0.4

234 42 10
                                    

0.4 : Apakah Aku Berharga?





Aku membuka mataku, kali ini aku benar-benar bangun.

Dimana wanita itu, dimana dia?

Apa itu semua hanya mimpi?

Tapi, kenapa sangat nyata..

Dia memelukku, mengelus rambutku. Menyelamatkanku dari tempat gelap itu.

Tidak, kalau itu semua mimpi, sekarang aku dimana?

Aku berada di sebuah kamar yang nyaman, bernuansa dingin. Dengan cat tembok berwarna biru gelap, dan selimut berwarna biru navy yang sekarang menutupi tubuhku.

Sangat jauh berbanding terbalik jika di bandingkan dengan tempat aku biasa di borgol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sangat jauh berbanding terbalik jika di bandingkan dengan tempat aku biasa di borgol


Jendela yang terbuka, sangat terang dan indah.
Matahari terpancar ke wajah tampanku yang penuh dengan bekas luka.

Aku berdiri, kemudian mendekati jendela, dan menatap keluar.

Ada banyak sekali anak-anak yang sedang bermain, dan tertawa bahagia bersama teman-temannya.

Sedangkan aku disini terkurung, bagai binatang peliharaan.

Ah, tidak.

Aku tidak pantas disebut seperti apapun.
Tidak ada makhluk hidup yang bisa menggambarkan diriku.

Aku juga hanya bisa merikuk sepi, sembari menangis, bahkan berteriak sesekali layaknya orang gila.

HAHAHA, PADAHAL AKU EMANG GILA.

"Aku, terlalu menyedihkan, haha"


Kikik ku kecil.

Aku hanya lupa, kapan terakhir kali aku tertawa.

Sebelumnya aku selalu tertawa iya kan? Kenapa sekarang rasanya begitu sulit hanya untuk menunjukan senyuman kecil.

Padahal, sebenarnya Aku tidak semenyedihkan itu kan?

Aku hanya dibenci orang-orang di sekolah, di benci semua orang. Bahkan orang tuaku sendiri membenciku.

Aku tidak tau sebenarnya apa salahku sampai aku di benci.

Apa karna aku bodoh?

Aku bodoh karna tidak mampu berpikir lagi.

Mungkin karna kepalaku sering terbentur ketembok.

Aku tidak membenturnya.

Papa yang melakukannya.

Tidak terhitung sudah berapa kali kepalaku berdarah karna dia melakukan itu.

Sebenarnya bukan hanya kepalaku.

Seluruh tubuhku adalah sasaran siksa.

"Ma.. Pa.."

"Asahi anak kalian. Bukan benda mati yang bisa kalian perlakukan seperti sang benda tidak bisa merasakan sakit apapun."

"Asahi manusia.. Bukan robot"

"Asahi gak sempurna." lirihku.

Entah sejak kapan bulir bening berharga itu jatuh lagi dari kelopak mataku.

Aku pikir itu bukan sesuatu yang berharga lagi.

Karna hampir setiap waktu dia keluar. Tanpa harus kuminta.

Tanpa kusadari ternyata Papa mendengar lirihku.

Dia menangis, mendengar kata-kataku.

"Sahi.. " panggil papa lembut

Tapi aku takut, aku tidak berpikir suara itu lembut.

Aku pikir itu suara yang jahat.

Aku melangkah mundur, menjauh dari papa.

Sampai akhirnya punggung ku terbentur ke tembok, karna tiada lagi tempat untuk mundur.

Papa melangkah, mendekati aku.

"GAK!!"

"JAUH-JAUH LO DARI GUE!!"

"JANGAN-JANGAN MENDEKAT."

"Asahi.. Papa gak bakal apa-apain kamu sayang.." ucap papa pelan dengan hati yang terluka.

"GAK, GAK. PERGI!!!" Teriak ku.

"Tenang asahi, tolong jangan kayak gini" Papa mulai menangis sembari tetap berada di tempatnya.

Dia takut aku melakukan hal yang macam-macam.

"PERGI BANGSAT!! LO PASTI MAU BORGOL GUE PAKAI RANTAI TALI TAMBANG KAN?!!"

"KELUAR!!!!"

Tatapan kebencian dari mataku semakin membuat papa tidak berdaya.

Dia keluar, dan aku merikuk kembali di pojok kamar.










Aku bukan lelaki sejati kan?

Aku hanya orang gila.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
It's Ok || Hamada Asahi[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang