Tak seperti biasanya, hari ini aku sangat tergesa-gesa berangkat kesekolah. Pasalnya, aku belum menyelesaikan tugas yang diberikan guru kemarin. Karena insiden tadi malam, membuatku tak bisa mengerjakan tugas dengan baik.
Sesampainya disekolah. Tentu tak banyak siswa yang datang sepagi ini. Kecuali siswa yang nasibnya sama seperti aku ini. Tanpa basa-basi lagi aku terus berjalan cepat menaiki tangga menuju kelasku.
Aku terus saja berjalan tanpa memerdulikan sekitar. Hingga suara berat seseorang yang semalam menjadikan aku pacar paksanya. Menahan tanganku kuat, hingga aku terpaksa membalikkan badan.
"Lo apaan sih? Lepasin gak?" geramku seraya menatap tajam kematanya.
"Lo, ngapain sih pagi-pagi gini. Udah ada disekolah?" tanyanya tanpa melepaskan cengkramannya.
"Bukan urusan lo!" hardikku kesal seraya menepis tangannya kasar.Kemudian aku melenggang pergi meninggalkan Derral seorang diri dikoridor.
Tetapi, dengan cepat Derral merangkul bahuku dan menyeredku paksa untuk balik kanan.
"Lo apaan sih?! Lepasin gak?! Gue, belum ngerjain tugas."
Namun, bukannya menggubris perkataanku. Derral hanya diam dan masih saja menyeredku entah kemana.
"Santai aja kali. Gue tahu kelas lo hari ini jamkos," ungkapnya santai.
Sontak, aku membulatkan mata. "Lo tahu dari mana? Lo cenayang, ya?"
Bukannya menjawab pertanyaanku. Ia malah semakin gentar menyeredku yang sepertinya akan membawaku ke kantin.
Sesampainya dikantin, terlihat suasananya begitu sangat sepi karena mungkin ini masih sangat pagi. Hanya ada beberapa tukang dagang yang sedang memasak ditempatnya.
"Lo ngapain ngajak gue kesini?" tanyaku heran, setelah duduk disalah satu tempat.
"Lo bawel banget si? Lo tinggal diam disini dan ikuti gue," putusnya dengan wajah seperti menahan kesal.
Aku menyerngitkan kening bingung. Aku hendak beranjak pergi namun tangan Derral dengan sigap menahanku.
"Duduk dulu, Nay! Lo buru-buru amat sih. Mau kemana?" Ia menatap mataku lekat.
Akhirnya aku menurut saja, jujur baru kali ini ada seorang lelaki yang menatap lekatku seperti itu.
"Lo, tunggu disini. Jangan kemana-mana!" perintahnya seraya beranjak pergi entah kemana.
Hanya selang beberapa menit, Derral kini tengah berjalan menghampiri meja ini dengan membawa dua mangkuk dan dua gelas teh hanngat diatas nampan.
"Nih, buat lo. Gue tahu lo pasti belum makan," ujarnya seraya menaruh satu mangkuk bubur dihadapanku.
Aku melirik sekilas bubur yang ada didepanku dan memicingkan mata menatap anak itu sinis. Kenapa dia tahu kalau gue belum makan?
"Lo, ngapain liatin gue kayak gitu. Ayo makan keburu dingin," tuturnya sambil mengaduk-ngaduk bubur tanpa melirik kearahku.
Dih, sekarang dia tahu kalau gue liatin dia. Ah, gue yakin pasti dia cenayang Pikirku semakin ngawur.
Akhirnya aku berdehem coba menetralkan perasaan dan membuang ssgala pikiran ngawurku tentangnya.
"Dari mana lo tahu, kalo gue belum makan?" Satu pertanyaan akhirnya berhasil aku loloskan.
Derral mendongak dan melirikku sekilas. "Udahlah, makan aja dulu. Gue udah bayar tenang aja kali."
Aku tercengang, udah dibayar? Ah, enggak-enggak, gue harus nolak takutnya ini dikasih racun, secara ya. Mana mungkin zaman sekarang ada yang gratis? Aku menggeleng-gelengkan kepala kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E R R A Y A
Teen Fiction"Gue, mau lo jadi pacar gue!" "Derral. Lo apaan sih, gila ya?" "Gak ada penolakan, Nay!" Naya menghela nafas jengah. "Ini bukan dunia orange yang se-enaknya lo nge-klaim gue jadi pacar lo! Kabanyakan baca wattpad lu!" "Gue yakin lo ga bakal nolak s...