Pagi itu, setelah suara bel masuk kelas berbunyi nyaring di sepanjang koridor, Soobin kembali tidak mendapati keberadaan Yeonjun di tempatnya. Kali ini benar-benar tidak meninggalkan tanda-tanda. Tidak ada yang tahu kemana bocah itu menghilang atau alasan tentang absennya hari ini. Aneh sekali, padahal kemarin sore sampai pukul sembilan malam dirinya dan Yeonjun masih bersama, dan Soobin yakin sembilan puluh lima persen kalau demam anak itu sudah enyah. Lima persen sisanya itu untuk kemungkinan buruk, siapa tahu anak itu kambuh, atau masih ada sisa pusing, atau keluhan lain khas orang sakit.
Beomgyu entah kenapa hari ini rada sensitif. Apalagi ketika Soobin bertanya perihal Yeonjun. Beomgyu cepat-cepat membalas dengan nada judes, Tidak tahu, memang aku ibunya? Tanya saja pada Taehyung Sunbae kata Beomgyu dan dia setelahnya menyibukkan diri pada setumpuk buku paket yang ia bawa. Sepenuhnya abai pada eksistensi Soobin di sebelahnya.
Soobin membenarkan ucapan Beomgyu. Setelah bergelung dengan rumus matematika selama kurang dari dua jam, melawan rasa ngantuk dan tidak sabar, Soobin lantas melengos tanpa pamit sebelum guru sejarah sampai di kelas. Tujuannya adalah kelas Taehyung, ia ingin bertanya tentang Yeonjun, kasihan anak itu kalau harus di beri alpa pada daftar hadir. Seharusnya itu adalah tugas pengurus kelas tetapi sepertinya satupun tidak ada yang peduli.
Beruntung ketika dirinya sampai masih belum ada guru yang mengajar di kelas Taehyung. Ia membuka pintu secara perlahan, melongok di sela pintu lalu seketika hening melanda. Soobin membeku, seisi kelas menegang untuk beberapa detik dan mendesah keras kemudian, beberapa orang menyorakinya.
"Sialan! Ku kira kau si Bapak Botak." Taehyung datang menghampiri sambil tertawa lepas. Soobin baru menyadari situasi lantas menggaruk canggung tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
"Aku datang untuk bertanya tentang Yeonjun, hyung. Kenapa hari ini dia tidak sekolah?"
Bola mata seniornya itu membulat, kedua alisnya terangkat tinggi sekali. "Yeonjun tidak sekolah?" Taehyung balik bertanya, dibalas Soobin dengan anggukan.
Taehyung melipat dua tangan di depan dada, maniknya bergerak ke kanan, "Tadi pagi dia memakai seragamnya, kok."
"Loh, jadi dia membolos?"
"Sudah coba dihubungi?"
"Sudah berkali-kali tapi tidak ada yang diangkat."
"Yeonjun itu jarang sekali melihat ponselnya dan ponselnya memang selalu dalam di silent."
"Jangan khawatir, paling anak itu sedang main game. Biasanya dia makan siang di mini market dekat perpustakaan kecil bergaya klasik, kau pasti tahu tempatnya. Setelah itu baca komik, pergi nonton dan terakhir nongkrong di halte dekat rumah sakit atau malah di dalam rumah sakitnya."
Soobin mendengarkan dengan seksama, dalam hati mengulang nama-nama tempat yang Taehyung sebutkan, mencoba mengingat bagaimana rupa-rupa tempat tersebut. Semuanya tempat yang saling berdekatan dan hampir seluruhnya sudah pernah ia kunjungi atau sekadar lewati. Tapi yang jadi pertanyaan, kenapa rumah sakit juga termasuk destinasi Yeonjun? Apa yang seru dan membuatnya menarik untuk dikunjungi?
Benar-benar orang yang aneh
"Cari saja, pasti ketemu. Rute perjalanannya hanya itu-itu saja, kok. Yeonjun itu buta arah, jadi dia takut kalau pergi ketempat baru."
Soobin meng'iyakan, lantas bergegas menuju kelas setelah berterima kasih dan mengucap salam. Kalau begini ceritanya, nasib Yeonjun pada buku daftar hadir sudah benar-benar tidak bisa ditolong lagi. Tidak mungkin Soobin mengarang cerita untuk membantu orang yang saat ini mungkin sedang tertawa bebas di luar sana. Astaga, kenapa Yeonjun bisa jadi sebengal ini? Memikirkannya membuat Soobin gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nap Of A Star
FanfictionYeonjun itu berbeda. Unik dengan caranya sendiri. Indah tetapi tidak disadari. Sayangnya, dia rapuh, rusak, nyaris hancur. Kalau Soobin lengah sedikit saja, Yeonjun mungkin akan tinggal kepingan memori yang menyakitkan. [On Going] Soobjun/Binjun Cho...