8. Seseorang yang Dapat Membantu

1.1K 144 37
                                    

Soobin memandang pintu besar dihadapannya dengan sangsi. Sedetik tangannya terangkat hendak memencet bel, lalu detik berikutnya ia kehilangan keinginannya dan berpikir untuk berbalik pergi. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, dia tidak mau pulang dengan tangan kosong.

Pintu terbuka setelah ia berhasil memencet bel. Seorang wanita paru baya berdiri di sana, lalu membungkuk memberi hormat, "Selamat sore, tuan muda. Ada yang bisa saya bantu?"

Soobin hendak menjawab tapi gugup membuatnya tidak bisa menyelesaikan kalimat yang seolah tersangkut di pangkal lidah, "A-aku..." Dirinya sendiri penasaran, untuk alasan apa dia merasa gugup seperti ini?

"Tuan muda Taehyung tidak ada di rumah sejak lima hari yang lalu." Pelayan itu menjawab sebelum Soobin bisa bertanya. Sebelum itu, Soobin menyadari tatapan menelisik wanita itu pada dirinya. Mungkin ketika ia melihat seragam sekolah yang sama dengan milik Taehyung, ia mengira Soobin datang untuk mencarinya.

Namun kenapa bibi itu tidak menebak kalau Soobin adalah teman Yeonjun? Apa wajah Soobin terlihat lebih tua dari tuan muda keduanya?

"Bukan, aku bukan mencarinya."

Mimik wajah wanita itu sedikit terkejut. "Oh! maafkan saya. Jadi anda mencari tuan muda Yeonjun?"

Soobin mengangguk, "Sudah beberapa hari ini Yeonjun tidak masuk sekolah. Apa telah terjadi sesuatu padanya?"

"Itu..." wanita itu tampak ragu-ragu saat hendak menjawab. "Tuan muda sedang di rumah sakit."

"Rumah sakit? Dia sakit?"

.

.

.

Yeonjun sedang menenggelamkan wajahnya ketika suara seseorang memecah hening dan membuatnya mendongak ke arah pintu.

"Halo, apa kau akan beristirahat?"

Sudut bibirnya sedikit terangkat, diam-diam menyimpan perasaan lega mendapati seorang bocah bermata besar mengintip di sela pintu.

"Tidak. Kemarilah, aku sedikit kesepian."

Taehyun masuk dengan senyum mengembang dan langkah lebar. Hari ini dia tampak jauh lebih hidup dari kemarin-kemarin. Sepertinya Taehyun senang semenjak Yeonjun berada di sini. Bocah itu sengaja berjalan memutari ranjang Yeonjun menuju jendela, lalu menarik gorden hingga cahanya matahari menembus masuk. Kamar ini terlalu suram katanya, dia mulai bicara panjang tentang cahaya matahari yang baik untuk kesehatan juga untuk pertumbuhan tanaman yang memenuhi taman rumah sakit dan pembicaraannya tidak pernah tidak merambat kemana-mana. Yeonjun tidak terlalu ambil pusing, lagipula dia juga tidak begitu menyimak ucapan anak itu.

"Orang yang semalam itu tidak datang kan hari ini?" Taehyun duduk di pinggir ranjang setelah mencuri setangkai bunga tulip segar dari vas di atas meja. Dia ingat seorang suster membawakannya kemarin sore dengan secarik kertas yang bertuliskan Cepat sembuh anakku, terselip di kertas pembungkus. Kertas itu lalu dilempar ke tempat sampah oleh Yeonjun.

Yeonjun bilang ia tidak yakin kalau kata-kata itu ditulis oleh ayahnya sendiri. Meskipun begitu Taehyun menemukan Yeonjun sama sekali tidak menolak bunga itu, dia kelihatan menyukainya.

"Entahlah, mau dia datang atau tidak, aku tidak peduli.

"Ada baiknya jika dia tidak datang. Sejujurnya aku sedikit tidak menyukainya. Tampan sih tampan, tapi cara bicaranya sangat tidak enak didengar."

Yeonjun terkekeh ringan mendengar penuturan polos Taehyun. Ia semakin menarik kakinya yang menekuk ke dalam rengkuhan sepasang lengannya yang kurus. "Dia sudah memberimu es krim gratis dan kau masih bisa membicarakannya di belakang? Bocah tidak tahu malu."

Nap Of A StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang