Jika sebuah rumor adalah titik api yang menyala di tengah-tengah hutan kering, maka mulut-mulut kecil yang tak henti membicarakannya adalah angin yang membesarkan api, dan makin besar bak disiram minyak saat yang bermulut licin ambil bagian.
Dalam waktu kurang dari sehari, tidak ada yang tidak tahu tentang masalah Soobin di sekolah. Reputasinya dengan segera runtuh menjadi puing-puing di atas tanah, orang-orang lantas menginjak-injaknya lagi menjadi lumpur di bawa kaki. Segala kesan baik yang pernah ditinggalkannya dianggap hanya sekadar topeng warna-warni untuk menutupi kejahatan di masa lalu. Ada larangan yang otomatis terbentuk oleh mereka yaitu larangan untuk terlibat dengan Soobin. Bahkan untuk beberapa yang masih memiliki hati, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Meski tahu mengucilkan seseorang yang sedang berjuang bangkit dari kesalahan di masa lalu adalah salah, tapi mereka tetap tidak akan berani mengorbankan diri untuk menjadi pahlawan. Usaha terbaik mereka hanya mampu menutup mulut dan berpura-pura tidak lihat. Dengan begitu setidaknya hati mereka yang baik masih bisa dijaga kesuciannya.
Tidak ada seorangpun yang akan tahan diperlakukan layaknya daging busuk di tengah keramaian. Bahkan untuk Soobin yang terus berusaha tegar dan membuat dirinya sendiri percaya bahwa itu adalah hukumannya, sewaktu-waktu dia masih tetap merasa sedih dan begitu sakit hati. Apalagi belakangan rundungan yang dia terima bukan lagi hanya dalam bentuk kata-kata. Orang-orang tampaknya mulai merasa geram melihat Soobin masih punya keberanian untuk melangkahkan kaki memasuki gerbang sekolah dan dengan sombong mengangkat wajahnya ketika berjalan di sepanjang koridor, seolah masa lalunya yang memalukan telah hanyut bersama air bah, dan suara manusia-manusia yang mencibirnya adalah cicitan tikus got di dalam gang. Mereka merasa serangga kecil yang menjijikan ini benar-benar mengganggu dan mereka rupanya tidak pernah menyadari keberhasilan mereka yang sebenarnya dalam menghancurkan hidup seseorang. Mereka tidak pernah tahu bahwa keberanian Soobin dan ketidakpeduliannya yang tampak kokoh itu hanya stok sisa yang dia miliki, itu bahkan telah kurang dari setengah. Soobin mungkin tinggal menunggu waktu untuk runtuh jika Yeonjun tidak bersama dengannya sekarang.
Kemudian Soobin mulai menerima kekerasan fisik. Ketika itu terjadi, Yeonjun tidak pernah tidak ada di sisinya. Dia akan selalu ada di sana untuk memukul orang satu per satu. Yang amatiran tentu akan kalah dari yang punya puluhan pengalaman dalam perkelahian. Sepuluh lawan dua, jika Yeonjun ada di sisinya, Soobin benar-benar merasa tidak perlu mengkhawatirkan apapun.
Dua orang malang ini kemudian menerima gelar kehormatan sebagai duo sampah yang yang dikucilkan seisi sekolah. Satu adalah Choi yang aneh, yang tidak pernah suka bergaul dan selalu salah sangka pada orang, mudah mengajak siapapun untuk berkelahi dan selalu terjebak dalam masalah. Catatan pelanggarannya mungkin telah memenuhi satu buku dan akan terus bertambah. Sedang Choi lainnya adalah anak pindahan yang kabur setelah ketahuan mencuri posisi, pecundang rendahan yang masih punya wajah walau seisi sekolah terang-terangan meludahinya di depan umum. Perpaduan keduanya tampak anomali tapi juga disebut serasi, semua orang mendukung mereka dengan hinaan yang tak pernah ada habisnya.
Namun kedua orang keras kepala ini sudah berusaha lama menjadikan diri sendiri sebagai batu. Mereka sudah mengeras dan kokoh, membuat orang-orang yang mencoba mengunyah mereka meremukan giginya sendiri. Benar-benar seperti bicara pada bongkahan batu, sekeras apapun memaki, sekuat apapun memukul, penderitaannya justru berbalik arah. Pada akhirnya api yang berkobar mulai padam, walau suhu panas masih berputar dan asap mengepul di udara, setidaknya situasi kritisnya sudah dilewati.
Soobin dan Yeonjun berhasil menghadapi kejamnya dunia saat mereka bersama-sama. Senyum di wajah Soobin mulai pulih kembali dan secara bertahap kelegaan kecil datang dari hari ke hari. Sedikit demi sedikit semuanya akan normal kembali. Melihat keadaan yang cukup baik dan wajah Soobin setiap hari, Yeonjun akhirnya merangkai kata-kata Soobin tempo hari, menempelnya di dalam kepala untuk selalu diingat. Soobin bilang dia percaya mereka bisa menghadapi dunia jika bersama, dan Yeonjun dengan penyakit pesimis kronisnya mulai mempercayainya juga sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nap Of A Star
FanfictionYeonjun itu berbeda. Unik dengan caranya sendiri. Indah tetapi tidak disadari. Sayangnya, dia rapuh, rusak, nyaris hancur. Kalau Soobin lengah sedikit saja, Yeonjun mungkin akan tinggal kepingan memori yang menyakitkan. [On Going] Soobjun/Binjun Cho...