Pagi hari, Yeonjun mendapati Soobin sedang duduk di ranjang miliknya. Mata pemuda itu agak bengkak, kantung matanya sedikit menghitam, serta rambut hitam kecoklatan pemuda itu mencuat kemana-mana, seperti duri landak yang kaku, meruncing, dan jika ada balon yang jatuh di atasnya, itu akan meletus dalam sepersekian detik. Keadaan ranjang tempat Soobin berada tidak jauh lebih buruk dari yang menempati, seprainya kusut, bantal menekuk menyedihkan, ada ponsel tergeletak di atasnya, buku, pakaian, sebungkus roti yang sudah habis setengah, dan botol air mineral yang ditelanjangi. Tampaknya selama semalaman Soobin sangat sibuk di atas tempat tidurnya.
Selesai mengamati pemandangan yang menyakiti mata itu, pandangan Yeonjun beralih ke wajah Soobin. Awalnya pemuda itu tak menaruh perhatian padanya, sorot matanya pun tidak fokus dan kosong. Pada saat Yeonjun hendak memanggil, sepasang bola mata itu bergulir ke arah Yeonjun dan kemudian terpaku ke arahnya. Hening sesaat. Mereka bertukar kedipan, satu, dua, tiga. Soobin tiba-tiba membuat senyum di wajahnya yang entah malah membuat Yeonjun merasa ngeri. Senyum itu sangat tidak cocok untuk penampilannya saat ini.
Yeonjun bangkit dari posisi berbaring lalu menggeser tubuh ke pinggir untuk melihat lebih jelas. "Apa sepanjang malam kau berguling di ranjangmu? Kau tidak tidur nyeyak atau memang tidak tidur?"
Soobin sama sekali tidak menghilangkan cengirannya ketika menjawab. "Aku hanya..." sebelah alis Yeonjun terangkat ketika bola mata Soobin bergerak naik--tanda berpikir.
"... tidak terbiasa tidur di Jepang."
Yeonjun tak serta-merta percaya. Sebenarnya jika Soobin mengatakan bahwa ia tidak biasa tidur di ranjang yang bukan miliknya, mungkin Yeonjun akan sedikit menaruh percaya. Namun perbedaan tidur di Jepang dan di Korea, siapa yang akan repot memperhatikan hal seperti itu? Suasana Jepang dan Korea tidak terlalu berbeda, mungkin jika mereka tidur di luar itu baru akan menyadarkan mereka bahwa di sini adalah negara orang, tapi ini di hotel dan Yeonjun bahkan tidak tahu letak hal yang membuat Soobin tidak nyaman ada dimana.
Melihat penampilan Soobin yang sungguh kasihan, Yeonjun tidak tertarik untuk bertanya lebih jauh.
"Jam berapa penerbangannya?"
"Pukul 2 siang. Masih ada banyak waktu, tidak perlu terburu-buru."
Yeonjun mengangguk sambil menguap kecil. "Itu bagus. Kau bisa lanjutkan tidurmu. Aku akan membangunkanmu nanti."
Setelah itu baik Soobin maupun Yeonjun tidak ada yang berbicara, hening dibiarkan mengisi ruang di antara keduanya. Di seberang ranjang, Yeonjun memejamkan mata sambil terduduk. Sisa kantuk masih membuat matanya perih tapi Yeonjun tidak suka tidur terlalu lama, sedangkan Soobin di sisi lain memilih kembali membaringkan tubuh di atas kasur yang kacau, menarik selimut sampai ke batas dagu dan mulai menerawang langit-langit kamar yang pucat. Meski kantung matanya sudah tercetak jelas, otaknya tetap enggan untuk istirahat. Soobin diam-diam menghitung waktu dalam hati, yakin waktu telah lama berlalu tetapi ketika ia melirik jam di ponselnya yang tidak sengaja ia temukan di balik selimut, angka di digit menit itu hanya bertambah lima. Entah bagaimana tiba-tiba Soobin menjadi bodoh, ia tidak tahu harus melakukan apa, tidak tahu harus bagaimana, dan tidak tahu harus menunggu sampai kapan. Ia menelan ludah dengan perlahan, berkali-kali dan suara menelan itu bergema di kepalanya sendiri, ia khawatir Yeonjun juga dapat mendengarnya sehingga dia menarik selimut lebih jauh bahkan sampai menutup separuh wajah. Beberapa saat kemudian ia kembali menelan ludah tapi kerongkongannya justru jadi semakin panas dan kering.
Ketika Yeonjun bangkit dari ranjangnya, Soobin juga ikut bangkit dengan tergesa dan kaku. Dahi Yeonjun berkerut dalam dan Soobin tampaknya tidak terlalu peduli, malah perlahan melebarkan senyum yang lagi-lagi membuat Yeonjun merasa ngeri
"Kau mau kemana?"
Yeonjun menunjuk pintu kecil di sudut "Kamar mandi."
"Aa? Ah! Kamar mandi. Ya ya, pergilah ke kamar mandi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nap Of A Star
FanfictionYeonjun itu berbeda. Unik dengan caranya sendiri. Indah tetapi tidak disadari. Sayangnya, dia rapuh, rusak, nyaris hancur. Kalau Soobin lengah sedikit saja, Yeonjun mungkin akan tinggal kepingan memori yang menyakitkan. [On Going] Soobjun/Binjun Cho...