Taehyung menderap hati-hati pada pijakan-pijakan akhir di anak tangga. Mengintip ke arah datangnya cahaya yang terang-menderang. Ada siluet hitam di sana, berdiri tak bergerak cukup lama. Taehyung tau, dugaannya mengenai pencuri dalam rumah sudah pasti salah. Penjagaan di kompleks rumahnya ketat sekali, omong-omong. Dan tidak ada pencuri yang hanya mematung bahkan untuk bermenit-menit lamanya di dalam dapur orang.
Ketika langkahnya sampai, ia mendapati Yeonjun sedang tercenung, pecahan gelas di sekitar kakinya dan dia bertelanjang kaki.
"Sedang apa?"
Yeonjun menjengit kaget mendengar suara Taehyung yang tiba-tiba mengintrupsi. Bergerak dengan ceroboh sampai kaki kanannya tak sengaja menginjak pecahan kecil gelas yang beberapa saat lalu ia jatuhkan. Taehyung sendiri sempat hampir menjerit menyaksikan itu, lantas dengan sigap meraih lengan atas adiknya, tanpa sadar meremat terlalu kuat hingga Yeonjun mangaduh pelan. Pikirannya kini kadung kacau. Sesaat lupa pada berbagai hal, termasuk rengekan Yeonjun serta jalannya yang rada pincang. Yang terpenting sekarang bagaimana dia dapat menjauhkan Yeonjun dari benda-benda tajam yang berserakan itu.
"Sedang apa malam-malam di sini? Kau yang memecahkan gelas?" Tanya Taehyung sembari mendudukan adiknya pada kursi terdekat, lantas memastikan luka pada telapak kaki Yeonjun. Bernapas lega kemudian mana kala hanya luka kecil di sudut tumit yang ia dapati. Meskipun begitu, ia tak serta-merta dapat tenang melihat darah yang keluar tidak bisa dikatakan sedikit. Ia lekas meraih kotak tisu di atas meja makan, menarik isinya sebanyak yang ia bisa, lalu digunakan sebagai penyeka darah yang membuatnya sedikit ngeri.
Taehyung jelas khawatir, gerak tangannya begitu terburu dan agak ceroboh. Yeonjun sendiri tak banyak bertingkah. Ia membiarkan Taehyung berurusan dengan lukanya dan ia hanya perlu tenang sampai Taehyung selesai.
"Kau haus?" Taehyung bertanya pada Yeonjun yang bergeming. Taehyung pikir, mungkin Yeonjun menjatuhkan gelas ketika ia hendak mengambil minum.
"Tidak."
"Ini hanya luka kecil." Imbuh Yeonjun, merunduk sedikit untuk mengintip luka pada kakinya yang tampak sudah berhenti mengalirkan darah, "Sama sekali tidak sakit." Itu terdengar seperti omong kosong, tetapi raut wajahnya tak berkata bohong.
Dengusan dongkol Taehyung loloskan. Entahlah, ia hanya merasa kekhawatirannya tidak dihargai. Maka tak salah pula kalau ia merasa kesal. Wajahnya sengaja dibuat jengkel walau terselip khawatir yang cukup nyata.
"Seharusnya kau bisa lebih berhati-hati Yeonjun."
"Aku sengaja melakukannya."
Taehyung termenung beberapa saat. Manik matanya terpusat pada sepasang manik lain, berbeda warna namun terbentuk dalam bingkai yang nyaris sama. Dengung mesin pendingin ruangan terdengar mengisi sunyi diantara mereka. Detik-detik yang terbuang terasa jauh lebih lama dan keduanya memilih bungkam.
Sejak dulu, Yeonjun tak pernah suka ketika ia ditatap dengan sebegitu intens. Benci ketika orang-orang mulai menilai dirinya dari sebuah pandangan atau mencari-cari yang tersembunyi di balik matanya yang perlu ia akui terkadang tidak bisa diajak kompromi.
"Rumah ini sepi sekali,ya." Hening yang panjang ia akhiri. Yeonjun mengalihkan pandangan ke arah lain guna menghindari tatapan Taehyung yang terasa seperti akan melubangi matanya.
"Apa maksudmu?"
Bahu Yeonjun mengedik pelan, "Ya, rumah ini sepi." Jawabnya masih berusaha menghindar dari tatapan Taehyung, "Seperti tidak berpenghuni. Pernah tidak kau berpikir kalau rumah ini terlalu besar untuk kita tinggali? Ayah dan ibu bahkan jarang sekali ada di rumah."
"Bukan itu, Yeonjun." Sergah Taehyung cepat, "Apa maksudmu dengan sengaja melakukannya?" Tatapan matanya jauh lebih menuntut.
Hembus napas berat terdengar, Yeonjun menyerah untuk menghindar. Lantas berujar takut-takut dengan suara lirih, "Kau yang mengambilnya, kan? Silet di kamarku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nap Of A Star
FanfictionYeonjun itu berbeda. Unik dengan caranya sendiri. Indah tetapi tidak disadari. Sayangnya, dia rapuh, rusak, nyaris hancur. Kalau Soobin lengah sedikit saja, Yeonjun mungkin akan tinggal kepingan memori yang menyakitkan. [On Going] Soobjun/Binjun Cho...