9. Dia Sudah Lama Mati

921 112 37
                                    

Pada akhirnya Yeonjun tahu ia memang harus pergi sendiri kali ini. Tidak ada Pak Hong, si pelayan baik hati yang sudah lama melajang hanya demi mengurus anak tuannya melebihi dari mengurus dirinya sendiri. Kali ini meskipun ingin, Yeonjun tidak akan menyeret pria malang itu dalam masalahnya. Acara kaburnya ini sudah cukup membuat pelayan setianya itu mengalami tekanan nanti. Kalau ia membawanya ke Jepang bersamanya, pria itu tanpa diminta pasti akan mengorbankan apapun yang ia miliki termasuk nyawanya sendiri, dan jika ayahnya tahu pria itu telah melancarkan aksi pemberontakan anaknya, sudah dapat dipastikan hari esok untuk Pak Hong ada di dalam tanah. Pada siapa nanti Yeonjun akan meminta tolong? Ia tidak ingin kehilangan orang kepercayaan lagi.

Soobin juga. Sewaktu ia mengirim pesan malam itu, Yeonjun seolah tersengat listrik tegangan tinggi, nyaris membenturkan kepalanya sendiri ke dinding karena merasa bodoh luar biasa. Meminta Soobin ikut dengannya ke Jepang? Bahkan dengan kata memohon? Seketika itu Yeonjun ingin menggali tanah dan masuk ke dalam.

Yeonjun tahu permintaannya malam itu sangat keterlaluan. Siapa yang katanya tidak ingin melibatkan siapapun? Ia ingin menyelamatkan pelayan setia Hong, tetapi malah menarik sahabat kecilnya masuk ke dalam peti untuk dikubur bersama. Yeonjun tak pernah berhenti mengutuk diri sendiri malam itu.

Syukurnya Soobin masih waras dan menolak halus dengan beberapa alasan yang sebenarnya tidak perlu dijelaskan secara sepanjang, demi Tuhan Soobin mengirim pesan dengan beratus-ratus kata malam itu karena Yeonjun sengaja tidak menjawab panggilannya. Alih-alih kecewa, Yeonjun menghela napas lega dan bisa tidur dengan tenang sampai lupa bangun di pagi berikutnya.

Akhirnya Yeonjun duduk di dalam pesawat. Ini bukan pertama kalinya ia berpergian tapi ia tetap tidak bisa mengenyahkan perasaan tegang di hatinya. Sejak ia kecil ketika ia harus pergi sendiri keluar negeri entah untuk suatu acara atau sekadar berlibur, selalu ada setidaknya dua sampai lima orang suruhan ayahnya yang menyertai. Sebenarnya walaupun kali ini ia takut tetapi rasanya masih sedikit lebih baik tanpa pengawasan siapapun, ia bebas dan tidak akan ada yang bisa mengaturnya untuk melakukan ini dan itu, walaupun Yeonjun tahu mungkin setelah beberapa jam ia mendarat di Jepang, keberadaannya akan segera terendus dan seketika itu akan diseret kembali ke Korea. Tidak masalah, lagipula ia hanya ingin memastikan ingatan samar dalam kotak memorinya yang rusak ini.

Dalam perjalanan yang singkat itu Yeonjun mencoba memejamkan mata guna meraih mimpi, tak butuh waktu lama untuknya benar-benar tenggelam dalam bunga tidur. Ia bermimpi seseorang memanggil namanya berulang kali, kadang lembut, kadang penuh tekanan, kadang seperti bisikan yang tipis dan perlahan hilang, kadang juga lengkingan memekakan telinga. Yeonjun tidak tahu hal itu telah berlangsung berapa lama sampai suara yang belakangan sering didengarnya muncul. Yeonjun mengerjap membiasakan cahaya yang masuk ke dalam mata dan melihat orang-orang perlahan meninggalkan kabin pesawat. Ia menggerakan matanya sedikit, melirik sebuah bahu tempat kepalanya bersandar. Sepersekian sekon ia bangkit dengan panik, menyentuh sudut bibirnya sendiri yang untungnya tidak basah. Ia buru-buru meminta maaf sambil membungkuk berulang kali.

Yeonjun merasakan sebuah tangan menahan kepalanya, menghentikannya dari gerakan membungkuknya yang brutal. Yeonjun tanpa sadar meringis lalu terdiam bimbang selama beberapa detik, melirik malu, lalu rahangnya jatuh dan ia sekali lagi ingin bangun dari mimpi.

"Tidak masalah, Yeonjun. Ini aku."

"SOOBIN!?"

Yeonjun masih tidak percaya pada apa yang terjadi, terutama pada eksistensi pemuda dengan tinggi di atas rata-rata yang terus menyunggingkan senyum di sebelahnya. Bahkan setelah mereka meninggalkan bandara, Yeonjun masih beberapa kali menatap kosong pada Soobin, ketika itu terjadi Soobin akan tertawa dan memencet hidung Yeonjun, mengatakan bahwa yang ia lihatlah bukan hantu.

Nap Of A StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang