Bab 56

2.3K 423 42
                                    

"aku hanya umpan untuk mengalihkan. Meskipun kau mengalahkanku, bukan berarti kau menang." -Miller

************************

Pekerja yang awalnya terkejut menerima serangan dadakan mulai terbiasa. Begitupula Ran yang berhasil menemukan momentum bertarung. Para penyusup mulai jatuh satu persatu, orang yang mengincar para budak dipaksa mundur dengan keadaan mereka yang terpojok.

Miller mengambil alih komando, sebagai veteran yang telah lama bekerja disana. Ia mengendalikan situasi dengan cukup baik. Kemampuan bertarungnya juga lumayan mengesankan. Ran masih fokus untuk menjaga para budak dan pengasuh di belakangnya.

Namun baru saja mereka mendominasi seseorang tiba-tiba muncul. Pedang panjang berkilat menghunus orang-orang yang menghalangi. Fitur tubuhnya tidak sebesar penyusup sebelumnya, sama seperti Ran ia memakai pakaian serba hitam dan tudung masker untuk menutupi wajah menyisakan kedua mata coklat hazel. Sosok itu bergerak secara tidak terduga, hanya terdengar teriakan sesaat setelah mereka berhadapan dengan sosok itu.

Beralih pada Miller, ia berhadapan dengan sosok itu, satu lawan satu. Meskipun telah menghabisi banyak orang sekaligus, pria bertubuh kekar itu tampak percaya diri melawannya.

"kau...sangat kuat. Apakah kau pengguna kekuatan berkat? apa kau berasal dari serikat dagang Berrium? atau Delmon?"

Miller menyebutkan serikat dagang pesaing Shenling, ia mencoba peruntungan untuk mendapatkan infromasi.

Hening, sosok itu mengabaikan pernyataan yang ditujukan padanya.

"yah, jika kau tidak mau mengatakannya tak masalah. Tapi, aku tidak bisa mengabaikan tindakanmu yang sudah mneyerang tempat transaksi kami, tahu?"

"..rintah."

Suaranya seperti berbisik, namun tajam dan dalam.

"aku hanya menjalankan perintah dari masterku."

Secepat kilat, sosok berpakaian hitam itu melesat maju. Miller tersentak, pria kekar itu memiliki tubuh yang lebih besar dari lawannya, namun dengan mudah terdorong ke belakang.

"hoo...aku penasaran siapa master yang memerintahkanmu."

Dentingan dua bilah pedang saling beradu, Miller bergerak dengan kekuatan penuh. Setiap langkah sampai helaan napas, pria veteran itu berusaha mengenai musuhnya.

Clang clang

Seolah terpana dengan pertarungan di depan mata mereka, orang-orang sejenak terhenti. Dua orang yang saling mendominasi dengan sebilah pedang di tangan. Mereka bahkan memberikan ruang bagi mereka berdua.

Namun sosok itu tidak bergeming, napasnya teratur dan gerakannya sangat rapi. Seolah ia hanya mengukur sejauh mana musuhnya mampu bertahan tanpanya perlu mengerahkan tenaga besar.

Dari awal Miller sudah mengetahui, jika ia bukan lawan yang pantas. Meskipun ia sudah menghabiskan bertahun-tahun hidupnya memegang pedang namun ia masih tidak sebanding dengan orang yang terlahir dengan bakat. Kewajiban profesional dan harga dirinya adalah satu-satunya alasan ia tetap mencoba.

"Hyaaat!!"

Napas pria itu sudah kacau, ayunan pedangnya sudah kehilangan alurnya. Meskipun sedikit lebih lama, ia akan terus melawannya sekuat tenaga.

Hingga sosok itu tampak sudah bosan bermain. Berbeda dengan sebelumnya, pedang panjang dengan kilatan putih di ujungnya menghunus maju dengan mudah. 

Jleb

Dengan susah payah Miller mengelak ujung pedang mengenai area vitalnya. Sosok itu tidak berhenti dan terus menyerang. Kaki, pinggang, lengan, sampai nyaris menyentuh leher. Luka terbuka di banyak bagian tubuhnya, sebelum akhirnya ia jatuh terkapar.

Azure I (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang