"Masih belum, ya?"
Yeonjun tak serta merta menjawab. Hanya sesekali mencuri pandang pada Soobin yang agaknya frustasi. Soobin sudah menceritakan garis besar mengenai masa kecil keduanya, tentang hal-hal yang dirasa penting dan melekat sekali diingatan, tetapi nyatanya Yeonjun benar-benar kosong. Tidak ada bayangan tentang masa lalu mereka. Kata Yeonjun, yang ia ingat tidak ada orang yang bernama Soobin semasa ia kanak-kanak.
Atau mungkin Yeonjun yang ada dalam ingatannya bukan Yeonjun yang berdiri di depannya kini? Aneh sekali kalau Yeonjun melupakannya begitu saja, padahal dialah orang yang menangis paling keras ketika mereka akan berpisah. Selain itu, sewaktu kecil, mereka selalu menempel seperti perangko. Kemana-mana selalu berdua. Jadi tidak seharusnya Yeonjun melupakan dirinya begitu saja.
Tidak mungkin juga hanya sebuah kebetulan bahwa Yeonjun yang satu ini juga punya kakak bernama Kim Taehyung -si anak lelaki aneh yang terkenal suka buat onar-. Dulu, seingat Soobin ketika Kim Taehyung masih bocah sekolah dasar ingusan, dia suka sekali menantang anak SMP berkelahi karena menggodainya. Bocah lelaki yang suka teriak-teriak ketika mencari adiknya di lapangan, disuruh pulang untuk mandi lalu makan malam. Ini tidak mungkin hanya kebetulan sama. Jelas Choi Yeonjun yang satu ini memang Choi Yeonjun teman kecilnya yang cengeng.
"Apa lagi yang harus aku katakan? Apa kau pernah terbentur sampai ingatanmu hilang?"
"Kau ini bicara apa, sih?" Dahi Yeonjun mengerut tak suka. Kenapa Soobin ini kesannya memaksa sekali.
Soobin sudah tidak memedulikan tatanan rambutnya yang kini hancur lebur. Harus bagaimana lagi dia menjelaskan? Terasa sia-sia bicara panjang lebar pada orang yang bahkan hanya menatapnya aneh, seolah Soobin baru saja mengarang cerita konyol yang seharusnya ia ceritakan pada anak TK, bukannya pada siswa SMA penyandang gelar prestasi pula.
"Oh ayolah, Eonjun-ie Hyung, ini aku Soobin, kau suka sekali memanggilku Ubin-ie dulu."
"Ubin-ie?"
Mata yang sebelumnya penuh tanya dan keraguan kini balik menilik dengan tepat. Menarik Soobin hidup-hidup dalam pusaran matanya yang menyorot tajam, mencari kepastian. Soobin seperti melihat satu sisi lain seorang Choi Yeonjun. Sisi yang tersembunyi yang muncul manakala perangai sok tenangnya sudah tak berfungsi lagi.
Lantas ketika Yeonjun mendorong tubuhnya hingga membentur dinding koridor, ia sadar Yeonjun marah. Tidak ada yang ia lakukan selain diam, menanti apa yang akan Yeonjun lakukan selanjutnya. Dan sungguh, detik demi detik yang terbuang bahkan terasa jauh lebih lama. Wajah Yeonjun tertimpa sinar matahari sore, dan tau-tau jarak sudah banyak terkikis.
'Sreethh'
Soobin sontak memejam ketika tangan Yeonjun terangkat. Ia kira satu bogem mentah atau tamparan akan ia terima. Saat matanya kembali membuka karena tidak ada gelenyar sakit yang kunjung terasa, bagian leher kemejanya sudah tersibak ke samping. Bahu putihnya terpampang jelas dan ketika tau Yeonjun tak melepas perhatiannya dari sana barang sejenak, malah kian menilik dan mempertipis udara di antara keduanya, wajah Soobin terasa memanas. Terakhir Soobin sadar, Yeonjun sedang memastikan sesuatu lewat kemejanya yang disibak.
"Ka-kau pernah bilang, tanda lahirku seperti tahi ayam."
Yeonjun mendongak lantas mendengung setuju. Kemudian kembali pada posisinya semula dan Soobin bernapas dengan lega.
"Brengsek! Sialan kau!"
"Hyung..." Soobin tertegun melihat Yeonjun mulai menangis di depannya. Jelas ada kekecewaan dari binar matanya yang meredup, dan Soobin sama sekali tidak punya ide bahkan untuk sekadar menggerakan mulutnya.
"Kenapa baru sekarang?" Yeonjun menutup mata menggunakan lengan kirinya, sedangkan satunya lagi memukul bahu Soobin berulang kali, meluapkan rasa kecewanya yang tak terbendung lagi. Sudah bertahun-tahun ia menyimpannya seorang diri, kini pelampiasannya sudah ada di depan mata dan ia tak mau menahan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nap Of A Star
FanfictionYeonjun itu berbeda. Unik dengan caranya sendiri. Indah tetapi tidak disadari. Sayangnya, dia rapuh, rusak, nyaris hancur. Kalau Soobin lengah sedikit saja, Yeonjun mungkin akan tinggal kepingan memori yang menyakitkan. [On Going] Soobjun/Binjun Cho...