Sehun memasuki ruang rawat yang di bangkar terdapat orang tersayangnya siapa lagi jika bukan Sejeong yang masih memejamkan matanya, rasa sesak sungguh menghantui hatinya bersamaan dengan rasa bersalah.Sungguh dirinya tidak becus menjaga Sejeong dan babynya. Sudah 30 menit lalu Sejeong dipindahkan diruang rawat syukur keadaanya masih bisa diselamatkan, untung johnny datang tepat waktu jika tidak mungkin sekarang dirinya sudah kehilangan calon anaknya. Ditariknya kursi itu mendekat di tepi bankar, tangannya terulur untuk menggenggam tangan mungil Sejeong yang terdapat selang infus itu, ditariknya pelan serta dibumbui usapan-usapan halus,
"Maafkan aku hingga kamu jadi seperti ini Sejeong" gumamnya sambil mengecup lama punggung tangan itu. Air mata nya tiba-tiba menetes mengalir jatuh hingga mengenai tangan Sejeong.
Tanpa sadar Sejeong sedikit mengernyipkan matanya, Sehun masih asik mengecup punggung tangan itu, mata Sejeong mencoba menyesuaikan cahaya diruangan putih ini, bau obat-obatan menyeruak sampai ke indra penciumannya, diliriknya mata itu pelan
"Se hun" ucapnya sangat pelan bahkan panggilaan itu tidak terlalu ketara, tapi Sehun mampu mendengar itu matanya beralih menatap Sejeong rasa bahagia langsung menyurat di hatinya senyum lebar itu terpatri di bibirnya."Syukurlah kau sudah bangun" ucap Sehun bahagia, hingga dia mengecupi lagi dan lagi punggung tangan Sejeong
"Hem" seraknya, Sehun yang khawatir dengan itu langsung mencari air bening untuk diminumkannya kepada Sejeong,
"Ayo minum terlebih dahulu" Sehun membantu Sejeong untuk meminum itu, sedikit reda dan Sejeong langsung mengamati kembali ruangan ini bahkan sampai ke tangannya yang ada selang menancap itu, langsung memorinya melayang kejadian yang dialami tadi,"Bayiku" bangunnya tiba-tiba tanganya langsung memegang perut nya apakah masih buncit atau tidak, dihembuskan nafas lega setelah tahu bahwa perutnya masih seperti yang diharapkan, rasa syukur langsung terucap dibatinnya tidak terjadi apa-apa dengan kandungannya
"Makasih Tuhan" gumamnya. Sehun yang memperhatikan tadi ikut tersenyum karena Tuhan masih mengizinkan dirinya untuk menjadi seorang Ayah, tapi ada rasa bersalah yang menyurak dihatinya melihat Sejeong seperti ini
Tanpa waktu lama Sehun mengambil tangan milik Sejeong dan dipegangnya erat"Maafkan aku Sejeong, jika aku tidak membiarkanmu pergi bersama Johnny sendiri, ini semua tidak akan terjadi, jika aku tidak ke agensi dan lebih memilih berangkat bersamamu ini semua tidak akan terjadi, jika kita tidak kerumah sakit ini semua tidak akan terjadi. Semua salahku aku memang tidak becus menjadi seorang pria dan Ayah untuk anak kita, mianhae" Ucapnya bersalah
"Takdir" Sehun langsung menatap Sejeong, menatapnya penuh tanya
"Ini semua takdir Sehun, jika pun aku pergi bersamamu tak memungkinkan jika kecelakaan itu tidak terjadi hanya peran johnny saja digantikan dirimu, jadi jangan salahkan dirimu sendiri, aku pun juga salah disini Ini semua takdir Tuhan, dengan ini kita bisa lebih menjaga baby kita lagi, kita bisa lebih berhati-hati lagi kedepannya" Sejeong mencoba memberi ketenangan dengan ucapanya
"Tapi tetap saja semuanya salahku" ucapnya pelan bahkan Sejeong pun tak mampu mendengar
"tapi aku bersyukur baby kita masih bertahan disini" ucap Sejeong lagi sambil mengelus perutnya untuk mengalihkan rasa bersalah Sehun.
"Aku menyayangi kalian, aku akan menjaga meskipun nyawa taruhannya" jawab Sehun lantang dan mengecup perut Sejeong taklupa kecupan di dahi Sejeong pula
"tidurlah" Sejeong menurut dirinya langsung memejamkan matanya, untuk menormalkan jantungnya yang berdisko itu, untung Sehun tak mendengar itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Somersault (Sehun Sejeong) 💕
FanficPada malam itu semuanya berubah, harta yang paling berharga dimiliki Sejeong hilang dan dengan acuhnya kata putus terlontar dari mulut Sehun. Hingga sebuah fakta harus mau tak mau diterima oleh Sejeong, demi calon malaikat kecilnya Sejong berusaha...