Takdir Yang Maha Esa

19 3 9
                                    

💞💞💞

" Agama mu apa ?"

" Aku Kristen"

"Mitha bangun ndok sudah pagi," panggil ibu dari lantai bawah.

Padahal mitha sudah bangun sedari tadi. Kini Mitha tengah memandangi dirinya yang cantik sedikit mengoleskan bedak diwajahnya, kemudian dilanjutkan penggunaan lipbam.

Ia sama sekali tak mempedulikan ibunya yang sedari tadi memanggil dirinya.

"Krek," kamar Mitha terbuka
Ibu Mitha berjalan mengahampiri buah hatinya yang jelita, sembari menyisir rambut buah hatinya yang lurus

"Kamu cantik nak bahkan melebihi ibu," puji dia

"Terimakasih bu, Aku sayang ibu" dalam hati Mitha

Dia hanya tertunduk diam sekali melihat cermin untuk melihat wajah ibunya yang mulai pudar karena termakan usia namun tetap cantik.

"Ndok sana ayok makan dulu bapak udah nungguin tuh, katanya juga mau nganterin kamu loh,"kata Ibu membujuk Mitha

"Hmm iya buk," dan mulai berdiri  dan membereskan peralatan makuup ke tempat semula.

Ibu Mitha keluar terlebih dahulu.
Disusul Mitha dibelakangnya yang sudah mengenakan kebaya hijau toska miliknya dengan rambut panjang terurai membuat dirinya semakin memesona. Berjalan dengan hati-hati ketika menuruni tangga.

"Ah paling cuma sekali ayah mau mengantarku, itupun mungkin karena terpaksa, mana mungkin ibu tega membiarkan aku naik motor sendirian mengenakan baju kebaya, tentu itu akan membahayakan diriku," mikir Mitha.

Ia selalu saja membandingkan ibu dengan ayahnya. Ia heran kenapa ayahnya sama sekali tak mempedulikannya, tak pernah pula menanyakan keadaan Mitha. Rasanya sama sekali tak peduli yang dipedulikannya hanya sekolah, sekolah , dan sekolah lagi.

Rasanya ia sangat bosan dengan keadaan sekarang. Ia pengen keluar dari zona nyamannya, pergi jauh ketempat dirinya bisa tertawa lepas.

Tempat dimana tak ada siapapun yang melarang dirinya untuk berteriak sekencang-kencangnya. Lagi lagi tempat dia bersama Febi di waktu dulu.

Kenangan Febi kembali memeluk Mitha,dan sangat susah untuk dilepaskannya. Hidup di dua alam yang berbeda, mana mungkin dapat kembali bersama.

"Rasaku masih sama padamu, walau kini kita jauh. Tapi tenang yah aku masih mencintaimu Cllisfo Shane Febian . Berdoa pada Tuhan adalah jalan satu-datunya untuk kita" batik Mitha yang mulai tersiksa

💞💞💞

Akhirnya sampai juga di sekolah Mitha turun dari mobil Jeep.
Ia berpamitan dengan ayahnya, seperti kebanyakan ayah pada umumnya selalu basa-basi yang mungkin sudah terlalu basi terkesan bersahabat dengan sang anak nyatanya, ah sudahlah. Mitha hanya tersenyum tipis lalu memperlihatkan wajah datarnya sebelum berpaling dari sang ayah.

Tak lama kemudian  Mitha bepapasan dengan Jere . Bahkan ia menatapnya dengan senyuman yang lebih lebar sebelum ia kembali tertunduk disusul juga Jere yang ikut menundukkan kepalanya dan sedikit mempercepat langkahnya. Tak ada kata terucap seperti ketika bertemu di hari lalu, bahkan berasa ada yang aneh pada Jere.

"Kenapa ia tak lagi menyapa? Apa aku salah?" Pikir Mitha

Mitha pun sempat memelankan langkahnya dan menengoknya, berharap ada respon alami yang seketika terlintas di kepalanya. Mitha mengharapkan Jere memalingkan wajahnya, Tersenyum lalu pergi. Hanya itu yang Mitha harapkan sekarang.

Jangankan untuk menengok kebelakang sementar dia semakin menjauh  dan seakan ia menghindar.

Mitha pun menyudahi overthinkingnya dan kembali berjalan menuju kelas dengan sedikit rasa kecewa.

KAU HARUS MENCINTAIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang