02. Vero kampret!

33 10 30
                                    

Hari minggu, adalah hari yang selalu ditunggu-tunggu bagi orang yang selalu sibuk. Seperti halnya Dio. Cowok ganteng doang, ehh engga! gantengggg bangetttt, tapi gak mau dibilang ganteng.

"Hai ganteng!" sapa kebanyakan orang yang udah ngeliat mukanya. Bahkan Dio benci panggilan itu. Namun bagaimana jika yang memanggilnya adalah Mama-nya? Dio gak bisa nolak, walaupun berusaha nolak, tetap saja Mama-nya memanggilnya seperti itu.

"Hai ganteng! kok gak keluar? maen kek atau apa gitu." Tanya Mama-nya sambil menutup pintu kamar Dio. Dia sendiri terduduk disofa yang menghadap langsung ke jendela besar, yang sekaligus sebuah pintu menuju balkon.

"Gak,males."Jawabnya acuh, sambil sibuk membaca komik yang disukainya. Ya, Dio sangat suka membaca komik.Dia mengoleksi banyak komik yang terjejer rapi di rak yang sengaja disediakan dikamarnya. Selain itu, dia juga mengoleksi novel dengan genre fantasi.

"Ganteng, emang kamu gak bosen menutup diri seperti itu? Mama pengen kamu seperti anak-anak yang lain." Sambil mengusap rambut anaknya dengan penuh kasih sayang. Dio tau, apa yang Mamanya inginkan. Tapi keinginan Mamanya bukan keinginan Dio. Dio gak suka jadi pusat perhatian! Dio gak suka disorot kamera! Dio juga pengen seperti remaja lain, yang hidup normal tanpa menjadi pusat perhatian, dan tanpa disorot kamera.

"Ma...Dio gak mau dilihatin orang dengan pandangan seperti itu." Ucap Dio, seraya menutup buku komiknya dan menaruhnya di meja yang ada disebelah sofa.

"Mereka itu cuman kagum aja sama kamu, sayang. Karena kamu ganteng." Usap Mamanya lembut, tapi malah menggundang rasa sebal bagi Dio. Karena Mamanya selalu menyebutnya 'ganteng' ehh bukan Mama nya doang, tapi semua orang yang sudah melihat mukanya itu.

Dio tidak menjawab perkataan Mamanya. Dia beranjak dari sofa dan melihat kearah jendela. Dimana, disana adalah sebuah pantai indah, tentunya tempat wisata yang banyak dikunjungi. Dio merasa, tidak bebas, dia ingin bermain selancar, bermain voly dipinggir pantai, berenang dipantai, dll. Tapi dia takut, takut akan pusat perhatian.

Berbeda dengan adiknya, Vero. Adiknya bahkan sangat bangga mempunyai wajah yang tak kalah tampan darinya. Hingga menjadikan dirinya seorang cowok playboy, yang disukai banyak cewek cantik disekolahnya. Padahal usianya baru 15 tahun. 2 tahun lebih muda darinya. Artinya usia Dio sekarang adalah 17 tahun.

"Woyyy Dio ganteng! keluar lo!" nahh nih tuyulnya muncul, kata Dio dalam hati.

Belum sempat Dio menyahut, tapi sudah disahut Mamanya.
"Vero! yang sopan bicara sama kakak! ga boleh begitu." Sambil berjalan menuju pintu kamar Dio, hendak keluar.

"Iya Ma, maap." jawab Vero sambil menyengir.Karena sebenarnya Vero tidak tahu,  jika Mama ada di dalam kamar kakaknya itu. Jadi dia asal teriak dari kamarnya sendiri, yang berada tepat disamping kamar Dio.
"Huhh! tampan tampan gak sopan!" sambil menjewer telinga Vero.

"Aduh Ma, sakit." Meringis sambil meminta ampun.

"Rasain lo! hahahahah." Sahut Dio puas, melihat adiknya di aniaya. Mamanya yang sudah puas melihat telinga anaknya merah, langsung pergi tanpa seuntas kata.

"Lagian ngapain sih lo teriak-teriak? gak pake mix sekalian noh!" sambil mengisyaratkan menunjukkan mix yang ada di pojok ruangan.

"Boleh, aku ambil ya?" Vero yang langsung menggambil mix dan speaker tanpa menunggu jawaban kakaknya.

Vero keluar ke arah balkon, dengan membawa mix serta speaker yang di seretnya. Entah apa yang akan dilakukan adik kurang ajar itu.
"Mau ngapain sih lo?" tanya Dio heran. Tanpa jawaban apapun Vero langsung menghidupkan speaker yang sudah terhubung di mix yang ia pegang.

"HELLO SEMUANYA!" semua orang yang berada dipantai langsung menoleh kearah balkon miliknya sekaligus sumber suara. Perasaan Dio sudah mulai tidak enak.

"Apaan sih Ver! matiin gak!?" bujuk Dio yang mulai panik, karena semua cewek-cewek ABG yang berada dipantai sudah terlihat menggelikan, setelah melihat Vero yang mengaku tampan itu.

HAI GANTENG!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang