?
cherry mengangguk yakin, menatap tara untuk menebak apa yang ia lakukan tuk melawan hujan.
"oke, percaya gue ya cher."
tara melepas jaket jeansnya, merentangkannya dan meletakan itu di kepala cherry dengan kedua tangannya, memastikan genggaman tangannya itu erat dan jeansnya itu cukup kuat.
setidaknya, ia harus sampai pada halte yang tak jauh dari sana tanpa harus membuat cherry kedinginan.
"tar, lo serius? nanti lo yang basah kuyup loh"
tara menarik tangan cherry keluar dari langkah terakhir yang beratapkan restoran tersebut, rintik air perlahan menetes di jaket jeans milik tara.
meski wajahnya sudah basah dan sepatunya menginjak banyak genangan kini, ia tak terlalu peduli. tujuannya hanya mengantar cherry sampai tujuan dengan selamat.
cherry melihat tara yang sudah basah terkena hujan, ia menatapnya lekat dan menyadari kadar ketampanan laki-laki ini meningkat begitu saja. rambut coklatnya yang basah dan converse edisi oldschool yang ia biarkan menginjak genangan tanpa takut kotor itu terlihat sangat keren di matanya.
tak punya payung tak masalah, selama cherry punya tara ia yakin ia akan baik-baik saja.
•●•
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan hanya hujan yang bisa jatuh ke bumi, taeryeong.
Cerita Pendekmari jatuh cinta sesukanya, mari tak peduli pada aturan, dan mari saling meninggalkan. kang taehyun x lee chaeryeong as main character.