Aku berjalan sempoyongan menuju kelas. Tadi malam pekerjaanku lumayan berat hingga harus pulang larut.
Derral yang biasa mengantarku ke kelas hari ini absen dan lebih dulu ngacir entah kemana. Kurasa ini bakal menjadi jam pertama yang amat sangat panjang.
"Nay, lo kenapa tumben lesu amat?" tanya Sely ketika aku sudah sampai ditempat duduk.
"Gue ngantuk, semalam perkerjaan banyak banget. Jadinya, gue pulang larut banget," jawabku seraya menelungkupkan wajah.
"Oh gitu yah," ucap Sely yang aku angguki. "Btw, gimana tentang makan siang kemarin di kantin? Seru 'kan?" sambungnya antusias.
Oh ya ampun. Tak tahu kah temannya kini tengah mengantuk berat? Sempat-sempatnya dia membahas hal yang sudah terlewat kemarin?
Aku tak menanggapi ucapan Sely. Merasa diacuhkan kini ia mengguncang-guncang bahuku kasar.
"Aaaa Naya! Ayo bangun. Jawab dulu pertanyaan gue."Aku yang merasa tergangganggu dengan guncangan itu kemudian menurut bangkit dengan mata lelah, "Iya, seru," timpalku lemah.
Padahal, kejadian kemarin apa yang serunya coba? Hanya makan biasa. Tak ada yang istimewa. Yang membedakan hanya aku lebih tahu sedikit tentang Derral darinya.
"Kapan-kapan makan lagi yuk dikantin," ajaknya dengan nada semangat. Aku mengangguk setuju dan kemudian menelungkupkan kembali wajahku dilipatan tangan.
*****
Akhirnya, bel istirahat berbunyi dengan nyaring. Kini waktunya istirahat. Mataku sudah sangat pedih ditambah lagi kepalaku yang terasa sangat berat akibat kurang tidur.
Aku memilih berdiam diri dikelas ini. Menolak mentah ajakan Sely yang terus memaksa untuk makan dengannya lagi. Ketika Sely sudah menyerah akhirnya ia pergi meninggalkanku.
Sepi. Itulah yang bisa mendeskripsikan keadaan kelasku sekarang. Semua orang pergi kekantin. Ah, baguslah. Biar aku sendiri disini tidur menghabiskan waktu istirahat.
Mungkin baru tiga menit aku memejamkan mata. Seseorangan dengan watadosnya menempelkan minuman dingin dipipiku. Membuat aku terhenyak dan membuka mata.
"Derral?" gumamku kala wajah itu sudah hadir dihadapanku dengan minuman disampingnya.
Aku bangkit dengan mata sayu, " Lo ngapain disini? Orang-orang belum pada balik, ya?" tanyaku celingukan pada kelas yang masih kosong.
"Lo ngantuk banget, ya?"
"Iya, pekerjaan gue semalam banyak banget. Akhirnya, pulangnya larut banget," jawabku seraya merebahkan kembali kepala diatas meja.
"Nih, gue bawain kopi dingin buat lo," ucapnya sambil menggeser minuman yang ditempelkan dipipiku tadi.
Aku kembali bangkit dan meraih minuman itu dengan suka cita. Kemudian meminumnya. Kenikmatan kopi dengan sensasi dingin mengalir ditenggorokanku. Membuat rasa kantukku mulai berkurang seiring dengan kopi yang menjalar kedalam tubuhku.
"Makasih, Ral."
Ia tersenyum kemudian mengangguk. Sesaat aku merasa terpana dengan senyuman Derral itu. Senyum yang tulus dan rada manis kali ini. Ah, mungkin aku baru bangun tidur. Membuat penglihatanku sedikit terganggu.
"Kenapa, lo?" tanyanya bingung kala aku mengucek mata.
Aku menggeleng pelan, "Gue gak papah."
"Lo ngapain kesini?" tanyaku.
"Gue kangen sama lo," balasnya seraya mengacak rambutku gemas.
Apa katanya? Kangen? Ah, mungkin aku hanya salah dengar. Ku gelengkan kepala cepat kemudian menatap datar anak itu. "Ah, elah rambut gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
D E R R A Y A
Teen Fiction"Gue, mau lo jadi pacar gue!" "Derral. Lo apaan sih, gila ya?" "Gak ada penolakan, Nay!" Naya menghela nafas jengah. "Ini bukan dunia orange yang se-enaknya lo nge-klaim gue jadi pacar lo! Kabanyakan baca wattpad lu!" "Gue yakin lo ga bakal nolak s...