H-2. Kurus kering?

31 6 0
                                    

Setelah kejadian kemarin, dimana Derral mengajukan perjanjian itu. Akibatnya, aku dan dia harus berpegangan tangan dari taman belakang sekolah menuju kelasku. Tentunya banyak sekali siswa yang menatap kita aneh, mulai dari tatapan tak suka hingga tatapan tak peduli, begitu juga teman sekelasku.

Hari ini, hari kedua dimana aku menjadi pacar 40 hari Derral. Aku kembali berangkat sekolah sendiri dengan berjalan kaki. Berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini aku berangkat sedikit agak siang dari hari kemarin.

Sesampainya dihalaman sekolah, aku sudah disuguhi oleh tatapan para siswi.

"Eh eh, gue baru tahu itu pacarnya si Derral."

"Siapa sih dia? Kayaknya dia murid baru ya?"

"Eh tolil, dia bukan murid baru. Di emang murid sini. Cuman ya dia gak terkenal aja."

"Siapa sih namanya?"

"Kok dia baru muncul aja udah jadi pacar si Darrel aja."

"Ah, untung cuma si Darrel. Bukan si Revan."

"Tapi, berani juga ya dia. Diam-diam udah jadi pacar si Derral aja."

"Ah, gatel banget baru kenal udah jadi pacar Derral."

Mungkin itu sebagian, bisik-bisik tetangga yang aku dengar saat hendak berjalan menuju kelas. Sebegitu tak terkenalnya aku disekolah ini ya, sampai-sampai sebagian warga SMK PERWIRA harus mengatakan itu.

Namun, tak apa bukan suatu masalah bagiku. Ah, lagi pula selagi mereka tak mengangguku dan Darrel biarkan saja.

Eh, mengingat Darrel aku juga belum tahu seluk beluk tentang dia. Yang aku tahu, dia itu anak kelas 11 otomotif. Apa sebegitu populernya Derral, hingga membuat aku jadi bahan bincangan sekolah ini.

Ah, ngomong-ngomong soal Derral lagi. Setelah kemarin ia mengantarkanku kekelas, sampai pagi ini aku belum melihat dia. Derral kemana?

Ah, sudahlah. Aku mencoba menampik pikiram itu dari otakku. Ku gelengkan kepala kuat guna menyingkirkan pikiran itu.

Lagi, sesampainya dikelas aku sudah diberi tatapan aneh kembali. Aku mencoba menetralkan ekspresi wajahku dan mulai berjalan menuju bangkuku diujung dekat jendela.

"Lo, ada hubungan apa sih sama Derral?!" tanya seorang perempuan menggebrak mejaku tiba-tiba. Sebut saja Veli.

Tentunya membuat aku dan Veli menjadi perhatian sekelas.

"Lo budek ya?!" tanyanya lagi dengan nada tinggi.

"Apa urusannya sama lo?"

Veli berdecak sebal. "Lo tinggal jawab aja susah amat."

Aku menghela nafas kasar. Anak ini benar-benar merusak mood pagiku.

Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, bel masuk sudah berbunyi dengan nyaring. Membuat Veli menggeram sebal. Kemudian ia pergi dengan menatap sinis kearahku.
Aku mengadikkan bahu tak acuh.

Kemudian tak lama dari itu, bu guru dengan suara sepatu khasnya telah ada diambang pintu.

*****

Bel istirahat pun berbunyi, semua murid berhamburan keluar entah kemana. Begitu pun dengan Veli yang tadi pagi menggeprak mejaku. Ku kira dia akan menagih jawaban tadi sesudah guru keluar. Eh, nyatanya dia juga ikut keluar.

Aku membereskan kembali barang-barangku dan memasukannya kedalam tas. Kemudian ku langkahkah kakiku menuju perpustakaan.

Sesampainya diperpustakaan, aku langsung menyapa penjaga perpustakan. Bu Lina. Dia menyapa ku balik. Dan aku langsung saja menuju rak-rak buku yang berjajar rapih itu.

D E R R A Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang