12. Maukah kau tetap bersamaku?

437 67 96
                                    

Bel masuk kelas berbunyi lantang, menarik kerumunan siswa yang masih berada di luar kelas bergegas masuk. Beberapa tampak lari tegopoh-gopoh dari pintu gerbang, yang kelasnya ada dalam jangkauan berjalan lebih santai, ada yang senyum sumringah sambil menenteng buku-buku paket, bahkan juga yang mengeluh secara terang-terangan tetapi tetap pergi menuju kelas dengan langkah super berat. Ya, tipikal pemandangan yang lumayan umum ditemukan saat pagi hari di sekolah, tidak bisa dikatakan monoton juga, tapi memang selalu terjadi.

Soobin masih bertahan di pintu utama, bersandar pada pilar sambil melipat tangan di depan dada. Menengok ke belakang sebentar, sekadar ingin tahu ada berapa orang yang tersisa di luar ruangan dan mendapati tinggal sekitar lima sampai tujuh orang yang masih berusaha mengejar waktu sampai kelas, lalu ia kembali berbalik menghadap gerbang, menunggu Choi Yeonjun yang terbiasa telat dengan sabar.

Bermenit-menit kemudian sosok Yeonjun muncul, berjalan dengan sangat malas tanpa peduli arah jarum jam yang sudah bergeser jauh melewati angka delapan. Ia menguap lebar sebelum tersadar ada seseorang yang tengah bersandar di teras sambil mengamati segala gerak geriknya. Yeonjun nyaris ingin putar balik tapi ketika berpikir tak ada tempat untuk melarikan diri dan harga dirinya akan jatuh jika melakukannya, ia akhirnya tetap memantapkan langkah walau agak lebih lambat dari sebelumnya.

"Pagi." Sapa Soobin ketika Yeonjun sudah dekat.

Yeonjun berniat mengabaikannya, hanya melirik sekilas lalu melenggang tak acuh. Namun setelah lewat selangkah dari Soobin, tangannya tiba-tiba diraih. Yeonjun terpaksa berhenti lalu segera mengiriminya tatapan malas.

"Jangan masuk." Ucap Soobin, raut wajahnya agak ganjil pagi ini. "Hari ini temani aku, ya?"

Yeonjun bukan tipe orang yang peka tetapi ia dengan cepat merasa ada yang tidak beres dari penampilan Soobin. "Ada apa?"

Tak ada jawaban. Soobin tampak menimang-nimang sesaat, memiringkan kepala untuk mengintip ke koridor panjang di belakang Yeonjun. Sudah sepi, semua orang berada dalam kelas sekarang dan pelajaran sudah lama di mulai.

Tak lama kemudian Soobin berkata. "Kita sudah terlambat, pergi ke kelas hanya akan dapat masalah, lebih baik sekalian saja bolos hari ini."

Nada bicara Soobin tidak seperti biasanya membuat Yeonjun agak tertegun. Kali ini suaranya tak begitu lugas, tak ada binar di matanya yang agak malas, jelasnya hari ini Soobin tidak punya semangat. Well, perbedaan ini, walau kecil dan mungkin sengaja ditutupi, Yeonjun masih bisa merasakannya dengan jelas. Mungkin karena belakangan sering terlibat bersama jadi apapun itu dari Soobin sudah dia hafal di luar kepala sehingga perbedaan kecil membuatnya sangat mencolok.

Melihat Soobin hari ini rasanya seperti sedang berkaca. Biasanya Yeonjun yang sering terjebak dalam mood yang buruk di pagi hari. Kali ini ketika melihat Soobin, Yeonjun benar-benar merasa tidak biasa.

Tak segera menerima jawaban, Soobin mengira Yeonjun akan menolak mentah-mentah ajakannya. Karena dia tak berniat memaksa Yeonjun untuk menurut, jadi dia tidak berusaha lagi. Perlahan genggaman tangannya mengendur dan dengan berat hati dilepas, memberikan kesempatan pada Yeonjun untuk pergi.

"Tidak apa kalau kau tidak mau, Yeonjun. Masuklah." Soobin mengulas senyum tipis, jelas sekali dibuat dengan paksa. Ia menunggu sebentar, ingin melihat Yeonjun masuk sebelum pergi. Tetapi kemudian Yeonjun masih tetap berdiri ditempatnya berpijak sambil mengerjap-ngerjap.

Tiba-tiba komite kedisiplinan muncul dari ujung koridor dan berteriak pada keduanya. Yeonjun sudah menduga hal itu akan terjadi, hanya menghela napas pelan sedangkan Soobin sempat mengeluarkan suara 'ups' sebelum menyeret Yeonjun lari melewati gerbang sekolah.

Ini adalah adegan kesekian kali mereka melarikan diri bersama-sama.

Sambil terus memacu melangkah menjauh dari sekolah, Yeonjun diam-diam mengamati punggung Soobin di depan, agak merasa bersalah karena lagi-lagi Soobin terjebak bersamanya.

Nap Of A StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang