H-8. Jelaskan!

19 4 0
                                    

Dia baik, beda dari yang kebanyakan. Apalagi denganku, tentu saja beda jauh. Dia siap melindungiku. Semoga perasaanku tak tumbuh untuknya.
~Hanaya~

________________



"Nay, apèl yuk!"

Aku mengerutkan dahi bingung mendengar ucapan Derral dibalik telepon sana.

"Apèl apa? Maksud lo apel kali?"

"Apèl Nay, bukan apel," ralat Derral, menekankan kata apèl.

Aku menggaruk kepala tak gatal, "Apaan sih Ral, lo mau ngajak gue makan apel dipagi buta kayak gini?"

"Eh pagi buta pagi buta, ini udah siang! Coba lo liat jendela. Noh, udah siang," sarkasnya kesal.

"Heh! Kok lo nyolot sih?!" bentakku.

"Elo sih pake jawab masih pagi buta. Ini udah siang, matahari udah terbit."

"Ya elo. Jangan nyolot juga dong!" kataku mulai tersulut emosi.

"Ya udah, lo bangun dong. Kita apèl nanti," balasnya dengan nada sedikit merendah.

"Apèl itu apaan sih? Buah apel kali," kataku bersikeras membenarkan.

"Bukan buah apel, Nay."

"Ya terus apaan sih?! Gak ngerti gue."

Derral terdiam sesaat, "Lo kudet, Nay."

Kudet? Apanya yang kudet coba? Bukan 'kah aku benar?

"Iya Ral, maksud lo. Lo ngajakin gue makan apel 'kan? Lo gila ya? Ini masih pagi banget masa mau makan apel. Lo mau sakit perut?" tanyaku berulang kali.

Pasalnya, ini masih pukul 05:30 dan Derral sudah menelponku yang tengah menyapu lantai kamar kos.

"Dah lah, terserah lo. Nanti gue jemput jam 11."

"Gak bisa, gue harus kerja. Ngapain lo jemput gue?"

"Emang lo kerja berangkat kapan?"

"Sore-an sih," jawabku ragu.

"Ya udah, nanti siang gue jemput lo."

"Mau kemana emang?"

"Ya terserah gue lah."

"Kok, lo nyolot lagi sih?!" geramku, seraya berhenti menyapu lantai.

"Terserah lo ah."

"Gue gak bisa Ral, soalnya ini hari libur. Gue mager kemana-mana, gue mau habisin waktu dikosan," keluhku mulai terdengar dramatis.

"Ya udah gue aja kesana, ke kosan lo," balasnya mendengus.

Aku termenung, kesini? Ah mungkin Derral hanya ingin bertamu.

"Ya udah, terserah lo. Yang penting gue mau mager- mageran dikosan." Aku langsung menutup telepon sepihak kemudian melanjutkan kembali aktivitas bersih-bersihku.

****

Nay, gue udah ada di depan pagar kosan lo.
Keluar!

Itulah, pesan singkat yang Derral sampaikan. Aku yang masih rebahan dan masih memakai piyama ini, langsung bangkit dan membuka pintu.

"Apasih, Ral?" tanyaku malas setelah membuka pintu.

Ia masih berdiam ditempat seraya menatapku dari ujung kaki sampai rambut yang diikat asal.

"Lo, belum mandi?" selidiknya, menunjuk jijik wajahku.

"Nanti aja, pas mau berangkat kerja. Lagian sekarang gak mau kemana-mana," jawabku santai.

D E R R A Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang