hari buruk yang ia kira akan hilang ketika kembali tidur.

68 21 0
                                    

tara jelek
|dimana?
|angkat telfonnya, cher.

cherry menaruh ponselnya sembarang,

kembali ditenggelamkan kepalanya dalam tekukan kaki panjang milik cherry, dan menikmati gelap yang ia ciptakan sendiri.

ponselnya berdering lagi, kali ini pasti masih tara, atau bisa jadi kakaknya, atau bundanya?

ia terlalu malas memeriksa.

cherry tak butuh siapa-siapa malam ini,

bahkan orang yang paling ia sukai sekalipun.

di tempat yang tak asing, namun dengan perasaan yang asing.

tara jelek
|lo kenapa?
|kakak lo nanya ke gue kenapa lo belum pulang
|cher? jangan bikin semua orang khawatir gini

cherry tersenyum kecil membacanya,

rasanya hanya ia yang tak boleh buat orang-orang disekitarnya mengeluh sedikit, rasanya hanya ia yang selalu harus dituntut untuk terus disana dan memastikan perasaan semua orang baik-baik saja.

cherry paham maksud tara bukan begitu,

tapi biarkan ia hari ini,

cukup hari ini saja,

cherry sendirian.

ponselnya berbunyi lagi, muncul notifikasi sekilas dan nama tara terpampang jelas disana.

tara jelek
|kalau gak mau pulang, at least kabarin orang rumah
|jangan lupa pulang

jarinya ia tahan agar tak membalas pesannya,

cukup lama cherry menatap nama tara disana.

satu panggilan masuk dari orang yang sama,

dan cherry memutuskan menekan tombol hijau, ia benar.

setidaknya kalau mau menghilang, satu orang butuh tau kan mengapa ia hilang atau setidaknya,

satu orang butuh tau bahwa ia ingin hilang.

agar tak perlu dicari lagi.

"dimana?"

nada dinginnya menusuk kulit cherry, bahkan cardigan warna kecoklatannya tak bisa menutupi perasaan takut yang ia punya.

"bilang ke mbak caca, gue pulang telat."

"lo dimana?"

cherry memainkan kukunya dengan kasar hingga menimbulkan luka kecil disana,

"tar, gue mau sendiri."

"kasih tau lo dimana, setidaknya gue tau lo di tempat aman sekarang."

"tar....."

bibirnya ia gigit keras agar menahan tangis yang menyeruak di tempat sunyi ini.

"gue disini."

"enggak, kali ini lo ga perlu disini"

"cher----"

"gue lagi gak butuh siapa-siapa, lo ngerti kan?"

cherry mengacak-acak rambutnya sendiri,

jujur saja ia bersyukur bahwa masih ada yang peduli padanya dan menunggu kepulangannya.

tapi yang cherry benar-benar butuhkan hari ini hanya dirinya sendiri.

tara diam, tak bicara tapi tak juga menutup teleponnya.

"papa masuk icu, jantungnya kumat lagi...."

sekecil apapun cherry menahannya,

tara masih bisa mendengar suaranya yang gemetar, menangis dan perlahan air matanya turun tanpa permisi.

"kenapa gak kesana?"

tanya tara dari sebrang, suaranya lebih tenang dan lebih hangat.

"gue takut.....takut papa koma lagi, takut papa harus pasang selang banyak lagi, takut......."

ia diam disana, tara tak membalasnya.

"tolong bilang ke mbak caca sama bunda ya tar? gue gak akan pergi lama, cukup hari ini."

"jangan lupa makan, pulangnya hati-hati."

tara mematikan teleponnya,

cherry kira laki-laki itu akan tetap keras kepala memaksanya untuk disana menemaninya.

tapi ia salah,

tara tak menghubunginya lagi bahkan setelah lima puluh menit percakapan mereka.

angin membawa rambut kecoklatannya terbang tanpa arah,

malam ini begitu dingin untuk kabar buruk yang juga menimpanya,

ia kira dimarahi dosen karena terlambat dua menit sudah cukup membuatnya gusar,

ia kira tidur akan cukup menenangkan dan mengembalikan semua keadaannya.

tak apa,

yang perlu dilakukan hanyalah memaklumi tiap tindakan orang yang sedang kecewa atas takdir tuhan.

asalkan,

cherry selalu baik dan akan kembali pulih entah kapan, tara akan selalu menunggunya.

tara akan selalu menunggu gadis itu mengabarinya dan kembali banyak bicara seperti sedia kala.

bukan hanya hujan yang bisa jatuh ke bumi, taeryeong.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang